Judul Buku : Transformasi Media Sosial Ke Bahasa Indonesia
(
Sebuah Panduan Alternatif Media Pembelajaran Bahasa Indonesia )
Penulis :
Sri Rahayu Setiawati, S.Pd
Penerbit : CV Cipta Media Edukasi
Tahun Terbit: 2017
Teknologi
Bukan Racun Dunia.
Ia
adalah Madu peradaban yang dibalut jari-jari lentik pemakainya
Facebook Sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia
Halo sobat
yayuarundina.com – Postingan kali ini akan mengangkat buku yang selalu
muncul dalam blog saya ini. Si Putih Biru. Ini adalah buku solo pertama saya yang
lahir dari sebuah acara pelatihan menulis untuk guru. Pelatihan tersebut
diadakan oleh Media Guru yang kemudian memfasilitasi penerbitan karya-karya
guru. Media Guru ini digawangi oleh pak Muhamad Ihsan dan mas Eko. Belakangan,
selain buku, merambah juga ke blog Gurusiana dan majalah.
Buku ini
diharapkan menjadi jawaban atas tantangan zaman. Zaman teknologi yang mulai
menggerus era kapur dan papan tulis. Apalagi saat pandemi, dunia pendidikan
dipaksa bertransformasi ke era digital. Pemakaian teknologi lebih mendominasi.
Contohnya Google Meet dan Zoom yang menjadi primadona untuk proses
pembelajaran. Kelas beralih rupa dari ruangan ke dunia maya.
Jauh sebelum
adanya era pandemi yang datang secara tiba-tiba. Sekolah diliburkan demi
keselamatan dan kesehatan siswa dan guru. Manusia tidak boleh sering
berinteraksi. Semua aktifitas tatap muka ditiadakan, mobilitas dibatasi. Kami
sudah melakukan terobosan dengan mengadakan kelas di dunia maya, khususnya
memanfaatkan Facebook. Bagaimana caranya?
Gambaran Isi Buku Transformasi Media Sosial Ke
Bahasa Indonesia
Dari hasil
survey sekitar 160 siswa, hanya 5 orang yang tidak menggunakan Facebook. Yang
empat orang pernah punya akun Facebook, tapi tidak aktif lagi. Hanya 1 orang
saja yang benar-benar tidak pernah punya akun Facebook, karena dilarang oleh
orang tua. Orang tua menganggap Facebook sebagai hal yang berdampak buruk bagi
anaknya.
Hasil survey
tersebut merupakan modal awal untuk memanfaatkan media sosial Facebook untuk
proses pembelajaran, khususnya belajar Bahasa Indonesia. Media sosial ini
diharapkan bisa meningkatkan motivasi siswa untuk belajar Bahasa Indonesia.
Memiliki korelasi positif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Bahasa Indonesia.
Bersama dengan
siswa SMPN 1 Cimahi, penulis membuat kelas Teratai Bahasa di Facebook. Kelas
ini digunakan untuk membahas beragam topik di akhir pekan, di luar jam
pelajaran. Alhamdulillah berdampak positif.
Demikian
ringkasan isi buku solo pertama penulis. Buku ini mengabadikan kegiatan belajar
mengajar Bahasa Indonesia di dunia maya, menggunakan Facebook. Namun, sayang
hal ini tidak dilakukan lagi untuk saat ini.
Buku ini
diharapkan menjadi pemantik bagi guru-guru untuk terlibat aktif di dunia maya,
memerangi masalah pornografi yang waktu itu sempat viral menyerang umat
manusia, khususnya remaja. Guru sebagai garda terdepan di dunia pendidikan juga
seharusnya terlibat aktif di luar kelas. Guru wajib membombardir konten-konten
negatif dengan beragam konten positif dan bermanfaat. Mari kita tenggelamkan
konten-konten negatif di dunia maya!
Buku ini
menjelaskan secara gamblang tentang proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Ada
tiga tahapan, mulai dari belajar bebas, terstruktur, dan mandiri. Ada pula
materi pengayaan yang bisa melengkapi pembelajaran Bahasa Indonesia. Materi
kekinian, seperti Haiku.
Selain materi,
buku ini juga dilengkapi dengan cara penilaian, juga gambaran sisi positif dan
negatif dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia. Semoga ini menjadi masukan
bagi guru yang lain dalam memanfaatkan Facebook.
Penutup
Buku sederhana
ini, masih jauh dari sempurna. Beragam aplikasi yang kini banyak digunakan oleh
guru-guru muda dalam proses pembelajaran menjadi penyempurna. Kini, teknologi
bukan hal asing lagi dalam proses pembelajaran.
Bisa jadi
menjadi warna baru bagi proses belajar mengajar di kelas. Tinggal kesiapan
semua pihak untuk menjadikan teknologi ini lebih bermanfaat, Mampu meningkatkan
kualitas proses pembelajaran dan kualitas pendidikan Indonesia. Tak ada lagi
istilah gagap teknologi. Siswa dan guru sudah bertransformasi menjadi sahabat
teknologi. Mampu memanfaatkan teknologi secara positif.
Seiring dengan
tenggelamnya popularitas Facebook oleh media sosial lainnya, seperti Tik Tok, maka
fajar baru segera bersinar. Guru bisa lebih kreatif memanfaatkan beragam media
sosial untuk proses pembelajaran yang lebih baik dari sebelumnya. Kita tidak
lagi tabu dan alergi pada media sosial. Justru lebih terbuka dan adaptif
menerima segala perubahan yang terjadi.
Semoga
pemanfaatan media sosial untuk pembelajaran, membuat siswa semakin mencintai
proses belajar. Mampu menjadikan mereka sebagai pembelajar sejati. Selalu belajar
seumur hidup.
Salam
Sampai jumpa
Bener mba, orang dewasa termasuk guru sebaiknya memang adaptive dengan perkembangan digital sekarang. Anak2 udah ga kayak dulu. Mereka lebih paham teknologi malah. Jadi kalo pembelajaran bisa dialihkan kesana, dan membuat mereka cepat mengerti, ya kenapa ga kan. Mungkin dengan menggunakan medsos sebagai media, malah bikin mereka lebih semangat drpd hanya membaca teori
BalasHapussetuju 100 persen
HapusAnakku kelas X juga gak main Facebook, dia lebih suka main game. Sering saya suruh belajar, tapi jarang banget mau baca buku, lebih sering megang hp. Sejauh ini nilai raport nya masih bagus, 10 besar. Padahal saya berharap dia lebih giat belajar untuk kemudahan masa depannya eh maaf jadi curhat.
BalasHapusboleh juga belajar dengan games. banyak cara asyik untuk belajar
HapusWah, menarik juga nih bukunya, bisa menjadi salah satu tambahan literasi soal sosial media, terutama Facebook. Ingat dulu awal-awal medsos mulai merambah internet, pemakaian bahasa Indonesianya masih sangat janggal. Saat ini transformasinya sudah luar biasa,
BalasHapusmakasih mbak. Betul, bahkan akhir tahun lalu sudah go internasional loh. Bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi sidang Unesco
Hapusdaku waktu pertama kali punya facebook gara-gara diajarin sama rekan kerja. kalau gak gara-gara dia, juga belum bikin kali sekarang hehe, tapi alhamdulillahnya jadi media menghasilkan cuan
BalasHapuswah berkah bangets tuh
HapusIya ya Mba, media sosial juga memiliki dampak positif ketika digunakan secara bijak termasuk juga sebagai media belajar bahkan bisa jadi media yang mengasyikkan dan kekinian juga..
BalasHapusyup, setuju
HapusAku jadi tersadar kalau aku sendiri sudah lama tidak mengindahkan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Baik dari segi verbal atau non-verbal. Penting membaca buku Transformasi Media Sosial Ke Bahasa Indonesia agar kita semua bisa mengambil manfaatnya untuk berkomunikasi di media sosial secara santun.
BalasHapustidak harus selalu baku, banyak ragam bahasa yang bisa dipakai
Hapus