Halo sobat yayuarundina.com
– Apa itu FOPO? Ada yang pernah mengalaminya? Yuk, kita bahas ilmu psikologi
tentang bergaul. Inilah FOPO: Sisi Positif dan Negatif Hidup Bersosialisasi?
FOPO yang dialami seorang wanita |
Definisi FOPO
FOPO itu
kepanjangan dari Fear of Other People’s Opinions. Ketakutan pada
pendapat orang lain. FOPO menjadi salah satu sisi positif dan negatif hidup
bersosialisasi.
Dikutip dari
laman UGM, “Banyak orang Indonesia sekarang yang takut dinilai jelek, gagal,
dan salah di mata orang lain. Demikian dikatakan oleh seorang psikolog
sekaligus dosen psikologi Universitas Gajah Mada (UGM), T. Novi Poespita
Candra, S.Psi, M.Si, P.hD. Bahkan, FOPO sudah menjadi fenomena baru di masyarakat dan
cenderung semakin meningkat.
Fenomena ini
semakin kuat terbentuk akibat pemakaian sosial media yang semakin menjadi gaya
hidup di era digital. Semakin derasnya informasi melalui social media, maka
FOPO bisa bernilai positif dan negatif dalam hidup bersosialisasi di dunia
maya.
FOPO: Sisi Positif dan
Negatif Hidup Bersosialisasi
Manusia
merupakan makhluk sosial. Tak mungkin hidup sendirian dan memenuhi semua
kebutuhannya sendirian. Oleh karena itu, bersosialisasi atau bermasyarakat
menjadi salah satu kebutuhan. Apalagi, di era ini, kita wajib memiliki jaringan
pertemanan yang luas agar bisa hidup sukses. FOPO punya sisi positif dan negatif
dalam hidup bersosialisasi.
Banyak suka - duka
yang kita alami dalam proses hidup bersosialisasi ini. Termasuk pendapat orang
lain. Diomongin orang lain. Di satu sisi, kita akan butuh pendapat atau masukan
orang lain untuk perbaikan diri dan kinerja kita. Di sisi lain, kita juga
sering merasa tersinggung dengan pendapat atau omongan orang lain tersebut. FOPO
seperti dua sisi mata uang. Punya sisi dan positif dan negatif dalam hidup
bersosialisasi.
Sahabat saya, Dyah
Prameswarie, pernah meminta muridku untuk menjadi reader pertama buku yang
ditulisnya. Yup, sebagai penulis, opini pembaca pertama menjadi sangat penting
untuk meluncurkan buku barunya. FOPO seperti ini tentu saja positif ya.
FOPO Itu Aku?
Apakah FOPO pernah
menjadi bagian dari hidupku? Tentu saja. Fopo pernah menjadi bagian dari
hidupku, bahkan juga kalian. Dulu, aku pernah diperbudak oleh berbagai pendapat
orang lain. Pendapat-pendapat mereka ibarat titah raja yang harus kupatuhi dan
kulaksanakan. Jadinya, kala itu, aku hidup berdasarkan pendapat-pendapat orang
lain.
Aku beli baju
gara-gara ikut tren. Ikut-ikutan teman yang memang suka belanja baju. Setelah
di rumah, baju yang kubeli tersebut ternyata tidak cocok saat kupakai. Aku
merasa jelek memakai baju itu. Saat harus pergi bersama dengan memakai baju
tersebut, aku jadi tak nyaman. Namun, aku bertahan demi kebersamaan.
Aku juga berutang
gara-gara disuruh teman. Bahkan, ada loh yang terjerat pinjol gara-gara
dipengaruhi oleh teman. Paling parah setelah berutang, mereka tidak bisa
melunasi pinjamannya tersebut. Akibatnya, barang-barang berharganya disita
untuk melunasi utang tersebut. Untungnya, aku tidak separah itu. Pinjamanku
kala itu untuk hal yang positif. Jadi, aku tak terlalu rugi. Namun, gara-gara pinjaman
tersebut, kebebasan finansialku sirna. Aku harus banyak puasa agar bisa
melunasi hutang.
Ah, masih banyak
hal lain yang kulakukan berdasarkan pendapat orang lain. Salah satu pendapat
teman yang bernilai positif kala itu adalah gaya rambut saat difoto untuk
kelulusan. Sahabatku, Sashi mengatakan agar aku mengurai rambut panjangku.
Bagian sampingnya diikat ke belakang. Poni dibiarkan menutup bagian dahiku.
Alhasil, fotoku cantik. Alhamdulillah. Thanks to you, Sobatku.
Begitulah
hidupku kala itu. Berjalan berdasarkan pendapat atau omongan orang lain.
Rasanya aku seperti robot. Lama-lama jiwaku berontak. Aku merasa cape alias Lelah
batin. Rasanya, aku tidak punya kebebasan untuk melangkah sendiri. Aku dibuat
mati kutu.
Benar kata
psikolog UGM itu bahwa FOPO bisa berpengaruh pada kesehatan mental kita. FOPO
bisa sangat menganggu kehidupan kita jika muncul terus menerus. Aku jadi mudah
marah. Kesal. Tersinggung. Aku jadi tak punya jati diri.
Bahaya FOPO Bagi Manusia
Benarkah FOPO
itu berbahaya bagi kita? Yes, 100% benar! Inilah beberapa bahayanya
1. Merusak kesehatan
mental
Orang yang
menderita FOPO, cenderung merasa cemas. Takut salah. Takut melakukan hal yang
disukainya. Takut diejek orang lain. Takut dihukum kalau tidak melaksanakan
titah orang lain. Inilah beberapa gangguan kesehatan mental yang terjadi. Kita
merasa sangat tersiksa.
Kita menjadi
orang lain. Badan kita punya diri sendiri. Namun, pikiran dan psikisnya
adalah orang lain. Kita hidup
berdasarkan pendapat orang lain. Kita jadi kehilangan jati diri.
2. Menjadi Manusia Kerdil
Karena
kemerdekaan diri telah direnggut oleh orang lain. Kita menjadi kerdil. Kita
bagai robot yang disetel oleh orang lain. Tak ada kebebasan diri. Dunia kita
menjadi sempit dan gelap.
3. Tidak Bisa Mengembangkan
Potensi Diri
Ini bahaya yang
paling parah. Kita tidak berani untuk mengembangkan diri. Semua potensi kita
ditelan oleh pendapat orang lain. Kita tidak punya keberanian untuk
mengeksplorasi kelebihan diri sendiri. Kita takut dinilai gagal. Akibatnya,
potensi terbaik kita terkubur hidup-hidup! Kita tak akan pernah berkembang.
Kita tak akan pernah sukses karena selalu takut salah. Takut diejek orang.
Kegagalan selalu menjadi bagian dari diri kita.
FOPO Dibentuk Oleh Budaya
dan Pendidikan
FOPO yang
terjadi pada diri seseorang terbentuk karena budaya dan pendidikan. Apalagi
budaya timur yang sangat feodal. Kita atau saya yang orang Indonesia,
diwajibkan untuk mematuhi orang tua. Tidak boleh membantah sedikit pun. Jika
demikian, kita akan masuk neraka! Para perempuan diwajibkan untuk taat kepada
suami. Apapun perkataannya wajib kita laksanakan.
Demikianlah
budaya feodalisme yang kita terima secara buta. Kewajiban itu bernilai mutlak.
Kita tak pernah berpikir kritis. Tak mau mencari pengetahuan tentang hal
tersebut. Doktrin itu kita telan bulat-bulat. Akibatnya, kita jadi takut.
Pendidikan juga
demikian. Di bangku sekolah, kita selalu terbiasa dengan keseragaman, baik
fisik maupun mental. Kita cenderung punya pendapat yang sama saat diminta
berpendapat di kelas. Idem. Bahkan, cenderung mengekor pendapat teman. Rasanya
kita buntu untuk mengeluarkan pendapat sendiri. Takut salah. Takut diejek teman
dan seabreg ketakutan lainnya. Buku yang kita pakai pun cenderung sama. Sama
judul dan penulisnya.
Itulah beberapa
biang kerok terjadinya FOPO pada diri kita. Kita tidak punya kemerdekaan.
Padahal sejak tahun 1945, negara kita telah merdeka, bebas dari penjajahan.
4 Tips Menghilangkan FOPO
Fopo atau fear
of other people’s opinion dapat dihilangkan. Kita bisa bebas dari rasa
takut karena omongan orang lain. Inilah beberapa tips yang bisa kita lakukan.
1. Tumbuhkan Percaya Diri
Tips
pertama untuk menghilangkan FOPO adalah tumbuhkan kepercayaan diri. Kita pasti
bisa melakukannya. Kita punya potensi diri yang positif. Kita punya kemampuan
yang hebat. Abaikan pendapat orang lain saat kita melakukan sesuatu yang
positif!
2. Banyak Beraktivitas
Dengan
melakukan banyak aktivitas yang positif, kita bisa lebih percaya diri. Satu
kali berhasil, akan diikuti keberhasilan lainnya. Daripada kita terjebak pada
pendapat atau omongan orang lain, akan lebih bermakna jika kita melakukan
sesuatu yang positif. Jika kita gagal, itu adalah biasa. Kegagalan adalah
kesuksesan yang tertunda. Taka da keberhasilan yang bersifat instan. Sekali
jadi. Pasti harus berproses.
3. Kendalikan Hidup Kita
Hidup
kita adalah daerah kekuasaan kita. Jangan biarkan orang lain memasuki wilayah
ini! Banyak hal dalam hidup ini yang tidak bisa kita kendalikan, termasuk
omongan atau pendapat orang lain. Kata teman dan guru saya, baik atau buruk,
manusia pasti akan berpendapat. Akan selalu membicarakan kita.
“Urang
pasti selalu diomongkeun batur wae. Hade atawa goreng. Itu mah biasa. Itu mah
sifat manusa,” nasihat pak Toni di suatu sore.
“Jangan
takut sama omongan orang lain! Pek weh batur mah rek ngomongkeun urang sakumaha
wae, terserah. Yang penting, kita berada di jalur yang benar,” ujarnya
kemudian.
4. Kenali Prinsip Hidup
Dalam
hidup ini, kita harus memiliki prinsip hidup. Tahu yang benar dan yang salah.
Agama menjadi pedoman hidup kita.
Dengan
kekuatan prinsip inilah, kita mengarungi dunia. Orang lain akan membicarakan kita
apapun, terserah mereka. Yang penting kita tidak melanggar aturan. Tidak
melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
Demikianlah
obrolan kita tentang FOPO. Fear of other people’s opinion. Ketakutan
terhadap pendapat orang lain.
Semoga
bermanfaat.
Di postingan
berikutnya, kita akan bahas privilege. Hak istimewa.
Salam literasi
Sampai jumpa
Sumber Tulisan:
https://mediaindonesia.com/weekend/631699/apa-beda-fomo-dan-fopo-yang-sama-sama-terkait-kecemasan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar