1/09/2024

5 Tips Kuat Mental Menghadapi Penolakan Kerja

 

Halo sobat yayuarundina.com – Pernahkah cintamu ditolak? Bagaimana rasanya menghadapi penolakan tersebut? Berjuta rasa perihnya. Inilah Tips Kuat Mental Menghadapi Penolakan Kerja.

Guru blogger
Guru Blogger

Beragam Penolakan Dalam Hidup

Salah satu dinamika kehidupan adalah penolakan. Cintamu ditolak oleh cewek idaman karena sudah punya kekasih. Kurang harta. Kurang tampan. Dan berjuta alasan lainnya.

Selain cinta, banyak ragam penolakan yang mungkin kita terima atau dialami oleh banyak orang yang hidup di dunia fana ini. Kehidupan yang kita jalani ini tak pernah semulus jalan tol. Banyak gelombang suka dukanya. Tak semua meraih sukses. Ada perjuangan yang kita lakukan sepenuh jiwa raga.

Dulu, saat baru lulus kuliah, entah berapa lembar lamaran kerjaku ditolak oleh beragam lembaga dan perusahaan. Dengan bekal idealisme sebagai mahasiswa fresh graduate, beragam lowongan kerja kusambangi. Kerja di bank, asuransi, perusahaan otomotif, lembaga pendidikan, guru dan lain sebagainya.

Setelah datang secara langsung atau menanti jawaban, lembaran surat-surat itu tak ada yang nyangkut di perusahaan mana pun. Beragam posisi hangus begitu saja. Manajer toko. Kepala sekolah. Pegawai bank. Guru bimbel. Entah posisi apalagi yang kuincar saat itu. Ketika itu, pikiranku hanya terpusat pada satu hal, uang.

Rasanya asyik punya uang yang kita dapatkan dari bekerja dengan posisi di atas. Makmur pastinya. Bisa beli ini dan itu. Namun, harapan tak seindah kenyataan.

Takdirmu Bukan Di Sana

Diawal-awal mengalami beragam penolakan kerja tersebut, tentu saja hatiku kecewa bukan kepalang. Uang melayang begitu saja. Posisi bergengsi juga luput diraih. Ingin nangis sejadi-jadinya. Why? Beragam pertanyaan dan sangkaan buruk bermunculan di kepala.

Ada perasaan rendah diri yang muncul kemudian. Pergolakan batin begitu hebat. Rasanya putus asa, tak mau melamar kerja lagi. Masa bodoh!

“Betapa aku tak sehebat dia yang berhasil diterima di perusahaan bonafide dengan gaji tinggi.”

“Aku memang manusia bodoh yang tak punya keahlian apa pun.”

“Aku hanyalah seonggok sampah yang menjadi beban dunia!”

Rasanya saat itu, dunia begitu gelap. Jalan buntu. Mau maju tapi tak diberi kesempatan. Ingin sukses tapi tak punya relasi dan koneksi. Dead end. Skak Mat.

Aku sempat menjadi pengangguran intelek. Sarjana tapi tak bekerja. Titel ini menambah beban pikiranku. Semakin mengukuhkan pendapat banyak orang tentang sekolah tinggi. “Buat apa sekolah tinggi dan kuliah. Hanya buang-buang uang saja!”

Bukan itu saja kenyataan pahit yang kuhadapi. Banyak ocehan orang yang sangat menyinggung perasaan.

“Sarjana bokek!”

“Mending kayak aku banyak uang walau tidak kuliah!”

Begitulah perputaran dunia ketika mengalami penolakan kerja. Jatuh mental. Kalau tidak ingat orang tua dan Allah SWT entah bagaimana akhir hidupku. Takdirku bukan bekerja di sana.

Pelajaran Hidup Saat Jadi Pengangguran Intelektual

Setelah tak ada satu pun lamaran kerja yang diterima, aku diam di rumah. Kala itu, mamahku membuka warung. Pekerjaannya sangat menyita waktu dan tenaga. Bekerja mulai dari waktu sahur, sekitar pukul 3 dini hari  sampai pukul 10 atau sebelas malam. Sangat melelahkan.

Saat berdiam di rumah itu, aku tak tega melihatnya. Hatiku tergerak untuk membantu. Maka, akupun mulai terjun mendampingi mamah membuka warung. Subuh-subuh mengantar mamah belanja barang dagangan ke pasar. Mamah masak, aku jaga warung. Begitulah ritme hidupku setelah ke sana kemari cari kerja.

Selain itu, aku juga membuat kue sus untuk dijual seperti saat masa SMA dulu. Kebetulan ada tetangga belakang rumah yang suka dengan kue sus buatanku dan mamah. Di lain waktu, ada juga guruku yang memesan banyak kue sus untuk acara arisan di rumahnya. Alhamdulillah ada rejeki.

Kegiatan menjaga warung ternyata membuka cakrawalaku. Betapa beruntungnya aku masih diberi rejeki untuk bisa makan. Betapa bahagianya aku bisa membantu mamah yang harus berjuang seorang diri untuk menghidupi anak-anaknya setelah bapak meninggal dunia.

Dari menjaga warung pula, terbuka jalan baru untuk mendapatkan pekerjaan sesuai hati nuraniku. Entah mengapa, saat mengajukan surat lamaran ke beragam perusahaan itu, hati kecilku menolak halus. “Itu bukan tempat kerja idamanku!”

Aku hanya ingin menjadi guru, mencerdaskan anak bangsa. Sekolah merupakan tempat ideal untuk bekerja. Halal dan barokah dunia akhirat. Aamiin. Setelah itu, aku mulai membuka kursus calistung di rumah. Semua berjalan normal sampai suatu ketika, spanduk iklanku dicabut orang. Kembali saat itu, hati kecilku berbisik, “Sekolah adalah tempat bekerja yang menyenangkan. Membahagiakan. Membawa keselamatan dunia dan akhirat!”

Akhirnya, aku mulai mengirim lamaran kerja lagi ke berbagai sekolah yang ada di kotaku atau sesuai dengan iklan lowongan kerja. Lalu, lamaran itu berhasil. Aku bisa jadi guru honorer di dua sekolah. Bekerja full seven to seven. Bekerja mulai dari jam 7 pagi hingga jam 7 malam. Shift pagi dan siang kujalani dengan semangat.

5 Tips Kuat Mental Menghadapi Penolakan Kerja

Dalam menghadapi masa-masa suram ini, kita harus tetap kuat dan optimis. Kuat mental. Jangan sampai menyerah! Inilah 5 tips kuat mental menghadapi penolakan kerja.

1.       Ingat takdir

Manusia hidup itu adalah menjalani takdirnya masing-masing. Sudah tertulis di laut mahfudz bahwa kita punya garis nasib yang sudah ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Pengatur. Termasuk di bidang pekerjaan.

Penolakan bisa berarti bahwa kita tak ditakdirkan untuk bekerja di sana. Ada tempat lain yang lebih baik menanti kita.

Oleh karena itu, jangan pernah berputus asa. Sekali ditolak, seribu langkah kita berlari lagi.

 

2.       Kembali ke tujuan

Setiap manusia pasti mempunyai tujuan hidup masing-masing. Kita bekerja juga pasti punya tujuan mulia. Ada hal yang ingin kita kejar, kita raih. Bukan sekedar uang. Kebahagiaan. Keselamatan dunia akhirat. Rejeki yang halal. Barokah. Manfaat dan sejuta tujuan lainnya.

Tujuan inilah yang membuat kita bisa lebih kuat mental. Tujuan belum tercapai, maju terus pantang mundur.

 

3.       Naikkan value diri

Saat ada penolakan kerja, bisa jadi saatnya bagi kita untuk belajar lagi. Menaikkan value diri. Nilai, skills,  dan kompetensi diri kita. Salah satu sisi penolakan kerja karena kita belum sesuai standar mereka. Ada kemampuan yang yang hilang.

Kecakapan berbahasa Inggris, komputer, menjalin relasi, karakter, dan sebagainya.

 

4.       Sabar dan tawakal

Sabar dan tawakal menjadi obat penawar untuk segala penolakan kerja yang kita terima. Mungkin belum waktunya. Itu bukan tempat kerja yang tepat untuk kita. Masih ada perjuangan yang harus kita lakukan.

Sabar dan tawakal tanpa batas sampai waktu yang baik itu datang menghampiri.

 

5.       Kalau rejeki takkan kemana

Satu prinsip rejeki yang bisa jadi sebuah prinsip hidup. Setiap orang punya rejeki masing-masing. Kalau sesuatu sudah jadi rejeki kita itu takkan kemana. Pasti akan kita dapatkan. Rejeki takkan pernah tertukar.

Manusia hanya diwajibkan untuk berusaha/ berikhtiar maksimal, hasilnya kita serahkan kepada Yang Maha Pemberi Rejeki, Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT.

 

Nah sobat yayuarundina.com, itulah 5 tips yang bisa kita lakukan agar menjadi kuat mental saat menghadapi penolakan di dunia kerja. Penolakan itu biasa dalam hidup, hadapi dengan senyuman saja. Ingat, akan ada saatnya kita diterima bekerja.

 

Salam

Sampai jumpa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...