Halo
Sobat yayuarundina.com, Ramadhan merupakan bulan yang selalu dinanti
dan dirindukan kita semua. Tak jarang kita menangis saat Ramadhan ini pergi.
Banyak kehangatan yang terjadi selama bulan suci ini. Ya, Ramadhan Selalu Menghangatkan
Hati dan Jiwa Kita
Banyak kehangatan yang kita temukan di bulan suci Ramadhan |
Pernahkah kalian
merasa gamang, Sob? Merasa hampa, tak tentu rasa. Teu puguh rarasaan. Aku sering merasa seperti itu. Bete, ingin
marah-marah, malahan juga ingin bahkan suka nangis. Masa puber? Begitulah suatu masa dalam hidup kita. Perasaan
seperti itu sering berulang, bahkan setelah kita dewasa dan juga mungkin nanti
setelah tua.
Kondisi seperti
itu mengingatkanku pada sebuah film Julia
Robert: Love, Eat and Pray. Sebuah perjalanan untuk mencari ketentraman
batin. Kalian pernah nonton film ini, Sob?
Entahlah, film ini sangat membekas benar dalam jiwa dan pikiranku hingga
saat ini.
Dulu, aku sempat
silau dengan kemajuan barat di berbagai bidang. Rasanya kehebatan mereka sangat
mengkerdilkan negaraku. Betapa enaknya hidup di negara maju dengan segala
kemudahan. Orang yang tak punya rumah
dan pekerjaan mendapat bantuan dari pemerintah. Begitulah rumor yang merajai
pikiran dan hatiku. Saat itu, ingin rasanya aku hidup di negara maju.
Sepertinya enak dan keren hidup di luar negeri.
Setelah menonton
film Julia Robert tersebut, pandanganku berubah total 360 derajat. Kembali ke
titik nadir. Aku merasa bersyukur hidup
di Indonesia. Mengapa? Dalam pikiranku, setelah menonton film tersebut, mereka
memiliki kehampaan jiwa yang parah. Ada kekosongan batin dalam diri mereka.
Oleh karena itulah, Julia Robert (Elizabeth Gilbert) melakukan perjalanan ke
berbagai tempat untuk menemukan ketenangan, ketentraman dan kebahagian
hidupnya. Mencarinya ke Napoli Italia, New York, Pataudi India dan Bali
Indonesia.
Akhirnya, dia
menemukannya di Bali. Menemukan kebahagiaan sejati setelah bertemu dengan
seorang tokoh agama di Bali, Ketut Liyer. Liz Gilbert bisa merasakan kedamaian
dan ketenangan hati setelah mendapatkan pencerahan agama Hindu dari Ketut
Liyer. Bahkan akhirnya, setelah film ini berakhir, Julia Robert menganut agama
Hindu. Inilah salah satu pesona spiritual yang muncul dalam film ini.
Berdasarkan VOA,
karena film itu, Bali menjadi semakin terkenal di dunia internasional karena
budayanya, orang-orangnya, penyembuhan spiritualnya, dan juga pesona alamnya.
Wisata spiritual menjadi trend tersendiri bagi warga Amerika. Bali menjadi
salah satu tujuannya.
Julia Robert,
Elizabeth Gilbert dan kita semua , baik pria atau wanita, tua dan muda pastinya
membutuhkan kehangatan hati dan jiwa. Kehangatan sejati yang membuat kita
selalu bahagia dan optimis menjalani segala takdir hidup. Mampu mengarungi
perjalanan hidup dengan senyuman.
Ramadhan Menghangatkan Hati dan Jiwa Kita
Pelajaran
berharga dari film itu adalah kebahagiaan sejati ada pada agama. Percaya akan
segala kebesaran Allah SWT (Tuhan Yang Maha Esa), pertolongan-Nya, Rahmat dan
kasih sayang-Nya. Segala sesuatunya kembali kepada Allah SWT. Kembali kepada
Sang Maha Pencipta. Semua masalah yang kita alami, hanya bisa dipasrahkan
seikhlas-ikhlasnya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Inilah ketenangan hakiki bagi
manusia.
Ramadhan menjadi
bulan yang mendekatkan diri kita kepada agama yang sejati. Selama setahun
perjalanan hidup kita, sibuk dengan urusan duniawi, Ramadhan menjadi bulan
istimewa. Kita lebih total dekat dengan Allah SWT. Di bulan penuh berkah ini,
kita lebih banyak beribadah daripada urusan dunia. Apapun kebaikan yang kita
lakukan akan mendapatkan pahala berkali-kali lipat.
Selain shalat
wajib lima kali sehari, kita tambahkan dengan berbagai macam shalat sunat,
shalat Tarawih tentunya yang utama. Setelah shalat Isya, kita biasanya
melakukan shalat tersebut lebih utama di masjid-mesjid.
Selain shalat,
kita juga biasanya lebih memperbanyak baca Al Quran. Banyak orang yang
menargetkan selama Ramadhan ini bisa khatam Al Quran. Tamat membaca 30 juz.
Bahkan, bisa lebih dari satu kali. Sungguh suatu kenikmatan luar biasa, jika
kita bisa melakukannya.
Kegiatan-kegiatan
ibadah itu, tentu saja membawa kehangatan bagi hati dan jiwa kita. Hal ini
semakin bertambah berkali-kali lipat, tatkala kita berbagi kebahagiaan dengan
sesama. Bersedekah. Berbagi rejeki. Kebersamaan dengan keluarga juga menjadi
poin penting. Kita bisa makan bersama saat sahur dan buka puasa. Bisa shalat
berjamaah dan beragam kebersamaan lainnya. Sebuah hal langka yang mungkin sulit
dilakukan di bulan-bulan lainnya.
Namun, hal
tersebut tentu saja tidak mudah juga dilakukan. Banyak godaan yang merintangi.
Malas, mengantuk, masuk angin, kelelahan, dan berbagai gangguan lainnya.
Antangin Menghangatkan Ramadhan Kita
Ramadhan sebagai
bulan penuh ampunan pastinya menjadi sebuah tujuan kita selama menjalani puasa
di bulan suci ini. Kita berharap semua dosa-dosa kita dicuci bersih, sehingga
kita semua kembali fitri di akhir Ramadhan, saat Idul Fitri.
Oleh karena
itulah, kita berlomba-lomba memperbaiki diri, memperbanyak ibadah,
berlomba-lomba dalam kebaikan agar semua tujuan kita itu bisa diperoleh di
akhir Ramadhan. Apalagi saat sepuluh malam terakhir, kita berusaha untuk
mengejar dan mendapatkan Lailatul Qadar, malam seribu bulan.
Malas, kelelahan
dan masuk angin biasanya menjadi penghalang kita menjadi pemenang di akhir
Ramadhan. Belum lagi ditambah kerempongan mempersiapkan lebaran. Membuat aneka
kue dan masakan untuk menyambut tamu, apalagi jika kita menjadi tuan rumah. Tak
jarang kita pun tumbang di tengah jalan. Sakit saat harus menerima tamu dan
bermaaf-maafan.
Agar hal
tersebut tak terjadi atau berulang terjadi, kita butuh strategi khusus. Kita
butuh menyiasati umur. Semakin bertambah umur, kekuatan kita semakin berkurang.
Kita tak lagi bisa setangguh Xena. Kita tak lagi bisa menjadi pemborong semua
pekerjaan. Butuh bantuan orang lain. Bagi-bagi tugas.
Dulu, saat mamah
masih ada, kami biasanya berbagi tugas. Kita semua terjun untuk membuat aneka
kue kering dan bolu seminggu atau dua minggu sebelum lebaran. Tiga atau dua
hari sebelum lebaran kita berbelanja untuk masak-masak menu lebaran. Sehari
sebelumnya, Aku dan Mamah mempersiapkan aneka bumbu hidangan lebaran. Tumis dan
masak aneka masakan khas lebaran. Opor ayam, sambal goreng kentang, ace cabe
hijau, acar dan kupat.
Saat itu, aku
seringkali merasa bete dan frustasi dengan setumpuk pekerjaan tersebut. Belum
lagi harus beres-beres rumah, cuci piring, menata meja dan lainnya. Semua harus
dilakukan, tak bisa dihindari. Kita sering harus begadang saat malam lebaran.
Mamah seringkali
menguatkanku. Namun, tak jarang pula, mamahku sakit. Masuk angin. Pusing dan
mual. Antangin dan tidur menjadi andalan kami. Rasa hangat dari obat herbal ini
menjalari tubuh kami. Meredakan masuk angin dan kelelahan. Seringkali, setelah
meminum Antangin ini, kita bersendawa. Plong rasanya. Badan lebih enak terasa.
Antangin, andalanku saat Ramadhan |
Ramadhan tahun
ini, cuaca menjadi kendala. Hujan terus-menerus seringkali membuat suhu ruang
menjadi dingin. Aku yang punya alergi dingin sering batuk-batuk. Apalagi, hujan
sering turun saat malam hari, bertepatan dengan pelaksanaan shalat Tarawih. Jadi,
batal pergi ke masjid, takut kehujanan dan kebasahan. Ntar masuk angin deh.
Shalat Tarawih di rumah juga jadi malas. Inginnya berselimut saja.
Kembali Antangin
menjadi andalan kami saat cuaca seperti ini. Rasa hangatnya bisa meredakan
dingin. Ya, Antangin jadi menghangatkan Ramadhanku tahun-tahun lalu, kini dan
nanti. Semoga kita bisa bertemu kembali dengan Ramadhan tahun depan.
Selain itu, saat
mudik atau bepergian, Antangin juga menjadi salah satu bekal wajib kami, selain
minuman dan cemilan. Jaga-jaga biar gak
muntah atau mabok perjalanan. Aku biasanya minum Antangin sebelum atau saat
perjalanan. Cukup satu bungkus saja. Kecuali
kalau badanku sedang tidak fit, bisa tiga kali sehari. Biasanya sih
cepat pulih setelah itu. Menemukan Antangin di perjalanan, Alfamart dan
Indomaret yang kami temui menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri, apalagi saat
bekal antangin habis.
Antangin Habbatussauda untuk daya tahan tubuh |
Opiniku Tentang Antangin, Obat Herbal
Nah Sob, kalian sudah tahu kan bahwa
Antangin menjadi andalanku dalam berbagai kondisi. Dulu, kini dan nanti.
Mengapa?
Aku suka sekali
dengan rasa hangatnya. Kehangatan Antangin itu seperti kehangatan cinta sejati.
True love. Rasa sakitku ibarat rindu
yang terobati setelah bertemu dengan sang pujaan hati.
Antangin mampu
menghilangkan gejala masuk angin seperti: rasa mual, pusing, dan membuat badanku fit kembali. Terbayang
dong tidak enaknya saat masuk angin. Bisa
aduk lajer. Serba salah. Duduk gak enak. Tidur gak enak. Badan terasa gak
karuan. Tersiksa bangets.
Aku juga suka
dengan kandungan bahan alaminya. Jahe dan Habatussauda. Plus Royal Jelly dan
ginseng. Sejak dulu, terutama saat kemping pramuka, jahe jadi andalan kita
untuk mengusir dingin. Saat sore atau malam hari, paling enak kalau minum
bandrek. Keluargaku juga begitu. Saat cuaca dingin, bandrek dengan bahan baku
utama jahe ini jadi andalan. Bisa buat sendiri atau beli di mamang langganan
yang selalu lewat depan rumah. Sering juga kukunyah jahe yang ada di masakan
mamah. Enak tenan.
Nah, sekarang
jadi nambah deh pasukan kehangatannya dengan Antangin JRG dan Antangin Habbatussauda.
Apa manfaatnya? Dengan kandungan bahan utamanya, Antangin dapat menjaga daya
tahan tubuh. Juga mampu mengobati dan mencegah masuk angin.
Menurutku sih
Antangin ini cespleng bangets. Badan bisa lebih enak dan cepet pulih lagi. Aku juga suka dengan rasanya yang
hangat. Antangin bisa kuandalkan saat dalam perjalanan, terutama setiap Ramadhan
dan lebaran ini. Tak khawatir dengan efek sampingnya, karena termasuk herbal
alami. Aman, nyaman dan enak. Itulah Antangin JRG dan Habbatussauda.
Nah,
sobat yayuarundina.com, untuk perjalanan kalian, masuk angin dan
menjaga daya tahan tubuh, Antangin aza deh. Jangan lupa bawa Antangin JRG dan
Antangin Habbatussauda ini di tasmu ya! Bersama Antangin, Ramadhan selalu
menghangatkan jiwa dan hati kita.
Yuk, sampai
jumpa lagi ya
Salam
Sumber artikel
dan gambar:
https://www.voaindonesia.com/
Christine Hakim: Film Eat, Pray and Love
Perkenalkan Budaya Bangsa. https://quizizz.com/admin/quiz/605537d3927a4800209f636e/indahnya-sholat-tarawih-dan-tadarus-al-quran