Halo,
Sobat yayuarundina.com, ada yang paham tentang inner child? Awas, Inner Child Mampu Merusak
Kehidupanmu Saat Dewasa loh! Merusak hubungan pertemananmu,
perkawinanmu, karirmu, bahkan merusak dirimu sendiri. Ngeri amat ya postingan
kali ini. Do you worry, Sob? Please be
calm. Kita belajar psikologi yuk, khususnya tentang inner child ini.
Anak lelaki tampan dan Lucu |
Definisi Inner Child
Ternyata, banyak hal yang membentuk kita menjadi manusia
paripurna. Salah satunya adalah masa kanak-kanak kita. Apakah kita bahagia atau
terluka? Apakah pengasuhan orang tua kita sudah ideal atau banyak kekurangan,
sehingga meninggalkan jejak luka pada diri kita? Pernahkah kalian menyalahkan
orang tua atas kondisi kita sekarang, Sob?
Contohnya nih: saat ini kita belum berhasil
menjadi orang, belum punya pekerjaan tetap misalnya. Hal ini terjadi karena
orang tua memaksa kita dulu (sebagai anaknya) masuk kuliah yang tidak sesuai
dengan minat kita. Misalnya saja, kita dipaksa kuliah kedokteran, padahal kita
ingin masuk seni rupa. Kuliah kedokteran kita kacau balau, berhenti di tengah
jalan. Kita sekarang tak punya pekerjaan tetap jadinya.
“Ini sih
gara-gara Mama Papa dulu maksa aku kuliah kedokteran. Jadi, sekarang aku
pengangguran!”
Sebagai manusia,
pastilah kita melakukan hal tersebut. Menyalahkan orang tua karena kegagalan
kita sekarang. Betul, gak?
Nah,
Sobat yayuarundina.com, menurut pakar psikologi asal Bandung, Teh Diah Mahmudah, Inner Child bisa berupa hal yang positif. Bisa juga berupa hal yang negatif,
seperti contoh tadi atau luka batin lainnya, bahkan luka fisik.
Dalam acara zoom
pada Sabtu, 19 Maret 2022 kemarin, pemilik biro konsultasi psikologi, DandiahCare dan Dandiah Consultant ini menjelaskan secara panjang lebar tentang topik yang
menarik ini kepada para blogger yang tergabung dalam Komunitas Indonesian
Social Blogpreneur ( ISB ). Acara ini diprakarsai oleh Founder ISB, Teh Ani
Berta, setelah terjadi diskusi seru di grup. Inner Child merupakan salah satu tema tulisan
untuk ODOP Edisi Maret – April.
Inner Child
merupakan pengalaman masa lalu yang belum punya penyelesaian dengan baik. Orang
dewasa bisa memiliki kondisi inner child yang dihasilkan dari pengalaman negatif
atau positif.
Menurut Teh Mahmudah,
dalam diri kita yang sudah dewasa ini, ada sosok anak kecil yang bahagia atau
tidak bahagia. Itulah Inner Child.
Dalam Hello
Sehat, Inner Child merupakan sifat dan sikap kekanak-kanakan yang dimiliki
setiap orang. Inner Child dibentuk dari pengalaman masa kecil kita. Dalam diri
seseorang, pasti ada hal yang tak ikut menjadi dewasa.
Orang Tua Durhaka dan Anak Durhaka
Kita sering
mendengar istilah anak yang durhaka. Ingatan kita pasti pada sebuah cerita
rakyat, Malin Kundang. Tahu kan kisahnya,
Sob? Adakah orang tua durhaka?
Sejak lahir
sampai sekitar usia remaja, kita berada pada pola pengasuhan orang tua. Masa
anak-anak itu berakhir pada usia 21 tahun atau 24 tahun. Apakah kita mengalami
masa kecil yang bahagia, hampa atau menderita. Hal ini bergantung pada pola
pengasuhan orang tua. Ada 3 tipe pola
pengasuhan.
Pertama,
jika masa kecil kita bahagia, berarti
kita memiliki orang tua yang sempurna. Penuh perhatian, cinta, kehangatan, dan
suportif. Kedua, jika kita merasa hampa, bisa jadi orang tua memiliki
pola pengasuhan yang tidak suportif. Ketiga, yang paling parah adalah
orang tua yang zalim, durhaka akan membuat masa kecil kita penuh penderitaan.
Bisa jadi kita sering dimarahi, disiksa, tidak dicintai dan lain sebagainya.
Pola pengasuhan dari orang tua yang durhaka bisa menyebabkan luka pengasuhan
yang membekas.
