Halo Sobat
yayuarundina.com, ah rasanya ngobrol tentang kebahagiaan hidup itu
menyenangkan, bukan? Semua orang selalu berharap hidupnya bahagia. Banyak cara
yang bisa ditempuh untuk meraih kebahagiaan tersebut. Salah satunya adalah Jumat
Berkah, Salah Satu Cara Membuat Diri Kita Berbahagia.
Mengapa Jumat
berkah bisa membuat kita bahagia? Bagaimana caranya? Itu pasti yang terlintas
di benak Sobat yayuarundina.com, ya kan? Nah, biar kepo kamu tuntas. Kalian gak
penasaran, kita bahasa aza materi Jumat Berkah ini, setuju?
Mencari rejeki di Jumat Berkah |
Keistimewaan Hari Jumat
Hari Jumat dalam
agama Islam merupakan hari yang istimewa. Banyak peristiwa bersejarah yang
terjadi pada hari Jumat. Beberapa diantaranya adalah diciptakannya nabi
Adam, diturunkannya nabi Adam ke bumi,
dan nanti terjadinya kiamat.
Di samping itu
juga, Jumat merupakan hari dikabulkannya doa-doa kita, terutama saat waktu
setelah shalat Ashar. Oleh karena itu, ada beberapa anjuran yang sebaiknya
dilakukan pada malam atau hari Jumat.
Keistimewaan berdoa di hari Jumat |
Hal tersebut adalah:
1.
Membaca surat Al Kahfi
2.
Memperbanyak shalawat nabi
3.
Mandi
4.
Bersegera ke masjid
5.
Shalat sunat setelah shalat Jumat
6.
Menggunakan wewangian
7.
Shalat sunat sambil menunggu imam dan khatib
8.
Tidak berlutut saat mendengarkan khatib Jumat
Mengapa Ada Jumat Berkah?
Pertama kali,
aku mengetahui istilah Jumat Berkah adalah saat ada kegiatan alumni. Waktu itu,
di grup Whatsapp diumumkan bahwa kelasku mendapat giliran untuk melaksanakan
kegiatan Jumat Berkah. Di grup itu, diumumkan pula tentang beberapa hal yang
dibutuhkan, seperti donatur, tukang masak dan relawan.
Donatur pastinya
berfungsi untuk memberikan dana agar kegiatan Jumat Berkah bisa dilaksanakan.
Mereka yang berkecukupan dan tidak punya banyak waktu luang, biasanya akan
memilih ini. Tukang masak bertugas untuk menyediakan menu Jumat berkah yang
akan dibagikan kepada para penerima yang berhak. Kami memilih alumni yang punya
bisnis kuliner. Ini juga bertujuan untuk memberdayakan dan membangkitkan
ekonomi alumni. Terakhir, relawan bertugas untuk menyebarkan menu Jumat berkah
itu keliling kota, mencari yang akan menerimanya atau pada tempat-tempat yang
sudah ditentukan oleh panitia.
Kebahagiaan orang miskin bisa makan enak |
Ternyata setelah kegiatan itu, banyak orang yang menggunakan istilah Jumat Berkah. Jumat Berkah identik dengan kegiatan amal yaitu berbagi dengan sesama, khususnya bagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan. Konon kabarnya, beramal pada hari Jumat akan dilipatgandakan pahalanya. Tentu saja, orang berlomba-lomba melaksanakan salah satu hadits nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Qoyyim. Dalam hadits itu dikatakan pula bahwa beramal atau berbuat baik pada hari Jumat sama dengan bulan Ramadhan.
Jumat Berkah Membuatku Bahagia
Setelah ikut
menjadi relawan pada acara Jumat Berkah, ada sesuatu yang lain dalam jiwaku.
Sesuatu yang abstrak tapi positif. Aku merasa jauh lebih berbahagia menjalani
hidup ini. Lebih kuat dalam menghadapi kesulitan, terutama di saat tak punya
uang. Tetap bersyukur dengan rejeki yang ada. Tetap bersyukur masih bisa makan,
walau hanya dengan menu sederhana.
Mereka-mereka
yang kutemui, kerap kali harus berjuang keras untuk bisa makan. Kerja sana sini
demi sesuap nasi. Tetap bertahan dan berusaha untuk mengisi perut yang lapar,
baik untuk dirinya sendiri maupun keluarganya.
Ada binar-binar
bahagia yang tak terucap saat mereka menerima nasi kotak. Syukur yang luar
biasa untuk bisa makan dengan menu istimewa menurut mereka. Mungkin bagi kita
hanyalah menu biasa-biasa saja. Sering ada di meja makan. Nasi panas, tahu,
tempe, ayam goreng, lalab, dan sambal. Bisa jadi ini adalah jajanan andalan
kita.
Ah, begitu
dahsyat momen Jumat berkah itu. Spirit jiwa yang luar biasa. Berbagi rejeki
dengan sesama itulah kebahagiaan yang sejati. Ah, rasanya sayang sekali kalau
kita berpelit-pelit ria. Tak ada gunanya. Rejeki kita takkan berkurang atau
hilang dengan berbagi.
“Berbagi itu
mengundang rejeki,” itu yang pernah dikatakan temanku.
Sedekah |
Berbuat Baik Tanpa Rasa Mengasihani Atau Merendahkan
Namun, saat
berbagi ada kalanya kita harus hati-hati,
loh. Mengapa? Masa sih? Itukan kegiatan positif? Pastilah ada pikiran-pikiran seperti
itu, ya gak Sob?
Pernah suatu
waktu ada yang marah dan menolak saat kita memberikan sesuatu. Mereka merasa
tersinggung berat. Tidak mau dikasihani. Merasa harga diri mereka dijatuhkan
secara telak dengan pemberian kita. Padahal, niat kita hanya ingin menolong
mereka. Kasihan melihat kondisinya. Pasti butuh bantuan orang lain. Namun, hal
(apa) yang kita sangkakan baik, belum tentu diterima dengan baik pula.
Ups, Awas |
Begitulah hidup.
Ada kalanya tidak sesuai dengan standar penilaian kita. Selalu ada Si miskin
yang sombong. Ups, maaf ya Sob, ini candaan kita-kita aza hehehe…. Ya, merasa
kesal dengan tingkah laku orang yang kita bantu dan marah-marah ke kita,
ungkapan itulah yang keluar. Kami sudah memperjuangkannya, tapi penolakan yang
diterima.
Namun, menurutku
sih wajar-wajar aza. Mungkin memang cara kita ada yang salah. Mungkin memang
karakter orangnya begitu. Dan sejuta kemungkinan yang lainnya. Tapi, eeeiiits,
jangan mematahkan semangat kita untuk berbuat baik terus, ya. Maju terus, pantang
mundur. Lihat-lihat situasi! Perbaiki caranya!
Pernah gak,
kalian mendengar sebuah peribahasa: Lebih baik memberikan pancing atau kail daripada
ikan? Mungkin kondisi itu sama dengan makna peribahasa tersebut. Boleh dibilang
jangan dikasih uang langsung, tapi beri mereka pekerjaan sesuai dengan
kemampuannya. Begitulah adanya.
Berbuat baik,
berbagi kepada sesama juga memiliki seni tersendiri. Jangan sampai kebaikan kita
diterima salah oleh mereka! Dianggap menghina. Memanjakan mereka. Atau yang
lebih parah, mereka jadi sangat
bergantung pada kita. Wow, bahaya nih!
Banyak jalan
menuju Roma. Banyak cara memberikan bantuan kepada mereka. Mereka tetap bisa
tertolong tapi tetap berusaha. Kita memberikan kebaikan tanpa rasa mengasihani
atau merendahkannya.
“Bu, saya
bersihkan kebunnya, ya. Saya potong pohon dan rumput-rumput liarnya,” tawar
seseorang saat aku berada di halaman depan sambil menatap taman yang tak
terurus.
“Bu, peseran icalan abdi. Abdi peryogi artos
kangge bayar uang sakola pun anak,” kata seorang ibu yang kujumpai di jalan
dengan logat Sundanya yang fasih.
(Tolong, belilah
dagangan ini untuk bayar iuran sekolah anak saya!)
Bantuan
beasiswa, menyekolahkan atau mengkursuskan mereka, bedah rumah, memberikan
pekerjaan tetap, memberikan modal usaha, berbagi ilmu, mungkin bisa jadi beberapa alternatif memberikan
bantuan tanpa mengasihani atau merendahkan mereka.
Kalian punya ide-ide lainnya? Yuk, sharing di
kolom komentar! Siapa tahu bisa juga dilakukan oleh yang lain.
Nah, Sob, sampai di sini nih sharing inspirasi kebaikannya. Semoga
bermanfaat ya. Membuat jiwa kita lebih bahagia dari sebelumnya.
Makasih udah
baca tulisan ini, ya. Loves Bangets.
Sampai jumpa!
Sumber gambar:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar