Halo
sobat yayuarundina.com – Kurikulum Merdeka sudah mulai dilaksanakan
pada tahun pelajaran ini. Mungkin juga sejak tahun-tahun lalu, walau masih
terbatas. Nah salah satu aspek dalam Kurikulum Merdeka adalah penerapan diferensiasi.
Kali ini, saya bahas Implementasi
Diferensiasi Dalam Menulis Cerpen.
Bimbingan Menulis Cerpen |
Sesuai dengan
arti kata dalam bahasa Inggris, diferensiasi berarti pembedaan. Apa maksudnya?
Jiwa Kurikulum Merdeka adalah memanusiakan hubungan, mengoptimalkan potensi
siswa. Hal itu berarti bahwa proses pembelajaran didasarkan pada profil dan
kebutuhan siswa. Termasuk perbedaan yang mereka miliki. Berbeda dalam minat,
gaya belajar, ekonomi, lingkungan tempat ia tinggal dan lain sebagainya. Tak ada
manusia yang sama, walau kembar sekalipun. Jadi implementasi diferensiasi dalam
proses belajar merupakan sebuah keharusan. Termasuk implementasi diferensiasi
dalam menulis cerpen.
Diferensiasi
dalam proses pembelajaran juga mengarah untuk mengakomodasi hal-hal yang
berbeda-beda tersebut. Diferensiasi dalam proses belajar bisa berupa perbedaan
gaya belajar, asesmen, tingkat kesulitan materi dan lainnya. Jadi, pembelajaran
dalam satu kelas bisa berbeda satu dengan yang lainnya. Karena jumlah siswa per
kelas di Indonesia lumayan banyak, jadi biasanya dikelompokkan. Termasuk juga
dalam implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen.
Bu Resna, guru
SMP 5 Cimahi menerapkan diferensiasi ini berdasarkan gaya belajar. Siswa
dikelompokkan dalam gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Siswa yang
memiliki gaya belajar visual menggunakan laptop. Siswa yang auditori menggunakan
musik. Sedangkan siswa yang senang bergerak atau kinestetik diberikan games
atau tantangan menyusun puzzle atau menempel jawaban di dinding kelas. Apakah
hal ini bisa diterapkan dalam implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen?
Inner Journey Sebagai Gerbang Awal Implementasi Diferensiasi dalam
Menulis Cerpen
Inner journey
merupakan tahap awal dalam proses pembelajaran menulis cerpen. Siswa diajak
untuk menyelami dirinya sendiri. Mereka harus menggali dan menemukan jati
dirinya. Siapakah aku? Apa minat dan potensiku? Inilah dua pertanyaan pemantik
yang bersifat terbuka. Dua pertanyaan dasar ini bisa dikembangkan dengan hal
yang semakna. Contohnya:
Pertanyaan pemantik |
Mengapa harus
ada Inner Journey? Seperti halnya dalam ESQ ala Ari Ginanjar, kita wajib
menjelajah ke dalam diri kita sendiri. Banyak hal yang sering kali luput kita
syukuri. Banyak hal yang menjadi bukti kebesaran Ilahi. Dengan Inner Journey,
siswa diharapkan lebih mengenal segala potensi yang dimilikinya. Sehingga dengan
proses belajar, potensi dan minat itu bisa dikembangkan lebih baik lagi. Salah
satunya melalui menulis cerpen. Sangat cocok mengimplementasikan diferensiasi
dalam menulis cerpen.
Beberapa Hasil Inner Journey |
Inner Journey, Profil Siswa, Asesmen dan Menulis Cerpen
Implementasi
diferensiasi dalam menulis cerpen diawali dengan inner journey. Inner journey
ini dilakukan untuk mengetahui profil siswa, khususnya minat dan potensi
mereka. Minat ini akan digunakan dalam menentukan tema cerpen yang akan mereka
buat. Dengan demikian, siswa tidak akan mengalami kesulitan menulis cerpen,
karena yang diangkat sesuai dengan dunia mereka sendiri. Sesuai dengan
keinginannya.
Jadi, inner
journey bisa kita lakukan sebagai bagian dari asesmen formatif dan juga
sumatif. Asesmen formatif berarti asesmen dalam proses pembelajaran. Contohnya penentuan
tema cerpen yang sesuai dengan minat siswa. Bisa juga hasil inner journey ini
dikembangkan untuk unsur cerpen lainnya. Misalnya, siswa waktu kecil pernah
dikejar-kejar bebek sampai lari ketakutan. Pengalaman ini bisa dimasukkan
menjadi satu adegan dalam cerpen. Sedangkan, asesmen sumatif nantinya berupa
produk cerpen yang dibuat oleh siswa.
Implementasi Inner Journey dalam Menulis Cerpen
Inner journey
ini dilakukan berupa dialog kritis. Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan
pemantik. Siswa merenungkan, mencari tahu, menggali dan mengungkapkan hasil
penjelajahan terhadap dirinya sendiri. Who
am I? Siapakah aku?
Informasi tahapan selengkapnya ada
di sini! Aksi Nyata Kemdikbud.
Implementasi Diferensiasi dalam Menulis Cerpen
Selain mengetahui profil murid, inner
journey juga menentukan media yang akan digunakan untuk menduniakan karya-karya
siswa dalam menulis cerpen. Guru bisa menyimpulkan media yang cocok dan membuat
kesepakatan pemakaian media tersebut dengan para siswa.
Inilah implementasi diferensiasi dalam
menulis cerpen. Diferensiasi dalam pemakaian media atau aplikasi. Para siswa
memiliki media yang berbeda untuk menduniakan karyanya. Hal ini dilakukan
berdasarkan profil kelas. Contohnya, di kelas 9H.
Hasil inner journey ada yang berminat menjadi editor dan illustrator. Oleh
karena itu, cerpen yang dibuat oleh kelas 9H nanti berupa
antologi cerpen.
Di kelas 9J, media yang digunakan adalah blog.
Yoshua menguasai bidang IT, sehingga ditantang untuk membuat sebuah blog kelas.
Akhirnya, terbentuklah blog 9 Journey Sewu BlogspotCom. Blog ini juga
bisa digunakan oleh siswa yang lainnya. Blog ini diharapkan menjadi warisan
berharga untuk siswa SMP Negeri 1 Cimahi angkatan berikutnya.
Di tiga kelas lainnya, -9G, 9I, dan 9K- media untuk menulis cerpen
berdasarkan minat individu dan tawaran khusus. Pada umumnya, siswa menggunakan aplikasi Rakata untuk menulis cerpen. Penawaran ini
dilakukan sesuai dengan kebutuhan naskah pada penerbit Mizan dan keluarganya.
Ini adalah sebuah peluang. Jadi, siswa yang bisa menulis dan ingin jadi penulis
bisa menyambut kesempatan emas ini.
Selain aplikasi Rakata, beberapa siswa
juga ada yang sudah memiliki akun di AU/ Twitter dan
Wattpad. Mereka
mengajak teman-teman lainnya untuk menulis menggunakan media sosial ini. Inilah
implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen. Keragaman dalam pemakaian media
penulisan cerpen. Perbedaan yang mengakomodasi minat dan keahlian para siswa.
Seain itu, hasil inner journey ini
juga menghasilkan karya yang berbeda. Cerita pendeknya dalam bentuk lain, yaitu
vlog, dan komik. Para siswa ini memiliki keinginan yang berbeda dengan yang
lainnya. Mereka lebih senang dan lebih percaya diri dengan hal tersebut.
Kendala Implementasi Inner Journey dalam Menulis Cerpen
Kendala utama yang dialami dalam
implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen ini adalah keterbatasan waktu.
Tak cukup untuk melakukan inner journey secara mendalam. Inner journey hanya
dilakukan satu pertemuan. Berikutnya menuliskan hasil inner journey dan membuat
rancangan cerpen.
Catatan Inner journey |
Menulis merupakan sebuah keterampilan berbahasa
yang kompleks. Keahlian yang butuh waktu untuk bisa maksimal. Butuh jam
terbang. Jika hanya sekali, rasanya akan banyak ketidakpuasan. Namun demikian,
inilah proses belajar. Pengembangan keterampilan menulis bisa dilakukan secara
mandiri oleh siswa.
Catatan Penting Implementasi Diferensiasi dalam Menulis Cerpen
Banyak catatan penting yang harus
ditulis dalam proses implementasi diferensiasi dalam menulis cerpen ini. Namun,
yang penting dari kegiatan ini ada 5 hal
utama.
Pertama, mencoba melakukan proses pembelajaran
sesuai dengan kebutuhan siswa. Pembelajaran yang berpihak pada siswa. Menulis
cerpen sesuai dengan minat masing-masing.
Kedua, menerapkan konsep diferensiasi sesuai dengan pemahaman pribadi
dan kondisi siswa di lapangan.
Ketiga, siswa diajak kreatif untuk menulis
cerpen dan harus berani, percaya diri menduniakan karya-karya mereka. Menjemput
bola.
Keempat, lebih bersyukur atas karunia yang
diberikan oleh Allah SWT dan lebih paham dengan dirinya sendiri. Ini menjadi
momentum untuk bisa mengembangkan potensi, minat, dan kemampuan lain yang ada
pada dirinya sendiri secara mandiri. Jangan biarkan potensimu mati tak berguna!
Kelima, siswa belajar bertanggung jawab
terhadap dirinya sendiri dan siap menerima segala konsekuensi yang terjadi.
Nah, sobat yayuarundina, demikianlah, praktik baik yang saya
lakukan. Semga bisa bermanfaat, menginspirasi dan menjadi proses pembelajaran
yang memasyarakat.
Salam guru-guru hebat
Sampai jumpa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar