Halo sobat yayuarundina.com –
Pernahkah cintamu ditolak? Bagaimana rasanya menghadapi penolakan tersebut?
Berjuta rasa perihnya. Inilah Tips Kuat Mental Menghadapi Penolakan Kerja.
Guru Blogger |
Beragam Penolakan Dalam
Hidup
Salah satu
dinamika kehidupan adalah penolakan. Cintamu ditolak oleh cewek idaman karena
sudah punya kekasih. Kurang harta. Kurang tampan. Dan berjuta alasan lainnya.
Selain cinta,
banyak ragam penolakan yang mungkin kita terima atau dialami oleh banyak orang yang
hidup di dunia fana ini. Kehidupan yang kita jalani ini tak pernah semulus
jalan tol. Banyak gelombang suka dukanya. Tak semua meraih sukses. Ada
perjuangan yang kita lakukan sepenuh jiwa raga.
Dulu, saat baru
lulus kuliah, entah berapa lembar lamaran kerjaku ditolak oleh beragam lembaga
dan perusahaan. Dengan bekal idealisme sebagai mahasiswa fresh graduate,
beragam lowongan kerja kusambangi. Kerja di bank, asuransi, perusahaan
otomotif, lembaga pendidikan, guru dan lain sebagainya.
Setelah datang
secara langsung atau menanti jawaban, lembaran surat-surat itu tak ada yang
nyangkut di perusahaan mana pun. Beragam posisi hangus begitu saja. Manajer toko.
Kepala sekolah. Pegawai bank. Guru bimbel. Entah posisi apalagi yang kuincar
saat itu. Ketika itu, pikiranku hanya terpusat pada satu hal, uang.
Rasanya asyik
punya uang yang kita dapatkan dari bekerja dengan posisi di atas. Makmur
pastinya. Bisa beli ini dan itu. Namun, harapan tak seindah kenyataan.
Takdirmu Bukan Di Sana
Diawal-awal
mengalami beragam penolakan kerja tersebut, tentu saja hatiku kecewa bukan
kepalang. Uang melayang begitu saja. Posisi bergengsi juga luput diraih. Ingin
nangis sejadi-jadinya. Why? Beragam pertanyaan dan sangkaan buruk bermunculan
di kepala.
Ada perasaan
rendah diri yang muncul kemudian. Pergolakan batin begitu hebat. Rasanya putus
asa, tak mau melamar kerja lagi. Masa bodoh!
“Betapa aku tak
sehebat dia yang berhasil diterima di perusahaan bonafide dengan gaji tinggi.”
“Aku memang
manusia bodoh yang tak punya keahlian apa pun.”
“Aku hanyalah
seonggok sampah yang menjadi beban dunia!”
Rasanya saat
itu, dunia begitu gelap. Jalan buntu. Mau maju tapi tak diberi kesempatan.
Ingin sukses tapi tak punya relasi dan koneksi. Dead end. Skak Mat.
Aku sempat
menjadi pengangguran intelek. Sarjana tapi tak bekerja. Titel ini menambah
beban pikiranku. Semakin mengukuhkan pendapat banyak orang tentang sekolah
tinggi. “Buat apa sekolah tinggi dan kuliah. Hanya buang-buang uang saja!”
Bukan itu saja
kenyataan pahit yang kuhadapi. Banyak ocehan orang yang sangat menyinggung
perasaan.
“Sarjana bokek!”
“Mending kayak
aku banyak uang walau tidak kuliah!”
Begitulah
perputaran dunia ketika mengalami penolakan kerja. Jatuh mental. Kalau tidak
ingat orang tua dan Allah SWT entah bagaimana akhir hidupku. Takdirku bukan
bekerja di sana.
Pelajaran Hidup Saat Jadi
Pengangguran Intelektual
Setelah tak ada satu
pun lamaran kerja yang diterima, aku diam di rumah. Kala itu, mamahku membuka
warung. Pekerjaannya sangat menyita waktu dan tenaga. Bekerja mulai dari waktu
sahur, sekitar pukul 3 dini hari sampai
pukul 10 atau sebelas malam. Sangat melelahkan.
Saat berdiam di
rumah itu, aku tak tega melihatnya. Hatiku tergerak untuk membantu. Maka,
akupun mulai terjun mendampingi mamah membuka warung. Subuh-subuh mengantar
mamah belanja barang dagangan ke pasar. Mamah masak, aku jaga warung. Begitulah
ritme hidupku setelah ke sana kemari cari kerja.
Selain itu, aku
juga membuat kue sus untuk dijual seperti saat masa SMA dulu. Kebetulan ada
tetangga belakang rumah yang suka dengan kue sus buatanku dan mamah. Di lain
waktu, ada juga guruku yang memesan banyak kue sus untuk acara arisan di
rumahnya. Alhamdulillah ada rejeki.
