Halo sobat yayuarundina.com – Rasanya tak ada orang yang tak kenal jamu, ya. Jamu selalu menjaga kesehatan keluargaku sejak kecil. Jika ada yang sakit, mamah atau mak Ena, pengasuhku akan meracik jamu secara khusus. Lalu, kami, anak-anak wajib menghabiskan minuman tradisional berkhasiat tersebut.
Jamu, andalan keluargaku jaga kesehatan |
Jamu, minuman herbal ini selalu menjadi andalan untuk menjaga kesehatan keluarga kami. Anak-anak hingga orang tua. Ayah, ibu sampai kakek nenek. Pekarangan rumah yang cukup luas ketika itu banyak ditanami bahan jamu dan bahan masakan atau kue. Ada daun suji dan pandan untuk membuat kue. Ada juga kunyit, jahe, kencur, dan jawer kotok. Jadi, kalau keluarga ada yang sakit, tinggal ambil bahan dari pekarangan, cuci dan racik. Alhamdulillah berkhasiat. Sakit jadi cepat minggat.
Kebiasaan baik
ini berlangsung cukup lama. Aku baru berhenti ketika mamah sudah tak ada.
Rasanya racikan jamu tidak pas tanpa instruksi mamah. Juga kesibukan kerja yang
akhirnya jadi penyebab mengambil jalan pintas dan cepat. Beli yang sudah jadi. Namun,
belakangan jadi malas juga. Jamu yang menjadi andalan untuk jaga kesehatan
keluargaku sejak kecil itu akhirnya tergerus zaman. Walaupun demikian, keluarga
besarku masih ada yang setia dengan obat tradisional ini. Ketika aku berkunjung
ke rumahnya, memori masa kecil itu jadi berputar kembali.
Toko jamu yang bernuansa heritage di Cimahi |
Jamu, Jaga Kesehatan Keuargaku Sejak Kecil
Entah sejak
kapan aku berkenalan dengan jamu. Namun, masa kecil yang kuingat adalah minum
jamu. Ketika itu, mak Ena secara rutin akan mencekok kami, kakak beradik. Duh,
entah jamu apa yang dibuatnya. Rasanya pahit sekali.
Tak ada manusia
yang bebas dari rasa sakit. Ada saja masanya tubuh harus bereaksi melawan benda
asing yang mengganggu. Alhasil, tubuh jadi sakit. Flu, batuk pilek, keseleo,
sakit haid, kurang nafsu makan dan sebagainya.
Keluarga kami
tidak terlalu mengandalkan rumah sakit atau dokter. Kalau masih ringan, cukup
dengan jamu saja. Kalau sudah berat dan tidak bisa diatasi, barulah pergi ke
dokter untuk mendapatkan pengobatan yang lebih baik.
Beberapa Jenis Jamu Andalan untuk Menjaga Kesehatan
Keluargaku
Jamu yang kami
konsumsi ketika itu memang masih segar (fresh) dan alami. Jamu tersebut dibuat
dadakan dengan bahan yang berasal dari kebun toga atau tanaman obat keluarga.
Petik, cuci, racik, minum.
Zat hara dari
tanah sepertinya masih utuh berada dalam beragam rimpang yang kami jadikan
jamu. Rasanya lebih enak. Oleh karena itu, jamu segar memiliki khasiat yang
lebih baik daripada jamu olahan. Kemasan atau bahan yang sudah dikeringkan. Ini
menurut pengalaman dan pendapatku ya.
Aku pernah
mencicipi kunyit segar dan kunyit yang sudah dikeringkan. Rasanya beda. Aku
lebih suka kunyit segar. Kunyit segar tersebut, aku iris-iris untuk dicampurkan
dalam nasi goreng. Di lain kesempatan, kunyit segar, juga aku parut untuk
dibuat jamu kunyit asam.
Inilah beberapa
jamu yang jadi andalan untuk kesehatan kami.
1. Jamu Pahitan
Ketika kecil
dulu, kami memang susah sekali makan. Nah, kalau sudah susah makan inilah cekokan
itu akan berlaku. Saat masih bisa digendong, mak Ena akan menggendongku dengan
samping kebat. Lalu, mendongakkan kepalaku, membuka mulutku. Sedetik kemudian,
cairan pahit itu sudah berada di tenggorokanku. Mau tak mau, cairan berkhasiat
itu akan kutelan juga. Selesai. Setelah itu, kami bisa bebas bermain lagi.
