Nah, Sobat yayuarundina.com, yuk kita belajar Bahasa Indonesia tentang aspek kebahasaan cerita pendek. Kali ini, kita belajar teorinya untuk memperkuat kemampuanmu di bidang menulis, khususnya cerita pendek.
Baca Juga: https://www.yayuarundina.com/2015/09/menulis-fiksi-gaya-edi-akhiles.html
Definisi Cerita Pendek ( Cerpen )
Menurut
dosen Bahasa Indonesia UPI Bandung,
Kosasih alm, cerita pendek atau cerpen memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. 1. Temanya
lebih sederhana. Tidak ada pelebaran kisah seperti dalam novel.
2. 2. Jumlah
tokoh terbatas atau sedikit.
3. 3. Alur
lebih singkat.
4. 4. Deskripsi
latar juga lebih pendek.
Cerita
pendek ini termasuk dalam teks naratif. Teks ini berfungsi sebagai alat edukasi
dan memberikan hiburan atau rekreasi.
Baca Juga: https://www.yayuarundina.com/2016/08/secangkir-kopi-untukmu.html
Bahasa Cerita Pendek atau Cerpen
Ada
dua sumber yang digunakan untuk mempelajari aspek kebahasaan teks cerpen, yaitu
buku pak Kosasih dan buku paket.
Aspek Kebahasaan
Menurut Pak Kosasih
Cerpen
biasanya mengangkat masalah sehari-hari yang sering terjadi dalam kehidupan
masyarakat. Bisa jadi peristiwa itu merupakan sebuah fenomena.
Oleh karena itu, bahasa sehari-hari biasanya
menjadi bahasa yang digunakan untuk menulis cerita pendek. Tak banyak istilah
atau kosa kata yang tidak dipahami oleh masyarakat umum. Kalaupun ada, biasanya
akan menjadi catatan khusus di akhir cerita.
Bisa
jadi, sebuah cerpen juga akan memasukkan bahasa daerah di dalam cerita.
Inilah
beberapa aspek kebahasaan menurut Pak Kosasih, alm:
1. 1. Kata
keterangan waktu/ adverbial
Contoh:
tadi, besok, kemarinsore tadi, tahun depan ….
2. 2. Kata
kerja tindakan / Verba
Contoh:
menjawab, mengurus, berbicara, makan ….
3. 3. Kata
kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan tokoh atau dirasakan oleh tokoh
(emosi)
Contoh:
tersenyum, bergumam, mengangguk pelan, menghela nafas, mengecewakan ….
4. 4. Kata
sifat atau adjektif
Contoh:
keras, lembut, putih, luas, dalam, tinggi, besar, sabar, gelisah, cerdik ….
5. 5. Dialog/
percakapan
Dialog
merupakan obrolan atau percakapan antar tokoh untuk membangun cerita.
Percakapan
atau dialog ini biasanya dilakukan minimal oleh dua orang pemain.
Dialog
atau percakapan ini biasanya menggunakan kalimat langsung.
Dalam
bagian cerita juga boleh diselipkan monolog, yaitu percakapan seorang tokoh
dengan dirinya sendiri.
Contoh
dialog:
“Lina,
tabrakan, Yu!” ujar Hana.
“Siapa,
Nina?” tanyaku kaget.
“Lina,
sahabat kita,” balas Hana dengan wajah cemas.
“Ayo,
kita segera ke Batujajar. Bu Eli sudah menunggu di luar. Kita ke sana dengan
mobilnya,” lanjut Hana memberi instruksi padaku.
Aku
pun segera berkemas dan mengganti daster dengan kaos dan celana jeans.
Contoh
monolog:
“Duh,
padahal tadi, kita ngobrol, makan bareng dan tertawa bersama, Sob,” batinku.
Bahasa Cerpen
berdasarkan buku Paket Bahasa Indonesia kelas 9
Aspek
kebahasaan yang ada dalam buku paket hampir sama dengan pendapat Pak Kosasih,
alm. Namun ada beberapa tambahan.
Ini
dia aspek kebahasaan cerpen selengkapnya versi buku paket
1. Kata
Ganti Orang
Ada 3 jenis kata ganti.
a. Kata
ganti orang pertama ( yang berbicara )
Contoh:
Aku, saya, beta,
gue, ( tunggal )
Kami, kita ( jamak )
b. Kata
ganti orang kedua (yang diajak berbicara )
Contoh:
Kamu, anda, kau, engkau
( tunggal )
Kalian, kamu sekalian ( jamak )
c. Kata
ganti orang ketiga ( yang dibicarakan )
Contoh:
Dia, ia ( tunggal )
Mereka ( jamak )
2. Dialog/
percakapan
3. Kata
benda khusus adalah kata benda bermakna kuat dan khusus
Contoh: beringin,
kursi, rumah panggung, pangsi, gaun, topi, ….
4. Paragraf
deskriptif
Paragraf ini digunakan
untuk menggambarkan suasana, tempat, atau waktu terjadinya peristiwa.
Lokasi menuju kebun tanaman obat Oday Kodariyah |
Usahakan gunakanlah bahasa yang ringkas atau singkat dan padat! Jangan bertele-tele!
Contoh:
Kota kami yang
mencangking di lereng bukit, pada mulanya adalah masyarakat damai. Angin pagi
yang menembus kabut, menggoyangkan beringin tua di tengah kota. Lalu, menepuk
pipi wanita-wanita pedagang sayur yang mengalir dari pinggiran kota.
( Cerpen Putu Wijaya, Beringin )
5. Kalimat
tanya retoris
Kalimat Tanya retoris
adalah kalimat Tanya yang tidak ada jawabannya. Biasanya penanya sudah hapal
dengan jawabannya.
Dia menggunakan kalimat
Tanya retoris untuk meyakinkan atau menegaskan sesuatu.
Biasanya cukup dijawab
pendek: ya, tidak, bisa dan sebagainya.
Contoh:
“Bukankah ini adalah kampung
halamanmu itu ya?” ujarku sambil mengamati sekeliling.
Dedah mengangguk sambil
tertawa.
“Rupanya kamu masih
hapal ya, walau bertahun-tahun tak pernah ke sini lagi,” jawab Dedah senang.
Baca Juga: https://www.yayuarundina.com/2014/12/cinta-dalam-degung.html
6. Majas
Majas merupakan bahasa
berkias untuk memperindah karangan.
Ada banyak jenis majas,
beberapa diantaranya adalah:
a. Personifikasi
= benda mati seolah-olah hidup atau bernyawa.
Contoh:
Langit pun menangis untuk
mengiringi kepergian tokoh besar Indonesia itu, Habibie.
b. Simile/ Perumpamaan = majas perbandingan dengan ditandai kata pembanding: seperti, laksana, bak,
bagai, bagaikan….
Contoh:
Burung pun terbang seperti panah keluar dari
busurnya ketika nyawanya terancam.
c. Metafora
= majas perbandingan secara tidak langsung, tersembunyi, atau tidak menggunakan
kata-kata pembanding.
Contoh:
Lidahnya kelu ketika
harus mengabarkan kebenaran pada anak angkatnya itu.
d. Ironi
= majas pertentangan berupa sindiran halus.
“Cepat benar kamu
datang, sehingga teman-temanmu sudah akan berkemas pulang,” ujar pelatih basket
itu.
e. Alusio
= majas pertautan berupa ungkapan atau tempat dan peristiwa terkenal.
Semoga tidak lagi terjadi Tragedi Trisakti di masa-masa yang akan datang.
f. Eufimisme = majas pertentangan yang memperhalus sesuatu agar lebih sopan, lebih bernilai positif
Contoh: berbadan dua ( bunting, hamil ), pramuwisma ( babu, pembantu rumah tangga )
g. Metonimia = majas pertautan yang memanfaatkan merk barang
Contoh: Saat berkemah, kami sering makan Indomie karena lebih praktis.
h. Hiperbola = majas pertentangan yang sifatnya melebih-lebihkan sesuatu
Contoh: Aku ingin hidup seribu tahun lagi ( puisi Aku, chairil Anwar )
Nah, Sobat yayuarundina.com, itulah beberapa versi aspek kebahasaan yang bisa kamu pelajari sendiri. Tak berbeda jauh, kan?
Selamat
belajar!
Sampai
jumpa!
Sumber
tulisan:
1. Buku
Paket Bahasa Indonesia Kurikulum 2013, edisi revisi 2018, Kemendikbud RI
2. Jenis-jenis
Teks (Fungsi, struktur, dan kaidah kebahasaan), Dr. E. Kosasih, M.Pd, Yrama
Widya, 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar