Halo sobat yayuarundina.com –
Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul
informasi acara Festival Cireundeu di Instagram. Walau sempat ragu karena
sedang musim penilaian sumatif akhir semester, pada akhirnya kami bisa datang
juga. Kami berkunjung di akhir masa ujian dan akhir acara. Inti acara yang kami
targetkan adalah Icip-Icip Nasi Goreng Rasi Di Festival Cireundeu Cimahi. Horaaayyy....!
Festival Cireundeu Cimahi |
Sejak lama, kampung Cireundeu Cimahi terkenal karena makanan pokoknya rasi alias beras singkong. Beras ini diolah dari singkong yang diparut dan dikeringkan. Lalu, dimasak sama seperti menanak nasi. Namun, memasak rasi butuh keahlian khusus. Beberapa teman saya yang mencoba memasak rasi di rumah, sering mengalami kegagalan. Kurang airlah, masih mentah dan lain sebagainya. Oleh karena itu, pengolahan rasi ini juga menjadi daya tarik tersendiri jika datang ke Cireundeu. Inilah salah satu rangkaian acara dalam Festival Cireundeu Cimahi. Culinary Cireundeu. Icip-Icip nasi goreng Rasi di Festival Cireundeu Cimahi salah satunya. Masih banyak kuliner lainnya juga untuk dibawa pulang atau dimakan di tempat.
Nasi Goreng Rasi |
Kampung Cireundeu yang berlokasi di daerah Leuwigajah kecamatan Cimahi Selatan kota Cimahi ini memiliki banyak daya tarik wisata. Kuliner, budaya, pendidikan, homestay, dan lain sebagainya. Sekarang, banyak sekolah di Cimahi yang datang ke Cireundeu untuk melaksanakan P5 tentang kearifan lokal. Selain itu, masyarakat umum, mahasiswa, dan orang asing juga sering datang dan menginap untuk beberapa waktu. Oleh karena itu, pemkot Cimahi, khususnya Disbudparpora Cimahi melaksanakan acara Festival Cireundeu Cimahi ini di penghujung akhir tahun. Tepatnya, festival ini diselenggarakan selama tiga hari, yaitu pada 5 – 7 Desember 2024.
Icip-Icip Nasi Goreng Rasi
Di Festival Cireundeu Cimahi
Setelah
menyelesaikan persiapan nilai rapot, aku dan temanku Tuti janjian untuk datang
ke Cireundeu sekitar jam sepuluh pagi. Sayang, ajakan Tuti untuk datang lebih
pagi ke sana terlewat begitu saja karena keasyikan mengolah nilai. Tadinya,
Tuti dan keluarga kecilnya ingin naik ke Bukit Salam. Salah satu mata acara di hari
akhir Festival Cireundeu.
Jalan-jalan ke Festival Cireundeu 2024 |
Suasana terasa lebih sepi daripada perayaan Tahun Baru Saka. Ternyata, memang banyak peserta yang mengikuti acara naik ke Bukit Salam sejak pagi. Mau menyusul, takut nyasar. Para pemandu sudah naik semua, termasuk teman-temanku yang tergabung dalam komunitas HPI. Permainan tradisional untuk anak-anak pun usai, padahal cocok tuh untuk si bungsu.
Kedatangan kami,
disambut keriuhan beragam jajanan pinggir jalan. Sosis bakar, cilor, es dan
sebagainya. Di bagian depan juga tampak wayang golek dan beragam pernak-pernik.
Cinderamata Sunda yang bisa jadi bahan oleh-oleh.
Di arena
panggung lebih ramai. Saat itu, ada pementasan calung. Sayang, tak ada tempat
duduk yang pas untuk rombongan kecil kami. Banyak orang yang nonton sambil
duduk di kursi atau di dalam aula. Setelah sejenak motret dan menikmati calung,
akhirnya kami jalan lagi ke belakang arena menuju tempat kuliner. Berharap ada
pertunjukkan angklung Buncis yang belum pernah kulihat.
Di rumah
panggung yang cukup besar, tampak banyak
orang. Mungkin para tamu undangan. Kami melipir ke arena oleh-oleh khas
Cireundeu. Para pegowes sedang asyik bercengkrama sambil menikmati kuliner
Cireundeu. Seru sekali obrolannya. Tawa bahagia mereka mewarnai suasana
festival.
Kami duduk di
bangku-bangku kayu yang berbaris rapi. Di sinilah biasanya para siswa menerima
informasi budaya Cireundeu. Sayang, Angklung Buncis telah pentas di hari kedua.
Kami hanya bisa menatap panggungnya yang kosong. Beberapa pengunjung memetik
pisang yang bergelantungan sebagai hiasan ruang. Ini ciri khas di Cireundeu
jika ada acara. Hasil bumi menjadi hiasan menarik mulai dari jalan masuk.
Menurut pak
Dede, guru olah ragaku saat di SMA, pisang yang paling enak ada di dekat
panggung. Katanya sih pisang madu. Aku tak berani mengambil karena ingin
icip-icip rasi. Plus takut gak bisa ambil pisang karena badanku pendek.
Hahaha... alibi sempurna untuk RW06 alias rewog, maruk atau rakus. Kalau mau
mah bisa aza nyuruh mas Pri yang jangkung buat ambil pisang. Eh, ternyata diam-diam,
dia sudah icip pisang di sudut yang lain.
Sambil nunggu
tempat kuliner sepi agar bisa pesan makanan, kami ngobrol asyik dengan pak
Dede. Kebetulan beliau baru turun dari Puncak Salam. Tak disangka kami bisa
bertemu dengan beliau di acara festival ini. Obrolan membawa kami ke masa-masa
SMA. Lucu dan seru juga sih mengingat zaman keemasan kami kala itu.
Obrolan dijeda
karena kami harus ke atas untuk memesan makanan. Para pegowes sudah turun tahta.
Hanya mas Pri, suaminya Tuti dan si bungsu yang ngobrol dengan pak Dede. Aku,
Tuti dan Amira asyik memilih-milih makanan yang tersedia. Ruang dapur terasa lebih
hidup daripada saat terakhir kuberkunjung ke sini untuk beli oleh-oleh
Cireundeu untuk acara Temu Pendidik Nasional. Riuh para pemasak dan pembeli
menyatu dalam bangunan rumah panggung yang menurutku seperti rumah tradisional
orang Sunda.
Setelah
ditimbang-timbang, akhirnya aku pesan nasi goreng rasi. Tadinya, gakkan pesan
karena cuma makan sendiri. Gak asyik juga kan? Tuti lebih memilih cemilan.
Cireng, sosis solo, tiwul dan rarawuan. Hmmm... kopi mana kopi. Setelah makanan
lengkap dan dibayar, kami pun kembali ke tempat semula. Selanjutnya, asyik
menikmati kuliner Cireundeu yang khas.
Cireng basah |
Nasi goreng Rasi, sosis solo, tiwul dan rarawuan |
Ini untuk kedua kalinya aku menikmati rasi. Pertama, dulu saat kunjungan belajar Bahasa Indonesia di sini. Kami disuguhi timbel Cirendeu lengkap dengan lauk pauknya. Ayam goreng, sambal, lalapan dan beberapa menu yang sudah lupa. Hmmm... tahun berapa ya? Sebelum pandemi pokoknya. Kedua, ya sekarang ini di Festival Cireundeu. Untuk pertama kalinya mencicipi nasi goreng rasi. Teman-temanku biasanya menikmati kuliner ini pada akhir pekan. Sabtu dan Minggu. Menurut mereka, week end menjadi momen yang sangat asyik untuk makan-makan rasi di sini.
Rasi kali ini
lebih basah daripada kali pertama. Lauknya sederhana saja. Telur dadar, timun,
tomat, dan selada yang juga jadi hiasan cantik. Plus taburan bawang goreng. Tak
butuh waktu lama, rasi ini akhirnya licin tandas meluncur ke perut. Energiku
yang terpakai untuk mengolah nilai rapot sejak subuh jadi full lagi.
Alhamdulillah nikmat.
Setelah
istirahat sebentar, aku pun menikmati cemilan yang dibawa Tuti. Cireng,
rarawuan, dan risol. Risolnya terbuat dari kentang. Semua cemilan itu, kami
cocolkan ke sambal yang sesuai dengan lidahku. Tidak pedas. Kucing-kucing pun
menemani saat santap cemilan Cireundeu ini. Hmmm... mengapa jadi banyak kucing ya
di sini? Iseng, kami kasih itu kucing potongan cireng yang dicocol ke sambal.
Eh, dia suka walau hanya icip dikit azah. Mpus, kamu lapar kali ya.
Selesai
icip-icip nasi goreng rasi dan aneka cemilan itu, Tuti kembali ke atas untuk
beli oleh-oleh khas Cireundeu. Ada cireng, keripik kaca, eggroll dan masih
banyak jenis lainnya. Tinggal kalian pilih, mau pedas atau tidak. Harganya
cukup ringan di kantong. Siap menyambangi Cireundeu? Yuk
Aneka olahan singkong untuk oleh-oleh khas Cireundeu |
Promosi Wisata Melalui Festival Cirendeu Cimahi
Sektor pariwisata
tampaknya jadi program andalan pemkot Cimahi. Kampung adat Cireundeu ini
menjadi ikon wisata di Cimahi. Festival Cireundeu ini menjadi ajang yang pas
untuk meningkatkan tujuan wisata ke Cimahi. Melalui festival segala potensi
wisata di kampung Adat Cireundeu bisa dimaksimalkan. Ibaratnya Cireundeu bisa
jadi kelas diferensiasi. Masyarakat bisa memilih potensi Cireundeu sesuai
dengan minatnya. Sosial budaya, olah raga, kuliner, pertunjukkan seni, sejarah,
penelitian dan lain sebagainya.
Berdasarkan
informasi dari teman saya yang jadi undangan khusus, kemarin dalam acara
festival tersebut, dia diajak untuk berkeliling kota menggunakan jeep/ vw.
Mengenal beragam obyek wisata Cimahi sebagai kota militer warisan Belanda
atau Garnizun. Dia diajak berkunjung ke
Ereveld Leuwigajah, penjara Poncol, rumah sakit Dustira dan perjalanan berakhir
di kampung adat Cireundeu. Mencicipi homestay di Cireundeu.
Lalu, dikenalkan
dengan budaya dan kuliner Cireundeu. Angklung Buncis salah satunya. Di hari
yang berbeda, diajak berolah raga dengan naik bukit atau Puncak Salam tanpa
alas kaki. Kita diajak untuk lebih dekat dengan alam. Diajak lebih peka dan
peduli pada alam yang telah memberikan banyak hal untuk manusia. Mari
lestarikan alam, hutan dan beragam pohon untuk keselamatan umat manusia.
Kampung adat
Cireundeu dengan kuliner khasnya Singkong, juga menjadi simbol ketahanan pangan
bisa dilakukan di Cimahi. Warga masyarakat bisa mengolah singkong menjadi makanan
yang menyehatkan dan mengenyangkan. Rasi dan aneka cemilan basah dan kering.
Kalian tertarik untuk mencoba rasi? Yuk, jalan-jalan ke Cireunde.
Transportasi Menuju Kampung
Adat Cirendeu
Beragam cara
bisa dilakukan agar kita sampai di kampung adat Cireundeu Cimahi ini. Kendaraan
pribadi atau kendaraan umum. Cirendeu berada di kawasan selatan Cimahi,
tepatnya daerah Leuwigajah Cimahi. Dari sini bisa nyambung ke Batujajar
kabupaten Bandung Barat.
Dari stasiun
Cimahi, bisa menggunakan ojek online di depan stasiun. Banyak yang mangkal.
Juga bisa pakai kendaraan umum. Jalan
dulu ke kantor pos Cimahi. Naik angkot kuning jurusan Cibeber Cimahi sampai
Borma. Disambung angkot biru jurusan Cangkorah sampai Cireundeu. Lalu, jalan
kaki atau naik ojek agar bisa sampai ke dalam kampung. Kalau beruntung, dari
kantor pos bisa langsung naik angkot biru Cangkorah ini.
Dari dalam kota
Cimahi, Alun-alun atau jalan Gatot Subroto. Kendaraannya sama saja. Naik angkot
kuning jurusan Cibeber Cimahi sampai Borma. Lalu, disambung angkot biru jurusan
Cangkorah.
Tarif angkot
sekitar sepuluh hingga dua puluh ribu, tergantung jarak jauh dekat.
Nah itu dia,
informasi seputar obyek wisata di Cimahi. Kalau kalian ingin liburan, bisa ke
Cimahi deh. Ikut acara Walking Tour Cimahi, ke Cireundeu, Pasar Awi, danau
buatan Ciseupan, atau obyek wisata lainnya. Bisa juga ke Bandung dan KBB.
Cimahi dekat kemana-mana.
Sampai jumpa di
Cimahi
Narahubung/ Contact Person
Primas 0813
9409 0040
Lita 0812 2154 703