Kalau baca
Wikipedia, mungkin jamu yang dijadikan bahan cekokan itu adalah jamu pahitan.
Jamu yang memang berfungsi untuk meningkatkan nafsu makan. Setelah dicekok,
nafsu makan kami memang jadi lebih baik. Rasanya makanan itu terasa lebih enak
dan menggoda selera walau sekedar tempe, tahu dan tumisan saja.
Bahan jamu
pahitan itu adalah sambiloto, brotowali, widoro laut, doro putih, dan babakan
pule. Asli aku gak tahu bahannya seperti apa. Yang aku tahu rasanya saja yang
pahit. Brotowali pun lupa-lupa ingat. Dulu sering ada di pasar dan biasa
digunakan keluargaku untuk menyapih. Anak-anak jadi tidak menyusu lagi setelah
berusia 2 tahun.
2. Kunyit Asam
Kunyit asam
mewarnai kehidupan masa remajaku. Mamah mengenalkanku dengan minuman kunyit
asam ini sejak aku mendapatkan haid pertama. Jamu pelancar haid ini menjadi
andalanku ketika itu, bahkan sampai kini, walau sekali-kali saja.
Menurutku,
minuman berwarna kuning dengan rasa asam ini sungguh menyegarkan badanku.
Derita haid yang sering kualami saat masa pertama kali mendapatkannya menjadi
berkurang atau bahkan hilang. Saat itu, aku sering sakit perut yang luar biasa
menyiksa. Badan juga kayaknya seperti abis ditonjok orang. Sakit gak karuan.
Melihat putrinya
menderita, mamahku langsung beraksi. Pergi ke pekarangan untuk mengambil
beberapa pohon kunyit yang tumbuh subur. Lalu, meracik jamu khusus untukku.
Kalau tidak salah, aku harus meminum jamu tradisional ini dua kali sehari. Pagi
dan sore hari. Aku wajib meminumnya terutama di tiga hari pertama haid. Masa
haid dengan darah yang cukup banyak.
Setelah minum
jamu kunyit asam, keluarlah darah haid yang bergumpal hitam besar-besar atau
merah tua sekali. Dugaanku, itu yang menyebabkan perut sakit. Kalau sudah
keluar seperti itu, selanjutnya hanya cairan biasa saja. Perut jadi terasa
nyaman sekali.
Lebih nyaman
lagi, karena daun kunyit itu tidak dibuang. Namun, mamah memanfaatkannya untuk
bikin rendang daging. Asyik kan? Nikmat mana lagi yang kau dustakan. Rimpang
kunyit sebagai obat. Daun kunyit sebagai bumbu rendang. Hmmm… wanginya menggoda
sekali.
Jamu Beras Kencur dan Nasi Tempong |
3. Beras Kencur
Jamu ketiga yang
menjadi andalan kami untuk jaga kesehatan keluarga adalah beras kencur. Beras
kencur sering dikonsumsi keluarga besarku setelah bekerja keras di sawah.
Mencangkul bukan pekerjaan yang ringan. Setelah mencangkul sawah, bapak-bapak
di keluargaku pasti mengeluh sakit badan, pegal-pegal.
Oleh karena itu,
ibu-ibu di keluarga kami akan membuat jamu beras kencur. Mereka akan mengambil
sejumput beras dari padaringan. Lalu, merendamnya beberapa saat, setelah itu
akan menumbuk beras yang telah lunak tersebut bersama dengan kencur. Lalu,
disaring dan minumannya berkhasiat untuk menghilangkan pegal-pegal. Badan jadi
lebih segar.
Selain itu,
beras kencur juga jadi andalan kami ketika keseleo. Maklum, kondisi jalanan
tanah waktu itu sering licin, apalagi setelah turun hujan. Alhasil, kami sering
terpeleset dan kaki keseleo. Bibiku akan meracik beras kencur. Lalu, racikannya
tersebut akan dioleskan pada kaki yang sakit. Setelah beberapa hari mengoleskan
beras kencur secara rutin ke kaki yang keseleo itu, sakitnya pun hilang. Ini
tidak disaring dan tidak diminum ya.
4. Koneng Gede
Koneng gede
menjadi pendamping mamah di saat-saat akhir usianya. Ketika itu secara
tiba-tiba mamah divonis kena kanker rectum dan harus operasi. Mamah yang
seumur-umur tidak pernah sakit berat, tiba-tiba kena kanker stadium empat.
Akhirnya kami empat bersaudara merelakan mamah untuk menjalani operasi demi
kesembuhan beliau. Kalau tidak operasi, perutnya terasa sakit.
Setelah
menjalani operasi itu, mamah minum jahe gede secara rutin sampai akhir
hayatnya. Jahe gede dipercaya bisa segera mengeringkan dan memulihkan luka-luka
sehabis operasi. Inilah upaya kami agar mamah bisa menjalani aktivitasnya pasca
operasi.
5. Kompres panas
Hmmm, kalau yang
ini jamu atau bukan ya? Namun, ini juga bagian dari pengobatan masa kecil kami.
Anak-anak ketika itu sering sekali tubuhnya panas secara tiba-tiba. Bahkan,
adikku kerap kali step atau kejang-kejang.
Sesepuh di
keluarga kami saat itu akan menyarankan mamah mengompres tubuh mungil kami
dengan pokpokan. Moga tidak salah ya namanya. Racikannya adalah bawang merah,
dan asam jawa. Racikan itu akan dibalurkan ke sekujur tubuh kami dan disimpan
di kepala. Walau baunya tak enak, tapi biasanya panas jadi cepat turun.
Pertolongan pertama sebelum ke dokter.
Jamu dan Gaya Hidupku Di
Masa Kini
Cara pembuatan
jamu memang ribet sih menurutku. Paling berabe kalau harus membuat kunyit asam
saat haid. Tanganku biasanya akan berubah kuning cukup lama. Susah untuk
dicuci. Jadi, akan dibiarkan hilang dengan sendirinya.
Oleh karena itu,
bisa jadi minum jamu jadi kurang populer di kalangan anak muda sekarang. Namun,
taka da rotan, akar pun jadi. Walaupun demikian, jamu masih bertahan hingga
kini. Malah pernah sekilas di televisi ada kuliner unik yang baru, yaitu
pembukaan café jamu. Di Cimahi, toko jamu juga masih eksis hingga saat ini.
Untukku sendiri,
ketika ingin minum jamu. Ada beberapa cara yang kulakukan. Beli Kiranti atau
kunyit asam kemasan Mustika Ratu di supermarket. Selain itu, setelah berolah
raga di lapang Arhanud, aku dan madame Vivera Siregar biasanya akan menikmati
Pecel Sriwijaya. Di sini tersedia juga jamu kunyit asam dan beras kencur dalam
kemasan botol.
Menikmati jamu di Kuluban Baros Cimahi |
Satu tempat lagi untuk menikmati jamu adalah Kuluban. Sebuah tempat makan yang menyajikan masakan khas Jawa Timur. Jamu juga ada di sini. Kamu bisa minum temulawak, kunyit asam, beras kencur, dan gula asam. Tinggal datang saja ke Pondok Mas Baros Cimahi.
Jadi minum jamu
di masa kini bisa tetap enak, tanpa repot.
Nah, sobat yayuarundina.com,
itulah beberapa jamu yang menjadi andalan keluarga kami untuk jaga kesehatan
keluarga sejak kecil. Percaya atau tidak, jamu memang memiliki manfaat luar
biasa bagi keluarga Indonesia. Itu yang kami rasakan. Semoga pengalaman ini
bisa diperkuat dengan beragam penelitian tentang jamu.
Penelitian-penelitian
tersebut akan semakin meyakinkan orang tentang khasiat jamu. Jamu jadi lebih
ilmiah. Teruji kebenarannya. Fakta dan data jadi semakin lengkap. Dunia farmasi
kita akan lebih kaya dan sehat. Jamu tidak meracuni tubuh seperti obat-obat
kimia. Aamiin.
Tak heran, jika
sekarang ada café-café jamu. Konon kabarnya, jamu disukai oleh anak-anak muda.
Moga jadi gaya hidup sehat.
Demikian tulisan
kali ini. Semoga jamu semakin berjaya di bumi Indonesia dan mendunia. Selamat
menikmati jamu. Ingat jamu, ingat sehat.
Salam
Sampai jumpa
Sumber gambar: