2/22/2022

Yuk, Belajar Bahasa Indonesia Tentang Aspek Kebahasaan Teks Cerita Pendek

 Nah, Sobat yayuarundina.com, yuk kita belajar Bahasa Indonesia tentang aspek kebahasaan cerita pendek. Kali ini, kita belajar teorinya untuk memperkuat kemampuanmu di bidang menulis, khususnya cerita pendek.

Baca Juga: https://www.yayuarundina.com/2015/09/menulis-fiksi-gaya-edi-akhiles.html

Definisi Cerita Pendek ( Cerpen )


Salah satu interior di hotel Tjimahi


Cerita pendek biasanya lebih disukai karena bacaannya lebih pendek daripada novel. Hanya beberapa halaman saja. Bisa lebih cepat selesai dibaca.

Menurut dosen Bahasa  Indonesia UPI Bandung, Kosasih alm, cerita pendek atau cerpen memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.        1.  Temanya lebih sederhana. Tidak ada pelebaran kisah seperti dalam novel.

2.        2.  Jumlah tokoh terbatas atau sedikit.

3.        3.  Alur lebih singkat.

4.        4.  Deskripsi latar juga lebih pendek.

Cerita pendek ini termasuk dalam teks naratif. Teks ini berfungsi sebagai alat edukasi dan memberikan hiburan atau rekreasi.

Baca Juga: https://www.yayuarundina.com/2016/08/secangkir-kopi-untukmu.html

Bahasa Cerita Pendek atau Cerpen

Ada dua sumber yang digunakan untuk mempelajari aspek kebahasaan teks cerpen, yaitu buku pak Kosasih dan buku paket.

Aspek Kebahasaan Menurut Pak Kosasih

Cerpen biasanya mengangkat masalah sehari-hari yang sering terjadi dalam kehidupan masyarakat. Bisa jadi peristiwa itu merupakan sebuah fenomena.

 Oleh karena itu, bahasa sehari-hari biasanya menjadi bahasa yang digunakan untuk menulis cerita pendek. Tak banyak istilah atau kosa kata yang tidak dipahami oleh masyarakat umum. Kalaupun ada, biasanya akan menjadi catatan khusus di akhir cerita.

Bisa jadi, sebuah cerpen juga akan memasukkan bahasa daerah di dalam cerita.

Inilah beberapa aspek kebahasaan menurut Pak Kosasih, alm:

1.            1.  Kata keterangan waktu/ adverbial

        Contoh: tadi, besok, kemarinsore tadi, tahun depan ….

 

2.            2.  Kata kerja tindakan / Verba

        Contoh: menjawab, mengurus, berbicara, makan ….

 

3.             3. Kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan tokoh atau dirasakan oleh tokoh (emosi)

        Contoh: tersenyum, bergumam, mengangguk pelan, menghela nafas, mengecewakan ….

 

4.           4.   Kata sifat atau adjektif

        Contoh: keras, lembut, putih, luas, dalam, tinggi, besar, sabar, gelisah, cerdik ….

 

5.            5.  Dialog/ percakapan

        Dialog merupakan obrolan atau percakapan antar tokoh untuk membangun cerita.

Percakapan atau dialog ini biasanya dilakukan minimal oleh dua orang pemain.

Dialog atau percakapan ini biasanya menggunakan kalimat langsung.

Dalam bagian cerita juga boleh diselipkan monolog, yaitu percakapan seorang tokoh dengan dirinya sendiri.

 

 

 

Contoh dialog:

 

“Lina, tabrakan, Yu!” ujar Hana.

“Siapa, Nina?” tanyaku kaget.

“Lina, sahabat kita,” balas Hana dengan wajah cemas.

“Ayo, kita segera ke Batujajar. Bu Eli sudah menunggu di luar. Kita ke sana dengan mobilnya,” lanjut Hana memberi instruksi padaku.

 

Aku pun segera berkemas dan mengganti daster dengan kaos dan celana jeans.

 

Contoh monolog:

 

“Duh, padahal tadi, kita ngobrol, makan bareng dan tertawa bersama, Sob,” batinku.

 

Bahasa Cerpen berdasarkan buku Paket Bahasa Indonesia kelas 9

Aspek kebahasaan yang ada dalam buku paket hampir sama dengan pendapat Pak Kosasih, alm. Namun ada beberapa tambahan.

 

Ini dia aspek kebahasaan cerpen selengkapnya versi buku paket

1.     Kata Ganti Orang

Ada 3 jenis kata ganti.

a.      Kata ganti orang pertama ( yang berbicara )

Contoh:

Aku, saya, beta, gue,  ( tunggal )

Kami, kita ( jamak )

 

b.     Kata ganti orang kedua (yang diajak berbicara )

Contoh:

Kamu, anda, kau, engkau ( tunggal )

Kalian, kamu sekalian  ( jamak )

 

c.      Kata ganti orang ketiga ( yang dibicarakan )

Contoh:

Dia, ia ( tunggal )

Mereka ( jamak )

 

2.     Dialog/ percakapan

 

3.     Kata benda khusus adalah kata benda bermakna kuat dan khusus

 

Contoh: beringin, kursi, rumah panggung, pangsi, gaun, topi, ….

 

4.     Paragraf deskriptif

Paragraf ini digunakan untuk menggambarkan suasana, tempat, atau waktu terjadinya peristiwa.


kebun tanaman obat
Lokasi menuju kebun tanaman obat Oday Kodariyah

Usahakan gunakanlah bahasa yang ringkas atau singkat dan padat! Jangan bertele-tele!

Contoh:

Kota kami yang mencangking di lereng bukit, pada mulanya adalah masyarakat damai. Angin pagi yang menembus kabut, menggoyangkan beringin tua di tengah kota. Lalu, menepuk pipi wanita-wanita pedagang sayur yang mengalir dari pinggiran kota.

     ( Cerpen Putu Wijaya, Beringin )

 

5.     Kalimat tanya retoris

Kalimat Tanya retoris adalah kalimat Tanya yang tidak ada jawabannya. Biasanya penanya sudah hapal dengan jawabannya.

Dia menggunakan kalimat Tanya retoris untuk meyakinkan atau menegaskan sesuatu.

Biasanya cukup dijawab pendek: ya, tidak, bisa dan sebagainya.

Contoh:

“Bukankah ini adalah kampung halamanmu itu ya?” ujarku sambil mengamati sekeliling.

Dedah mengangguk sambil tertawa.

“Rupanya kamu masih hapal ya, walau bertahun-tahun tak pernah ke sini lagi,” jawab Dedah senang.

 

 Baca Juga: https://www.yayuarundina.com/2014/12/cinta-dalam-degung.html

 

6.     Majas

Majas merupakan bahasa berkias untuk memperindah karangan.

Ada banyak jenis majas, beberapa diantaranya adalah:

a.      Personifikasi = benda mati seolah-olah hidup atau bernyawa.

Contoh:

Langit pun menangis untuk mengiringi kepergian tokoh besar Indonesia  itu, Habibie.

 

b.     Simile/ Perumpamaan = majas perbandingan dengan ditandai kata pembanding: seperti, laksana, bak, bagai, bagaikan….

Contoh:

 Burung pun terbang seperti panah keluar dari busurnya ketika nyawanya terancam.

 

c.      Metafora = majas perbandingan secara tidak langsung, tersembunyi, atau tidak menggunakan kata-kata pembanding.

Contoh:

Lidahnya kelu ketika harus mengabarkan kebenaran pada anak angkatnya itu.

 

d.     Ironi = majas pertentangan berupa sindiran halus.

“Cepat benar kamu datang, sehingga teman-temanmu sudah akan berkemas pulang,” ujar pelatih basket itu.

 

e.      Alusio = majas pertautan berupa ungkapan atau tempat dan peristiwa terkenal.

Semoga tidak lagi terjadi Tragedi Trisakti di masa-masa yang akan datang. 

f. Eufimisme = majas pertentangan yang memperhalus sesuatu agar lebih sopan, lebih bernilai positif

Contoh: berbadan dua ( bunting, hamil ), pramuwisma ( babu, pembantu rumah tangga )

g. Metonimia = majas pertautan yang memanfaatkan merk barang

Contoh: Saat berkemah, kami sering makan Indomie karena lebih praktis. 

h. Hiperbola = majas pertentangan yang sifatnya melebih-lebihkan sesuatu

Contoh: Aku ingin hidup seribu tahun lagi ( puisi Aku, chairil Anwar )


             Nah, Sobat yayuarundina.com, itulah beberapa versi aspek kebahasaan yang bisa kamu pelajari sendiri. Tak berbeda jauh, kan?

Selamat belajar!

Sampai jumpa!

 

Sumber tulisan:

1.     Buku Paket Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, edisi revisi 2018, Kemendikbud RI

2.     Jenis-jenis Teks (Fungsi, struktur, dan kaidah kebahasaan), Dr. E. Kosasih, M.Pd, Yrama Widya, 2018

Seluk Beluk M

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...