12/18/2023

KDRT Bukan Impian Lesti Kejora

 

Halo sobat yayuarundina.com -  Kasus KDRT atau kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh Lesti Kejora membuat kita gemas bangets. Kenapa sih malah balik lagi? Mending tuntaskan, cerai sajalah. Sudah pasti, KDRT Bukan Impian Lesti Kejora.


kdrt
KDRT Bukan Impian Lesti Kejora

KDRT Bukan Impian Lesti Kejora

KDRT bukan impian Lesti Kejora benarkah? Ah, sungguh miris rasanya membaca data kasus kekerasan yang terjadi pada perempuan. Berdasarkan laman kemenppa, kasus kekerasan pada tahun ini berjumlah 26.676. Korban terbanyak adalah perempuan sebanyak 23.408 orang. Jumlah yang hampir sama dengan jumlah kasusnya.

Walau KDRT bukan impian Lesti Kejora dan para perempuan lainnya di Indonesia khususnya, tapi jumlah kasus dan korbannya lumayan besar. Banyak perempuan yang menderita akibat kekerasan ini. Baik fisik, psikis, maupun kekerasan seksual. Pulau Jawa menjadi wilayah yang paling banyak terjadinya kasus kekerasan ini.

Walau ada pria yang menjadi korbannya, tapi lebih banyak kaum Adamlah yang menjadi pelaku kekerasan ini. Padahal, Lesti Kejora dan para perempuan itu mengharapkan kasih sayang dan curahan cinta yang tulus dari para lelaki. Mereka berharap, para pria yang menjadi teman hidupnya itu adalah pelindung sejati mereka.

KDRT Bukan Adegan Film

KDRT bukan adegan film ini benar adanya. Selain kasus Lesti Kejora yang heboh itu. Banyak perempuan lain yang mengalaminya juga. Ini bukan sebuah cerita dalam film.

Suatu sore, kami duduk berdua di ruang tamu. Hari itu, temanku datang untuk menginap di rumah baruku. Kami sengaja janjian untuk bertemu. Kesibukan sebagai wanita karier telah lama memisahkan kami. Rasa rindu terobati juga hari itu.

Sejak siang, banyak cerita yang mengalir dari kami berdua. Senang rasanya bisa bercerita lagi, tertawa bersama sambil menikmati cemilan ringan. Tawa bahagia selalu ada di setiap obrolan kami. Mengenang masa lalu.

Malam pun menyapa. Cerita berubah horor. Bukan Kuntilanak atau Pocong yang datang. Namun, sahabatku ini bercerita tentang kekerasan dalam rumah tangga yang pernah dialaminya. Dulu sekali, sebelum aku mengenalnya.

Suami yang dinikahinya ternyata punya gangguan emosional yang sangat parah. Jika ada masalah yang dialaminya, istri jadi sasaran bogem mentahnya. Alhasil, wajah temanku pasti benjol dan bengep-bengep. Mata pun jadi bulat besar akibat pukulan hebat yang diterimanya. Belum lagi, tubuh dan anggota badan lainnya. Ih, ngeri benar ceritanya.

Sahabatku ini berharap, suaminya akan berubah manis. Bertransformasi menjadi pria yang baik dan jadi pelindung sejatinya. Namun, harapan tinggal harapan. Nihil. Selama dua tahun, dia pasrah menerima kekerasan dalam rumah tangganya. Harapan itu menjadi penguatnya.

Namun, akhirnya, sahabatku ini menyerah juga. Dengan hati bulat, ia memutuskan untuk bercerai dari suaminya. Untunglah belum dikarunia anak. Beruntung pula, pengadilan mempermudah proses perceraian tersebut.

Ah, sayang, perjalanan hidup setelahnya tak semulus harapan. Mantan suaminya masih saja menjadi sumber masalah. Walau tak lagi menerima kekerasan fisik, tapi hal lain terjadi. Mantan suaminya menyebarkan fitnah keji di tempat kerja mantan istrinya. Alhasil, gosip, cemoohan, beragam tingkah laku negatif rekan sekerja diterima sahabat saya ini. Mereka termakan omongan kosong sang mantan suami yang tiba-tiba jadi aktor paling wahid sedunia. Penyebar fitnah.

Akhirnya, sahabat saya ini pindah kerja. Namun, masalah belum usai juga. Setelah melakukan teror secara mental, mantan suaminya ini melakukan pemerasan dan juga diam-diam bisa mengambil alih harta kekayaan mantan istrinya. Sahabat saya kembali pasrah dengan hal yang terjadi ini.

Hasil kerja kerasnya selama ini licin tandas. Dia harus kembali ke titik nol. Perhiasan emas yang menjadi tabungannya sudah ludes selama pernikahan. Suaminya yang pemabuk dan penjudi ini penyebabnya. Paling miris, ada juga perhiasan emas yang diberikan pada selingkuhan suaminya. Setelah bercerai, rumah yang ditempatinya, diam-diam dijual oleh suaminya.

Beruntung, kedua orang tua sahabat saya ini masih ada. Ayah ibunyalah yang pada akhirnya kembali menerima kehadiran putri tercintanya. Merekalah yang menjadi support system, dukungan terbaik  menghadapi teror suaminya yang masih berambisi agar mantan istrinya itu kembali lagi. Namun, sahabat saya menolak tegas.

Penolakan demi penolakan dari mantan istrinya ini membuat sang mantan suami semakin sering melakukan gangguan. Namun, sang ayah yang pensiunan tentara akhirnya bisa memukul mundur suami yang tak bertanggung jawab ini. Dipukul KO.

Secara perlahan, sahabat saya ini akhirnya bisa menata hidupnya kembali. Mendapatkan kebahagian hidupnya yang hakiki bersama keluarga besarnya. Alhamdulillah.

Tips Menghadapi Kasus KDRT

Kekerasan dalam rumah tangga seperti hantu jahat. Tak terlihat tapi sering menyakiti. Kasus-kasusnya terjadi biasanya tanpa gejala awal. Saat sudah berumah tangga, barulah terjadi.

Perilaku manis saat pacaran berubah horor. Ini yang sering membuat para perempuan berada pada sebuah dilema berat. Antara cinta dan benci. Ada tirai tipis yang seringkali koyak. Para perempuan banyak yang terjebak pada rasa cinta buta itu. Menyerah kalah pada derita tiada ujung. Terjebak playing victim sang pelaku alias suami. Seperti Lesti Kejora.

Apakah Lesti Kejora dan para perempuan itu ingin tetap menjadi korban kekerasan? No. No. No! Sebaiknya segera menyingkir! 

Inilah beberapa tips agar bisa menyelesaikan kasus kekerasan dalam rumah tangga! Simak, pelajari, dan lakukan kelima tips ini!

1.      Buat Keputusan Berani

Ini adalah langkah awal untuk memutuskan rantai kekerasan. Tanpa keberanian, kekerasan dalam rumah tangga ini takkan pernah selesai. Selalu ada dan akan selalu terjadi.

Para perempuan harus membuat keputusan berani. Berani untuk mengakhiri KDRT ini pada dirinya. Sayangilah diri sendiri. Jika suami sudah tidak bisa lagi diandalkan, untuk apa dilanjutkan? Putus. Cukup sampai di sini saja.

 

2.      Kuatkan Mental

Langkah kedua setelah mengambil keputusan berani, bercerai misalnya. Kuatkan mental kita. Seperti pengalaman sahabat saya, tak mudah lepas dari laki-laki yang dicintainya sekaligus penyiksanya. Mereka bisa jadi pemuja sejati. Ada satu sisi dari kita yang menjadi magnet kuat. Menempel erat pada mantan suami. Entah itu kesenangannya menyiksa kita, harta, harga diri dan seabreg lainnya.

Pelaku kekerasan biasanya takkan mudah melepaskan mangsa begitu saja. Seribu akal dan jebakan dilakukan agar istrinya kembali ke pangkuannya. Kembali untuk menjadi bulan-bulanan dia lagi tentunya. Mempermainkan perasaan perempuan seringkali menjadi kekuatan yang tak terbantahkan. Para perempuan seringkali luluh.

No! Tidak! Jangan sampai hal ini terjadi! Kita harus mampu berpikir dan bertindak rasional. Kuatkan mental agar tak terjebak pada rayuan gombal yang membius. Ingatlah bahwa lelaki itu adalah orang paling kejam sedunia. Dia bukan malaikat pelindung. Jauhilah lelaki tak berguna ini!

 

3.      Cari Support Sistem Terbaik

Untuk proses yang demikian rumit ini, kita butuh support system terbaik. Dukungan terbaik. Keluarga, sahabat, ustad, ahli hukum atau lembaga formal. Banyak orang yang paham akan masalah ini. Merekalah yang seharusnya menjadi pelindung dan pendukung keputusan berani kita.

Selama  berada pada masa transisi ini, kita butuh kekuatan yang berada di luar diri ini. Keluarga, sahabat, ustad atau pihak lainnya ini berfungsi menjadi benteng Takeshi kita. Merekalah yang membuat kita tetap waras, mampu berpikir secara rasional.

Kita kembali menata hidup yang hancur lebur karena kekerasan dalam rumah tangga bersama mereka. Tak mudah memang, tapi kita harus melangkah pasti. Life must go on.

 

4.      Berani Melawan

Saat berada pada masa kekerasan itu, kita jangan diam saja. Kita bukan sasak tinju yang bisa dipukul seenaknya. Kita adalah manusia yang patut dihargai. Perempuan yang wajib dicintai dan dilindungi. Istri yang patut dibanggakan.

Kita harus berani melawan. Syukur-syukur kalau punya ilmu bela diri sehingga kita bisa menghindari atau meminimalisir akibat yang terjadi.

Bisa juga kita melawan secara verbal atau mengadukan kasus ini pada yang berwajib. Minimal pejabat RT.

 

5.      Selesaikan Secara Hukum

Ini adalah langkah terakhir. Jangan sungkan menyelesaikan kasus kekerasan dalam rumah tangga secara hukum! Dari laman yang sama, kemenpppa, layanan hukum yang diberikan masih tergolong sedikit dibandingkan dengan kasus yang terjadi.

Hal ini bisa saja terjadi akibat kita yang tak mau berurusan dengan hukum. Ribetlah dan lain sebagainya. Kita lebih memilih penyelesaian secara damai dan kekeluargaan.

Kasus kekerasan bukan perkara kecil. Banyak dampak yang ditimbulkannya, baik fisik maupun mental. Masalahnya tidak sederhana. Jadi, penyelesaian secara hukum bisa memberikan perlindungan yang pasti dan paripurna bagi perempuan.

Bagaimana menurut kalian, sobat yayuarundina.com? Apakah alian akan menyerah begitu saja? Mari sayangi diri kita sendiri! Jangan biarkan kekerasan itu menghancurkan diri kita. Mari tegakkan hak azasi manusia, khususnya pada kaum perempuan, kaum hawa!

Rasulullah mengajarkan bahwa suami istri itu wajib membangun keluarga yang sakinah, mawadah dan warohmah. Membawa kebaikan untuk diri sendiri dan pihak lainnya.

Buya Hamka berkata,"Cinta bukan mengajar kita lemah, tetapi membangkitkan kekuatan. Cinta bukan mengajar kita menghinakan diri, tetapi menghembuskan kegagahan."

Sekian

Salam

Sampai jumpa

 

  

 Sumber Tulisan dan Gambar

https://kekerasan.kemenpppa.go.id/ringkasan

https://www.rumahperempuandananak.or.id/pp-rpa-tegaskan-tindakan-kdrt-tidak-bisa-ditolerir-dengan-alasan-apapun/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...