Karya Mengantarkan Kita Pada Kedewasaan
Halo sobat yayuarundina.com, ada yang
sudah baca novel terbaru Teh Eva Sri Rahayu, Labirin8? Sebuah bentuk cinta
tanah air sang novelis untuk negerinya, Indonesia. Mengapa Labirin 8 merupakan sebuah Persembahan Karya Cinta
untuk Indonesia?
Yuk, kita simak hasil obrolan Teteh Kembar dari Bandung ini, Teh Eva Sri Rahayu
dan Teh Evi Sri Rezeki melalui acara IG Live Bincang Mimdan #8 di akun Merajut Indonesia. Tema kali ini tentang Sejarah dan Budaya dalam Novela Platform Digital. Di sini. juga kita tahu tentang PANDI lewat Program Merajut Indonesia Melalui Digitalisasi Aksara Nusantara (MIMDAN). Pasti seru kalau nanti ponsel kita menggunakan Aksara Sunda.
Teh Evi dan Teh Eva dalam Mimdan #8 |
Labirin 8 Persembahan Karya Cinta untuk Indonesia
Apa sih misi dan visi hidup kamu atau
lebih khusus saat menulis? Sebuah pertanyaan yang cukup menohok ulu hati.
Pernahkah kita memikirkan hal ini, Sob? Kalau aku sih lebih banyak mengalir
seperti air saja. Tanpa rencana. Karena sesuatu yang direncanakan itu selalu
gagal berantakan. Lebih baik spontanitas saja. Ada yang sependapat?
Sebuah pertanyaan penting dari Teh Eva
yang perlu kita renungkan bersama. Tak ada salahnya kita mulai menjalani hidup
sesuai dengan misi dan visi yang kita inginkan. Pasti langkahnya akan lebih
pasti.
Merajut Indonesia |
Setelah mengalami berbagai pergolakan
batin, Teh Eva tergiring pada komunitas budaya dan sejarah yang mampu
memberikan warna baru bagi perjalanan hidupnya. Sekaligus juga jadi terjun
untuk meneliti budaya Indonesia yang di kemudian hari sangat bermanfaat untuk
novelnya ini, Labirin 8.
Labirin 8 dipersembahkannya sebagai
bentuk cinta pada sejarah dan budaya Indonesia juga pada permasalahan salah
satu warisan dunia, Candi Borobudur.
Apa Hubungan Candi Borobudur dengan Novel Labirin 8?
Labirin 8 berkisah tentang beberapa
anak muda yang terjebak di bawah candi Borobudur karena gempa. Agar bisa keluar
dengan selamat dari ruang rahasia yang gelap, para pemuda itu harus mampu
menjawab teka-teki.
Novel Labirin 8 menggunakan tiga
latar, yaitu candi Borobudur, candi Liangan dan mata air Jumprit. Dengan
menggunakan latar tempat candi Borobudur, sang novelis ingin mengedukasi
masyarakat dalam pelestarian candi Budha terbesar ini. Rusaknya relief,
hilangnya stupa, vandalisme, dan
kerusakan-kerusakan lainnya tak semakin parah. Bahkan, semoga tak terjadi lagi!
Cerita fiksi yang dibangun dalam
labirin 8 ini berlatar sejarah, budaya dan mitos dalam masyarakat Indonesia.
Tentu saja ini dikemas dengan sangat menarik, penuh misteri. Kalian bisa
membacanya di platform digital Hipwee. Labirin 8 merupakan karya pertamanya
yang mengangkat kearifan lokal.
Sejuta Kehidupan Novelis Eva Sri Rahayu
Dunia kepenulisan sudah sangat dekat
dengan Teh Eva Sri Rahayu sejak kecil. Bersama saudara kembarnya, Teh Evi Sri
Rezeki, mereka cukup kreatif dalam membuat beragam karya, seperti komik,
majalah, cerpen walau masih dalam lingkup yang sangat terbatas.
Memasuki usia remaja, Teh Eva mulai
menulis cerpen. Dibukukan sendiri dengan mesin tik. Saat SMA, mulai mengirim
cerpen ke majalah, walau belum berhasil.
Saat kuliah mulai menulis novel
panjang sekitar 2005. Ide-ide menulis ini membuatnya mengalami sejuta
kehidupan. Dengan menemukan makna di balik dunia menulis inilah yang membuat Teh
Eva untuk berkomitmen di dunia ini. Satu karya, satu ide yang datang berarti
kita bertumbuh.
Dengan komitmen ini juga, Teh Eva
mampu menjadi juara dalam lomba penulisan novel. Kesempatan demi kesempatan
dalam dunia kepenulisan ini semakin terbuka lebar.
Teh Eva mulai aktif menulis sejak
2006. Genrenya cukup beragam. Dunia remaja. Psikologi, thriller, romance, fiksi
sejarah, fantasi, sains fiction. Dia
kini mencoba untuk membuat serial cerita animasi Setra Segara.
Teh Eva ini suka berfantasi. Hanya
mengalami sekali hidup tapi ingin mengalami sejuta kehidupan. Menulis menjadi
jalan untuk pengalaman luar biasa ini.
Para penulis yang menjadi tokoh idola
ada beberapa, salah satunya pemenang hadiah Pulitzer pada tahun 1937, yaitu
Margaret Mitchell. Penulis novel Gone With The Wind. Tokoh lainnya adalah penulis seri Percy Jackson, yaitu Rick
Riordan. Juga Seno Gumira Ajidarma, dan Evi Sri Rezeki.
Menulis di Platform Online
Ada dua jenis platform kepenulisan,
yaitu bebas dan premium. Di platform bebas, penulis bisa leluasa membuat karya
tanpa editor. Di platform premium, penulis biasanya dicari secara khusus. Ada
editor yang akan menjadi kawan diskusi dalam berkarya. Setelah diskusi cukup
matang, karya baru bisa diterbitkan.
Platform online menyebabkan penulis
tidak mati berkarya. Penulis bisa berinteraksi secara langsung. Bahkan penulis
bisa mendapatkan cerita dari pembaca.
Tulisan di platform online ini bisa
dibukukan, dicetak. Kendalanya adalah jumlah tulisan yang panjang-panjang harus
dipangkas karena keterbatasan kertas.
Kalian tertarik menulis di platform
online, Sob? Boleh deh mengikuti jejak teh Eva.
Tips Menulis Novela di Platform Online Ala Eva Sri Rahayu
1. Cari visi dan misi menulis. Apa
kepedulian kita? Misalnya pada kebudayaan agar bisa menyuarakannya pada
masyarakat luas. Bisa mengedukasi masyarakat. Bisa meluruskan stigma negatif.
2. Lakukan riset lapangan, literasi,
webinar, dan literasi digital untuk memperkaya cerita
3. Buat tulang punggung cerita, yaitu
premis, sinopsis dan struktur plot (logika cerita).
Nah, Sobat yayuarundina.com itulah
hasil bincang-bincang Mimdan kali ini. Semoga dengan ini generasi muda bisa
lebih mencintai budaya dan sejarah Indonesia
Sukses terus untuk Teteh Kembar dari
Bandung, Teh Eva Sri Rahayu dan Teh Evi Sri Rezeki.
Sampai jumpa lagi
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar