3/20/2022

Awas, Inner Child Mampu Merusak Kehidupanmu Saat Dewasa

 

Halo, Sobat yayuarundina.com, ada yang paham tentang inner child? Awas, Inner Child Mampu Merusak Kehidupanmu Saat Dewasa loh! Merusak hubungan pertemananmu, perkawinanmu, karirmu, bahkan merusak dirimu sendiri. Ngeri amat ya postingan kali ini. Do you worry, Sob? Please be calm. Kita belajar psikologi yuk, khususnya tentang inner child ini.


inner child
Anak lelaki tampan dan Lucu

Definisi Inner Child

Ternyata,  banyak hal yang membentuk kita menjadi manusia paripurna. Salah satunya adalah masa kanak-kanak kita. Apakah kita bahagia atau terluka? Apakah pengasuhan orang tua kita sudah ideal atau banyak kekurangan, sehingga meninggalkan jejak luka pada diri kita? Pernahkah kalian menyalahkan orang tua atas kondisi kita sekarang, Sob?

 Contohnya nih: saat ini kita belum berhasil menjadi orang, belum punya pekerjaan tetap misalnya. Hal ini terjadi karena orang tua memaksa kita dulu (sebagai anaknya) masuk kuliah yang tidak sesuai dengan minat kita. Misalnya saja, kita dipaksa kuliah kedokteran, padahal kita ingin masuk seni rupa. Kuliah kedokteran kita kacau balau, berhenti di tengah jalan. Kita sekarang tak punya pekerjaan tetap jadinya.

“Ini sih gara-gara Mama Papa dulu maksa aku kuliah kedokteran. Jadi, sekarang aku pengangguran!”

Sebagai manusia, pastilah kita melakukan hal tersebut. Menyalahkan orang tua karena kegagalan kita sekarang. Betul, gak?

Nah, Sobat yayuarundina.com, menurut pakar psikologi asal Bandung, Teh Diah Mahmudah, Inner Child bisa berupa hal yang positif. Bisa juga berupa hal yang negatif, seperti contoh tadi atau luka batin lainnya, bahkan luka fisik.

Dalam acara zoom pada Sabtu, 19 Maret 2022 kemarin, pemilik biro konsultasi psikologi, DandiahCare dan Dandiah Consultant ini menjelaskan secara panjang lebar tentang topik yang menarik ini kepada para blogger yang tergabung dalam Komunitas Indonesian Social Blogpreneur ( ISB ). Acara ini diprakarsai oleh Founder ISB, Teh Ani Berta, setelah terjadi diskusi seru di grup.  Inner Child merupakan salah satu tema tulisan untuk ODOP Edisi Maret – April.

Inner Child merupakan pengalaman masa lalu yang belum punya penyelesaian dengan baik. Orang dewasa bisa memiliki kondisi inner child yang dihasilkan dari pengalaman negatif atau positif.

Menurut Teh Mahmudah, dalam diri kita yang sudah dewasa ini, ada sosok anak kecil yang bahagia atau tidak bahagia. Itulah Inner Child.

Dalam Hello Sehat, Inner Child merupakan sifat dan sikap kekanak-kanakan yang dimiliki setiap orang. Inner Child dibentuk dari pengalaman masa kecil kita. Dalam diri seseorang, pasti ada hal yang tak ikut menjadi dewasa.

Orang Tua Durhaka dan Anak Durhaka

Kita sering mendengar istilah anak yang durhaka. Ingatan kita pasti pada sebuah cerita rakyat,  Malin Kundang. Tahu kan kisahnya, Sob? Adakah orang tua durhaka?

Sejak lahir sampai sekitar usia remaja, kita berada pada pola pengasuhan orang tua. Masa anak-anak itu berakhir pada usia 21 tahun atau 24 tahun. Apakah kita mengalami masa kecil yang bahagia, hampa atau menderita. Hal ini bergantung pada pola pengasuhan orang tua. Ada 3  tipe pola pengasuhan.

Pertama,  jika masa kecil kita bahagia, berarti kita memiliki orang tua yang sempurna. Penuh perhatian, cinta, kehangatan, dan suportif. Kedua, jika kita merasa hampa, bisa jadi orang tua memiliki pola pengasuhan yang tidak suportif. Ketiga, yang paling parah adalah orang tua yang zalim, durhaka akan membuat masa kecil kita penuh penderitaan. Bisa jadi kita sering dimarahi, disiksa, tidak dicintai dan lain sebagainya. Pola pengasuhan dari orang tua yang durhaka bisa menyebabkan luka pengasuhan yang membekas.

Dulu, saya pernah mendengarkan penjelasan Ustad bahwa anak bisa jadi Majusi, Nasrani dan sebagainya itu karena faktor orang tua. Pola pengasuhan atau pendidikan mungkin istilah sekarang mah. Bisa jadi, ini adalah dasar inner child. Kita sekarang adalah buah pendidikan orang tua.

Inner Child Pada Diri Orang Dewasa

Inner child ini sangat berpengaruh pada cara pandang, sikap, ataupun tindakan yang kita lakukan di masa sekarang. Bila dulu pola pengasuhannya baik, maka kita akan mampu bersifat, bersikap dan bertindak baik. Sebaliknya, jika dulu, pola pengasuhan kita buruk, maka sifat, sikap dan tindakan sekarang pun akan buruk atau lebih buruk lagi.

Kita akan memperlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang, karena kita dulu disayangi oleh orang tua. Kita akan merundung atau membully orang lain, karena kita sering juga dibully oleh orang tua. Itulah gambaran inner child pada diri orang dewasa.

Apakah memiliki inner child itu sesuatu yang buruk? Tidak selalu. Teh Mahmudah dan suaminya, Dandi Birdy  sepakat bahwa kita harus bisa menempatkan inner child ini pada situasi dan kondisi yang tepat. Kang Dandy pernah membiarkan kliennya melakukan hal-hal yang diinginkan pada masa kecil tapi belum sempat dilakukan karena banyak faktor, dilarang orang tua misalnya. Kliennya dibiarkan main sepeda sepuas hati.


masa anak-anak, masa bermain
Anak-anak Kampung Bermain Ban Bekas

Saat bermain dengan anak-anak, kita bisa mengeluarkan inner child ini. Biarkan hal itu lepas bebas bersama kegembiraan anak-anak. Anak-anak suka bermain, ya kan? Janganlah kita sekarang ini bermain terus sampai mengorbankan karir, lupa anak istri dan lain-lain. Saat dewasa, kita boleh menyenangkan diri sendiri dengan bermain, tapi harus proporsional. Begitulah gambaran penempatan inner child.

Inner child pada diri orang dewasa ini takkan hilang. Kita bisa memanfaatkannya, jika memang dibutuhkan. Bisa juga mendiamkannya, jika situasi dan kondisinya tidak pas.

Stop Inner Child Negatif

Nah, Sob, saatnya kita cek dan ricek. Selami diri sendiri. Apakah kita memiliki Inner Child negatif pada diri kita sekarang ini? Mulailah sadari! Jangan biarkan hal-hal negatif ini kita biarkan, kita lupakan, atau kita kubur dalam-dalam. Bahaya, loh Sob!

Teh Diah dan Kang Dandy menemukan tiga cara manusia memperlakukan luka ini. Flight, Fight, dan Freeze. Flight itu terbang, artinya kita lari dari masalah. Fight itu lawan, artinya kita sadari luka tersebut, lalu cari ilmu untuk menyelesaikannya. Freeze itu dibekukan, artinya luka itu dibiarkan saja, berusaha dilupakan dan dikubur dalam-dalam.

 Mana yang kalian lakukan, Sob? Paling bagus adalah Fight, ok! Jika kalian membutuhkan bantuan ahli untuk menyembuhkan luka pengasuhan atau inner child yang negatif ini, bisa loh datang sama Teh Diah dan Kang Dandy ini. Atau datang ke biro psikologinya, Dandiah Consultant atau Dandiah Care di Bandung.

Kecenderungan manusia adalah melanjutkan hal-hal negatif pada anak cucunya. Jika dulu, orang tua kita sangat keras dalam mendidik, maka kita pun akan melakukan hal sama. Kita akan keras juga mendidik anak. Bisa jadi kita akan membully anak sendiri. Oh, no…no…no!

Oleh karena itu, kita harus segera menyadarinya. Awarness. Lalu, segera lakukan penyembuhan. Kuratif. Terakhir. Preventif. Segera hentikan hal negatif tersebut! Jangan diwariskan pada keturunan kita selanjutnya!

Seperti kata Inul Daratista, masa lalu biarlah menjadi masa lalu. Jangan kau ungkit

Masa lalu biarlah berlalu, mari kita buka lembaran baru

Nah, Sob, itulah bahasan psikologi kita tentang inner child. Semoga bermanfaat ya. Semoga kita bisa memulihkan diri dari trauma masa lalu untuk menjadi manusia-manusia masa kini yang lebih sehat lahir batin.

Sampai jumpa di tulisan berikutnya

Salam

 


Sumber Gambar: 

Pixabay.com


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...