Dulu, saya
pernah mendengarkan penjelasan Ustad bahwa anak bisa jadi Majusi, Nasrani dan
sebagainya itu karena faktor orang tua. Pola pengasuhan atau pendidikan mungkin
istilah sekarang mah. Bisa jadi, ini adalah dasar inner child. Kita sekarang
adalah buah pendidikan orang tua.
Inner Child Pada Diri Orang Dewasa
Inner child ini
sangat berpengaruh pada cara pandang, sikap, ataupun tindakan yang kita lakukan
di masa sekarang. Bila dulu pola pengasuhannya baik, maka kita akan mampu bersifat,
bersikap dan bertindak baik. Sebaliknya, jika dulu, pola pengasuhan kita buruk,
maka sifat, sikap dan tindakan sekarang pun akan buruk atau lebih buruk lagi.
Kita akan
memperlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang, karena kita dulu disayangi
oleh orang tua. Kita akan merundung atau membully orang lain, karena kita
sering juga dibully oleh orang tua. Itulah gambaran inner child pada diri orang
dewasa.
Apakah memiliki
inner child itu sesuatu yang buruk? Tidak selalu. Teh Mahmudah dan suaminya,
Dandi Birdy sepakat bahwa kita harus
bisa menempatkan inner child ini pada situasi dan kondisi yang tepat. Kang
Dandy pernah membiarkan kliennya melakukan hal-hal yang diinginkan pada masa
kecil tapi belum sempat dilakukan karena banyak faktor, dilarang orang tua
misalnya. Kliennya dibiarkan main sepeda sepuas hati.
Anak-anak Kampung Bermain Ban Bekas |
Saat bermain dengan anak-anak, kita bisa mengeluarkan inner child ini. Biarkan hal itu lepas bebas bersama kegembiraan anak-anak. Anak-anak suka bermain, ya kan? Janganlah kita sekarang ini bermain terus sampai mengorbankan karir, lupa anak istri dan lain-lain. Saat dewasa, kita boleh menyenangkan diri sendiri dengan bermain, tapi harus proporsional. Begitulah gambaran penempatan inner child.
Inner child pada
diri orang dewasa ini takkan hilang. Kita bisa memanfaatkannya, jika memang
dibutuhkan. Bisa juga mendiamkannya, jika situasi dan kondisinya tidak pas.
Stop Inner Child Negatif
Nah, Sob,
saatnya kita cek dan ricek. Selami diri sendiri. Apakah kita memiliki Inner
Child negatif pada diri kita sekarang ini? Mulailah sadari! Jangan biarkan
hal-hal negatif ini kita biarkan, kita lupakan, atau kita kubur dalam-dalam.
Bahaya, loh Sob!
Teh Diah dan
Kang Dandy menemukan tiga cara manusia memperlakukan luka ini. Flight,
Fight, dan Freeze. Flight itu terbang, artinya kita lari dari masalah. Fight
itu lawan, artinya kita sadari luka tersebut, lalu cari ilmu untuk
menyelesaikannya. Freeze itu dibekukan, artinya luka itu dibiarkan saja, berusaha
dilupakan dan dikubur dalam-dalam.
Mana yang kalian lakukan, Sob? Paling bagus
adalah Fight, ok! Jika kalian
membutuhkan bantuan ahli untuk menyembuhkan luka pengasuhan atau inner child
yang negatif ini, bisa loh datang sama Teh Diah dan Kang Dandy ini. Atau datang
ke biro psikologinya, Dandiah Consultant atau Dandiah Care di Bandung.
Kecenderungan
manusia adalah melanjutkan hal-hal negatif pada anak cucunya. Jika dulu, orang
tua kita sangat keras dalam mendidik, maka kita pun akan melakukan hal sama.
Kita akan keras juga mendidik anak. Bisa jadi kita akan membully anak sendiri.
Oh, no…no…no!
Oleh karena itu,
kita harus segera menyadarinya. Awarness.
Lalu, segera lakukan penyembuhan. Kuratif. Terakhir. Preventif. Segera hentikan
hal negatif tersebut! Jangan diwariskan pada keturunan kita selanjutnya!
Seperti kata
Inul Daratista, masa lalu biarlah menjadi masa lalu. Jangan kau ungkit
Masa lalu
biarlah berlalu, mari kita buka lembaran baru
Nah, Sob, itulah bahasan psikologi kita
tentang inner child. Semoga bermanfaat ya. Semoga kita bisa memulihkan diri
dari trauma masa lalu untuk menjadi manusia-manusia masa kini yang lebih sehat
lahir batin.
Sampai jumpa di
tulisan berikutnya
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar