5/10/2022

Ramadhan Selalu Menghangatkan Hati dan Jiwa Kita

 

Halo Sobat yayuarundina.com, Ramadhan merupakan bulan yang selalu dinanti dan dirindukan kita semua. Tak jarang kita menangis saat Ramadhan ini pergi. Banyak kehangatan yang terjadi selama bulan suci ini. Ya, Ramadhan Selalu Menghangatkan Hati dan Jiwa Kita

shalat tarawih
Banyak kehangatan yang kita temukan di bulan suci Ramadhan

Siapakah yang Membutuhkan Kehangatan Hati dan Jiwa?

Pernahkah kalian merasa gamang, Sob? Merasa hampa, tak tentu rasa. Teu puguh rarasaan. Aku sering merasa seperti itu. Bete, ingin marah-marah, malahan juga ingin bahkan suka nangis. Masa puber?  Begitulah suatu masa dalam hidup kita. Perasaan seperti itu sering berulang, bahkan setelah kita dewasa dan juga mungkin nanti setelah tua.

Kondisi seperti itu mengingatkanku pada sebuah film Julia Robert: Love, Eat and Pray. Sebuah perjalanan untuk mencari ketentraman batin. Kalian pernah nonton film ini, Sob?  Entahlah, film ini sangat membekas benar dalam jiwa dan pikiranku hingga saat ini.

Dulu, aku sempat silau dengan kemajuan barat di berbagai bidang. Rasanya kehebatan mereka sangat mengkerdilkan negaraku. Betapa enaknya hidup di negara maju dengan segala kemudahan. Orang yang  tak punya rumah dan pekerjaan mendapat bantuan dari pemerintah. Begitulah rumor yang merajai pikiran dan hatiku. Saat itu, ingin rasanya aku hidup di negara maju. Sepertinya enak dan keren hidup di luar negeri.

Setelah menonton film Julia Robert tersebut, pandanganku berubah total 360 derajat. Kembali ke titik nadir.  Aku merasa bersyukur hidup di Indonesia. Mengapa? Dalam pikiranku, setelah menonton film tersebut, mereka memiliki kehampaan jiwa yang parah. Ada kekosongan batin dalam diri mereka. Oleh karena itulah, Julia Robert (Elizabeth Gilbert) melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk menemukan ketenangan, ketentraman dan kebahagian hidupnya. Mencarinya ke Napoli Italia, New York, Pataudi India dan Bali Indonesia.

Akhirnya, dia menemukannya di Bali. Menemukan kebahagiaan sejati setelah bertemu dengan seorang tokoh agama di Bali, Ketut Liyer. Liz Gilbert bisa merasakan kedamaian dan ketenangan hati setelah mendapatkan pencerahan agama Hindu dari Ketut Liyer. Bahkan akhirnya, setelah film ini berakhir, Julia Robert menganut agama Hindu. Inilah salah satu pesona spiritual yang muncul dalam film ini.

Berdasarkan VOA, karena film itu, Bali menjadi semakin terkenal di dunia internasional karena budayanya, orang-orangnya, penyembuhan spiritualnya, dan juga pesona alamnya. Wisata spiritual menjadi trend tersendiri bagi warga Amerika. Bali menjadi salah satu tujuannya.

Julia Robert, Elizabeth Gilbert dan kita semua , baik pria atau wanita, tua dan muda pastinya membutuhkan kehangatan hati dan jiwa. Kehangatan sejati yang membuat kita selalu bahagia dan optimis menjalani segala takdir hidup. Mampu mengarungi perjalanan hidup dengan senyuman.

Ramadhan Menghangatkan Hati dan Jiwa Kita

Pelajaran berharga dari film itu adalah kebahagiaan sejati ada pada agama. Percaya akan segala kebesaran Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa), pertolongan-Nya, Rahmat dan kasih sayang-Nya. Segala sesuatunya kembali kepada Allah SWT. Kembali kepada Sang Maha Pencipta. Semua masalah yang kita alami, hanya bisa dipasrahkan seikhlas-ikhlasnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Inilah ketenangan hakiki bagi manusia.

Ramadhan menjadi bulan yang mendekatkan diri kita kepada agama yang sejati. Selama setahun perjalanan hidup kita, sibuk dengan urusan duniawi, Ramadhan menjadi bulan istimewa. Kita lebih total dekat dengan Allah SWT. Di bulan penuh berkah ini, kita lebih banyak beribadah daripada urusan dunia. Apapun kebaikan yang kita lakukan akan mendapatkan pahala berkali-kali lipat.

Selain shalat wajib lima kali sehari, kita tambahkan dengan berbagai macam shalat sunat, shalat Tarawih tentunya yang utama. Setelah shalat Isya, kita biasanya melakukan shalat tersebut lebih utama di masjid-mesjid.

Selain shalat, kita juga biasanya lebih memperbanyak baca Al Quran. Banyak orang yang menargetkan selama Ramadhan ini bisa khatam Al Quran. Tamat membaca 30 juz. Bahkan, bisa lebih dari satu kali. Sungguh suatu kenikmatan luar biasa, jika kita bisa melakukannya.

Kegiatan-kegiatan ibadah itu, tentu saja membawa kehangatan bagi hati dan jiwa kita. Hal ini semakin bertambah berkali-kali lipat, tatkala kita berbagi kebahagiaan dengan sesama. Bersedekah. Berbagi rejeki. Kebersamaan dengan keluarga juga menjadi poin penting. Kita bisa makan bersama saat sahur dan buka puasa. Bisa shalat berjamaah dan beragam kebersamaan lainnya. Sebuah hal langka yang mungkin sulit dilakukan di bulan-bulan lainnya.

Namun, hal tersebut tentu saja tidak mudah juga dilakukan. Banyak godaan yang merintangi. Malas, mengantuk, masuk angin, kelelahan, dan berbagai gangguan lainnya.

Antangin Menghangatkan Ramadhan Kita

Ramadhan sebagai bulan penuh ampunan pastinya menjadi sebuah tujuan kita selama menjalani puasa di bulan suci ini. Kita berharap semua dosa-dosa kita dicuci bersih, sehingga kita semua kembali fitri di akhir Ramadhan, saat Idul Fitri.

Oleh karena itulah, kita berlomba-lomba memperbaiki diri, memperbanyak ibadah, berlomba-lomba dalam kebaikan agar semua tujuan kita itu bisa diperoleh di akhir Ramadhan. Apalagi saat sepuluh malam terakhir, kita berusaha untuk mengejar dan mendapatkan Lailatul Qadar, malam seribu bulan.

Malas, kelelahan dan masuk angin biasanya menjadi penghalang kita menjadi pemenang di akhir Ramadhan. Belum lagi ditambah kerempongan mempersiapkan lebaran. Membuat aneka kue dan masakan untuk menyambut tamu, apalagi jika kita menjadi tuan rumah. Tak jarang kita pun tumbang di tengah jalan. Sakit saat harus menerima tamu dan bermaaf-maafan.

Agar hal tersebut tak terjadi atau berulang terjadi, kita butuh strategi khusus. Kita butuh menyiasati umur. Semakin bertambah umur, kekuatan kita semakin berkurang. Kita tak lagi bisa setangguh Xena. Kita tak lagi bisa menjadi pemborong semua pekerjaan. Butuh bantuan orang lain. Bagi-bagi tugas.

Dulu, saat mamah masih ada, kami biasanya berbagi tugas. Kita semua terjun untuk membuat aneka kue kering dan bolu seminggu atau dua minggu sebelum lebaran. Tiga atau dua hari sebelum lebaran kita berbelanja untuk masak-masak menu lebaran. Sehari sebelumnya, Aku dan Mamah mempersiapkan aneka bumbu hidangan lebaran. Tumis dan masak aneka masakan khas lebaran. Opor ayam, sambal goreng kentang, ace cabe hijau, acar dan kupat.

Saat itu, aku seringkali merasa bete dan frustasi dengan setumpuk pekerjaan tersebut. Belum lagi harus beres-beres rumah, cuci piring, menata meja dan lainnya. Semua harus dilakukan, tak bisa dihindari. Kita sering harus begadang saat malam lebaran.

Mamah seringkali menguatkanku. Namun, tak jarang pula, mamahku sakit. Masuk angin. Pusing dan mual. Antangin dan tidur menjadi andalan kami. Rasa hangat dari obat herbal ini menjalari tubuh kami. Meredakan masuk angin dan kelelahan. Seringkali, setelah meminum Antangin ini, kita bersendawa. Plong rasanya. Badan lebih enak terasa.

Antangin dan Ramadhan
Antangin, andalanku saat Ramadhan


Ramadhan tahun ini, cuaca menjadi kendala. Hujan terus-menerus seringkali membuat suhu ruang menjadi dingin. Aku yang punya alergi dingin sering batuk-batuk. Apalagi, hujan sering turun saat malam hari, bertepatan dengan pelaksanaan shalat Tarawih. Jadi, batal pergi ke masjid, takut kehujanan dan kebasahan. Ntar masuk angin deh. Shalat Tarawih di rumah juga jadi malas. Inginnya berselimut saja.

Kembali Antangin menjadi andalan kami saat cuaca seperti ini. Rasa hangatnya bisa meredakan dingin. Ya, Antangin jadi menghangatkan Ramadhanku tahun-tahun lalu, kini dan nanti. Semoga kita bisa bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan.

Selain itu, saat mudik atau bepergian, Antangin juga menjadi salah satu bekal wajib kami, selain minuman dan cemilan.  Jaga-jaga biar gak muntah atau mabok perjalanan. Aku biasanya minum Antangin sebelum atau saat perjalanan. Cukup satu bungkus saja. Kecuali  kalau badanku sedang tidak fit, bisa tiga kali sehari. Biasanya sih cepat pulih setelah itu. Menemukan Antangin di perjalanan, Alfamart dan Indomaret yang kami temui menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri, apalagi saat bekal antangin habis.

Antangin habbatussauda
Antangin Habbatussauda untuk daya tahan tubuh


Opiniku Tentang Antangin, Obat Herbal

Nah Sob, kalian sudah tahu kan bahwa Antangin menjadi andalanku dalam berbagai kondisi. Dulu, kini dan nanti. Mengapa?

Aku suka sekali dengan rasa hangatnya. Kehangatan Antangin itu seperti kehangatan cinta sejati. True love. Rasa sakitku ibarat rindu yang terobati setelah bertemu dengan sang pujaan hati.

Antangin mampu menghilangkan gejala masuk angin seperti: rasa mual, pusing,  dan membuat badanku fit kembali. Terbayang dong tidak enaknya saat masuk angin. Bisa aduk lajer. Serba salah. Duduk gak enak. Tidur gak enak. Badan terasa gak karuan. Tersiksa bangets.

Aku juga suka dengan kandungan bahan alaminya. Jahe dan Habatussauda. Plus Royal Jelly dan ginseng. Sejak dulu, terutama saat kemping pramuka, jahe jadi andalan kita untuk mengusir dingin. Saat sore atau malam hari, paling enak kalau minum bandrek. Keluargaku juga begitu. Saat cuaca dingin, bandrek dengan bahan baku utama jahe ini jadi andalan. Bisa buat sendiri atau beli di mamang langganan yang selalu lewat depan rumah. Sering juga kukunyah jahe yang ada di masakan mamah. Enak tenan.

Nah, sekarang jadi nambah deh pasukan kehangatannya dengan Antangin JRG dan Antangin Habbatussauda. Apa manfaatnya? Dengan kandungan bahan utamanya, Antangin dapat menjaga daya tahan tubuh. Juga mampu mengobati dan mencegah masuk angin.

Menurutku sih Antangin ini cespleng bangets. Badan bisa lebih enak dan cepet  pulih lagi. Aku juga suka dengan rasanya yang hangat. Antangin bisa kuandalkan saat dalam perjalanan, terutama setiap Ramadhan dan lebaran ini. Tak khawatir dengan efek sampingnya, karena termasuk herbal alami. Aman, nyaman dan enak. Itulah Antangin JRG dan Habbatussauda.

Nah, sobat yayuarundina.com, untuk perjalanan kalian, masuk angin dan menjaga daya tahan tubuh, Antangin aza deh. Jangan lupa bawa Antangin JRG dan Antangin Habbatussauda ini di tasmu ya! Bersama Antangin, Ramadhan selalu menghangatkan jiwa dan hati kita.

 

Yuk, sampai jumpa lagi ya

Salam

 

 

 

 

Sumber artikel dan gambar:

https://www.voaindonesia.com/ Christine Hakim: Film Eat, Pray and Love  Perkenalkan Budaya Bangsa. https://quizizz.com/admin/quiz/605537d3927a4800209f636e/indahnya-sholat-tarawih-dan-tadarus-al-quran

 

 

 

12 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  4. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus
  6. Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.

    BalasHapus

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...