Kegiatan menjaga
warung ternyata membuka cakrawalaku. Betapa beruntungnya aku masih diberi
rejeki untuk bisa makan. Betapa bahagianya aku bisa membantu mamah yang harus
berjuang seorang diri untuk menghidupi anak-anaknya setelah bapak meninggal
dunia.
Dari menjaga
warung pula, terbuka jalan baru untuk mendapatkan pekerjaan sesuai hati nuraniku.
Entah mengapa, saat mengajukan surat lamaran ke beragam perusahaan itu, hati
kecilku menolak halus. “Itu bukan tempat kerja idamanku!”
Aku hanya ingin
menjadi guru, mencerdaskan anak bangsa. Sekolah merupakan tempat ideal untuk
bekerja. Halal dan barokah dunia akhirat. Aamiin. Setelah itu, aku mulai
membuka kursus calistung di rumah. Semua berjalan normal sampai suatu ketika,
spanduk iklanku dicabut orang. Kembali saat itu, hati kecilku berbisik, “Sekolah
adalah tempat bekerja yang menyenangkan. Membahagiakan. Membawa keselamatan
dunia dan akhirat!”
Akhirnya, aku
mulai mengirim lamaran kerja lagi ke berbagai sekolah yang ada di kotaku atau
sesuai dengan iklan lowongan kerja. Lalu, lamaran itu berhasil. Aku bisa jadi
guru honorer di dua sekolah. Bekerja full seven to seven. Bekerja mulai dari
jam 7 pagi hingga jam 7 malam. Shift pagi dan siang kujalani dengan semangat.
5 Tips Kuat Mental Menghadapi
Penolakan Kerja
Dalam menghadapi
masa-masa suram ini, kita harus tetap kuat dan optimis. Kuat mental. Jangan
sampai menyerah! Inilah 5 tips kuat mental menghadapi penolakan kerja.
1.
Ingat takdir
Manusia
hidup itu adalah menjalani takdirnya masing-masing. Sudah tertulis di laut
mahfudz bahwa kita punya garis nasib yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha
Pengatur. Termasuk di bidang pekerjaan.
Penolakan
bisa berarti bahwa kita tak ditakdirkan untuk bekerja di sana. Ada tempat lain
yang lebih baik menanti kita.
Oleh
karena itu, jangan pernah berputus asa. Sekali ditolak, seribu langkah kita
berlari lagi.
2.
Kembali ke
tujuan
Setiap
manusia pasti mempunyai tujuan hidup masing-masing. Kita bekerja juga pasti
punya tujuan mulia. Ada hal yang ingin kita kejar, kita raih. Bukan sekedar
uang. Kebahagiaan. Keselamatan dunia akhirat. Rejeki yang halal. Barokah.
Manfaat dan sejuta tujuan lainnya.
Tujuan
inilah yang membuat kita bisa lebih kuat mental. Tujuan belum tercapai, maju terus
pantang mundur.
3.
Naikkan value
diri
Saat
ada penolakan kerja, bisa jadi saatnya bagi kita untuk belajar lagi. Menaikkan
value diri. Nilai, skills, dan
kompetensi diri kita. Salah satu sisi penolakan kerja karena kita belum sesuai
standar mereka. Ada kemampuan yang yang hilang.
Kecakapan
berbahasa Inggris, komputer, menjalin relasi, karakter, dan sebagainya.
4.
Sabar dan
tawakal
Sabar
dan tawakal menjadi obat penawar untuk segala penolakan kerja yang kita terima.
Mungkin belum waktunya. Itu bukan tempat kerja yang tepat untuk kita. Masih ada
perjuangan yang harus kita lakukan.
Sabar
dan tawakal tanpa batas sampai waktu yang baik itu datang menghampiri.
5.
Kalau rejeki
takkan kemana
Satu
prinsip rejeki yang bisa jadi sebuah prinsip hidup. Setiap orang punya rejeki
masing-masing. Kalau sesuatu sudah jadi rejeki kita itu takkan kemana. Pasti
akan kita dapatkan. Rejeki takkan pernah tertukar.
Manusia
hanya diwajibkan untuk berusaha/ berikhtiar maksimal, hasilnya kita serahkan kepada
Yang Maha Pemberi Rejeki, Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.
Nah
sobat yayuarundina.com, itulah 5 tips yang bisa kita lakukan agar
menjadi kuat mental saat menghadapi penolakan di dunia kerja. Penolakan itu
biasa dalam hidup, hadapi dengan senyuman saja. Ingat, akan ada saatnya kita diterima
bekerja.
Salam
Sampai
jumpa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar