Halo sobat yayuarundina.com,
Perlukah kita punya tokoh idola dalam hidup? Pernahkah mempertanyakan itu?
Idola sepertinya menjadi wajib saat remaja. Nah, sekarang bagaimana, adakah
pengaruhnya jika kita punya atau tak punya tokoh idola?
Kla Project |
Tokoh idola itu identik dengan dunia remaja yang penuh euphoria. Sepertinya saat itu kita wajib punya tokoh idola untuk bahan obrolan atau pergaulan dengan teman. Artis-artis favorit biasanya menjadi tokoh idola kita. Bisa perempuan atau laki-laki. Hmmm, rasanya siswa laki-laki jarang yang punya tokoh idola, ya? Mereka sepertinya lebih senang ngobrol tentang pemain bola.
Perlukah kita
punya tokoh idola dalam hidup? Ini sepertinya sebuah pertanyaan menarik. Dulu,
saat remaja, seringkali punya tokoh idola karena terbawa arus. Teman punya
idola, kita juga ikut-ikutan (aku sih ini hehehe…). Takut gak masuk dalam
circle gaul atau dianggap gak seru saat ngobrol pas jam istirahat.
Perlukah Kita Punya Tokoh Idola dalam Hidup?
Berdasarkan kepemilikan
tokoh idola, manusia akan terbagi dua. Pro dan kontra. Wajib punya tokoh idola
dan tidak harus punya tokoh idola. Menurutku, memiliki tokoh idola hanya
bersifat sementara saja. Ya itu tadi, hanya menjadi bagian pada masa remaja.
Setelah itu, biasanya akan hilang dengan sendirinya.
Saat remaja itu,
tokoh idola identik dengan para artis, penyanyi atau aktor. Dulu, Katon
Bagaskara, Erwin Libels, New Kids On The Block, Ryan Hidayat alm sering menjadi
tokoh idola. Kalau sekarang sepertinya beralih ke artis Korea, seperti: So Jong
Ki.
Kita akan
terobsesi memiliki semua hal yang terkait dengan tokoh idola tersebut. Kaset,
baju, foto, poster dan lainnya. Kamar jadi penuh dengan segala pernak-pernik
yang berhubungan dengan tokoh idola. Berulang kali lagu favorit dari New Kids
On The Block atau Kla Project diputar berulang kali sampai ngageol atau pita kasetnya rusak. Saat mentas, kita wajib beli
tiket konsernya. Datang. Berharap bisa salaman, foto bareng, atau minimal dapet
tanda tangan di kaset, baju dan tempat lainnya. Apes bagi yang gak berduit.
Satu keuntungan
positif saat memiliki tokoh idola adalah kita baca biografinya. Dengan membaca
itu, kita jadi tahu perjuangan mereka mencapai puncak karir. Tak mudah memang.
Alhasil, kita juga jadi lebih bersemangat mengejar cita-cita. Masa kalah sama
tokoh idola kita. Kita jadi lebih bersemangat untuk bersekolah. Ngobrol asyik
tentang kegiatan terbaru mereka saat jam kosong atau jam istirahat. Kalau
perlu, pulang sekolah, kita lanjutkan obrolannya di rumah teman. Ah, hidup jadi
lebih berwarna deh!
Namun, jangan
sampai deh kita buta mengidolakan seseorang! Semua hal dari tokoh idola kita
jadikan sesuatu yang berharga . Semuanya positif. Semua hal kita telan
bulat-bulat. Semua orang pasti punya kelebihan dan kekurangan. Setiap orang
punya sisi baik dan buruk. Seperti itulah manusia. Tak ada yang sempurna.
Jangan sampai kita sangat fanatik mengidolakan mereka! “Allah memang menutupi
aib-aib kita,” ujar Aa Gym selalu untuk mereka-mereka yang sedang menjadi tokoh
idola masyarakat.
Belajar Tentang Hidup Manusia dari Tokoh Idola Kita
Apakah aku punya
tokoh idola, Sob? Memiliki tokoh idola itu berarti kita bisa belajar tentang
hidup manusia. Dalam aplikasi Kamus
Besar Bahasa Indonesia V, idola adalah orang, gambar, patung dan lain
sebagainya yang menjadi pujaan. Sedangkan, pujaan adalah orang atau sesuatu
yang dipuja-puja. Dipuja-puja artinya dicintai.
Bagiku
menentukan seseorang atau sesuatu itu adalah tokoh idola merupakan suatu hal
yang sangat sulit. Entahlah, sangat sulit bagiku memuja-muja orang atau
sesuatu. Aku sih biasanya cukup suka atau kagum aza sih. Hal seperti ini
bisakah tergolong menjadi tokoh idola? Kalau seperti itu, ada artis yang
kukagumi dan kusuka karena aktingnya, wajah kasepnya alias ganteng.
Bisa susah move
on nih kalau ingat mereka. So Ji Sub yang berperan sebagai penolong dibalik
layar sampai akhirnya jatuh cinta sama wanita yang ditolongnya. So Ji Sub
sebenarnya orang kaya, tapi ia punya kekurangan, sakit-sakitan hingga kakinya
kurang berfungsi dengan baik. Apa ya judul drakornya nih? Ada juga Lee Min Ho,
So Jong Ki. Aku ikut-ikutan baper karena drakor yang sempat trending ini
Descendant of The Sun.
Selain aktor,
ada juga penyanyi ganteng yang aku suka.
Zaman SMA, kami sangat suka sama Katon Bagaskara seiring dengan kepopuleran
lagu-lagu Kla Project. Yogyakarta, Terpuruk Ku Di Sini dan lain sebagainya.
Lagu-lagu dengan syair yang hebat menurutku itu masuk bangets ke hati. Saat Kla
Project manggung lagi di Bandung setelah lama vakum, aku dan temanku sampai
rela pulang malam, nonton penampilannya lagi di sebuah mall. Kembali menikmati
lagu-lagu favorit Kla Project. Ditambah lagi Katon adalah mantan pramugara. Wuih,
saat itu pilot dan pramugara adalah profesi kece bangets deh. Tulus juga.
Baca Juga: https://www.yayuarundina.com/2022/04/keren-hati-hati-di-jalan-lagu-tulus.html
Bagiku memiliki
tokoh idola itu berarti kita bisa belajar tentang hidup manusia. Mengamati
perjalanan hidup mereka sampai mencapai puncak ternyata banyak lika-likunya.
Butuh waktu, perjuangan, kerja keras, sabar, dan tak kenal putus asa. Lee Min
Ho misalnya. Awalnya dia ingin menjadi pemain sepak bola. Pernah terjun di
dunia kulit bundar ini. Namun, karena cedera, dia tak bisa lagi menjadi pemain
bola. Akhirnya, terjun menjadi artis dan sukses berkiprah di drama korea
(drakor). The King ini pada akhirnya
menemukan kesuksesannya di dunia yang tak pernah diimpikan sebelumnya, drama
korea. Begitulah hidup, selalu banyak hal datang tanpa diduga. Kesuksesan
memang harus dibangun dengan kesungguhan.
Tokoh idola bisa
jadi motivator bagi kita untuk menjadi lebih baik. Kalau dalam ilmu IPA,
kemageran bisa berubah karena ada gaya luar. Kita selalu butuh penyemangat di
luar diri kita. Faktor eksternal.
Baca Juga: https://www.yayuarundina.com/2016/03/belajar-kanker-dari-mamah.html
Mamah Tokoh Idola Sejatiku
Inilah tokoh
idola sejatiku, mamah. Aku banyak belajar dari mamahku sendiri. Belajar tentang
sebuah kesabaran. Belajar hidup bersahaja. Belajar mendidik dengan penuh cinta.
Belajar tentang menerima. Belajar tentang pengabdian sejati pada orang tua dan
suami.
Ada satu hal
penting lagi yang kupelajari, kukagumi dan mungkin kulakukan juga sekarang.
Percaya dan yakin dengan diri sendiri. “Kita jangan sampai ikut-ikutan orang
lain. Kamu harus punya prinsip! Jangan terbawa arus dan harus yakin pada dirimu
sendiri! Didoakeun ku mamah, kamu juga nanti bisa seperti itu. Hidup enak
seperti yang lain.” Aamin!
Begitulah
jawaban jitu saat aku kecewa dengan keadaan. Aku merasa hidupku tak seberuntung
orang lain. Bisa ini. Bisa itu. Bisa pergi ke sini. Bisa pergi ke sana. Beli
baju baru. Jajan di kfc dan banyak lagi hal menyenangkan lainnya. . Aku sempat iri dengan keberuntungan
teman-temanku. Dunia remaja yang galau dan penuh kamuflase. Namun, berhasil kulewati
dengan selamat karena keteguhan, kesabaran dan doa-doa mamah yang melangit. I love you, Mom. Mamahku tercinta. The best. Terima kasih untuk semuanya. Doa
untuk mamah sekarang. “Semoga dilapangkan
kuburnya. Dijauhkan dari siksa kubur. Dan juga akan mendapatkan surga di sisi Allah
SWT. Aamiin!”
Sumber Gambar:
https://www.republika.co.id/berita/medx60/kejutan-kla-project-di-ulang-tahun-ke-25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar