Lapak Buku Hayu Maca di Taman Kartini |
Gaung Literasi
sudah lama berkumandang. Banyak kegiatan literasi yang dilakukan oleh banyak
pihak. Seminar literasi, pelatihan menulis, peluncuran program literasi dan
lain sebagainya. Semua bersinergi untuk memperbaiki kemampuan literasi anak
bangsa. Keluarga. Pemerintah. Sekolah. Masyarakat.
Salah satu peran masyarakat dalam
menumbuhkan literasi ini adalah Hayu Maca. Pertama kali, saya mengenal
komunitas ini saat acara bedah buku Jelajah Kampung Bersama komunitas
Tjimahi Heritage. Komunitas ini mengadakan acara di Taman Kartini. Bekerja sama
dengan Komunitas Hayu Maca. Sempat muncul pertanyaan di benak saya,”Apa itu
Hayu Maca?” Hayu maca merupakan kosakata Bahasa Sunda yang bermakna Ayo Membaca.
Profil Hayu Maca
Berawal dari keprihatinan tentang
rendahnya literasi di Indonesia, Hayu Maca merasa tergerak untuk
berbuat sesuatu. Tak cukup hanya kritikan dan kutukan. Butuh aksi nyata! Oleh
karena itu, Pendiri Hayu Maca, Teh Asri, Kang Idon dan istrinya mulai membuka
lapak baca sederhana. Kegiatan ini sekaligus juga menjadi media untuk
meramaikan ruang terbuka hijau. Sungguh asyik membaca di sebuah taman terbuka.
Udara segar. Bacaanpun ikut menyegarkan hati dan pikiran kita. Ruang terbuka hijau jadi semarak dengan
kegiatan literasi baca tulis.
Salah Satu Founder Hayu Maca |
Akhirnya, secara rutin dan konsisten Hayu Maca membuka lapak baca
atau lapak buku, sekaligus ruang bermain, dan ruang belajar bersama di Cimahi.
Kegiatan ini juga sekaligus menggerakkan masyarakat untuk mendonasikan buku dan
perlengkapan lainnya yang bermanfaat untuk berbagai kegiatan.
Konsistensi itu pula yang membawa banyak rejeki. Salah satunya adalah
pada 2018, Hayu Maca memiliki badan hukum secara sah. Hayu Maca menjadi sebuah Yayasan.
Seorang notaris secara sukarela membantu komunitas yang bergerak di bidang
literasi dan pendidikan ini.
Ikutan Mejeng Ah |
Kiprah Hayu Maca
Di Taman Kartini inilah kiprah Hayu Maca berwujud. Setiap Minggu Pagi,
Komunitas Hayu Maca membuka lapak buku. Menyediakan bacaan, permainan bahkan
dongeng untuk menumbuhkan minat baca bagi masyarakat Kota Cimahi, khususnya
anak-anak.
Anak-anak Asyek Membaca |
Saat anak-anak belum memiliki keinginan untuk membaca, maka dongeng
menjadi pembuka. Kang Idon sangat mahir dalam membawakan dongeng interaktif.
Kegiatan mendongeng ini juga menjadi salah satu cara untuk menarik masyarakat
ke lapak Hayu Maca yang dikelolanya di Taman Kartini. Keluarga yang datang ke
taman hijau itu bisa ikut bergabung, anak dan orang tua mendengarkan
cerita-cerita yang dibawakan oleh Kang Idon. Cara mendongeng yang menarik,
membuat anak-anak larut dalam cerita. Tertawa. Menirukan suara. Menanggapi dan
reaksi-reaksi spontan lainnya. Bahagia benar mereka telah mendapatkan dongeng
dari Sang Ahli. Suatu budaya tutur yang mulai luntur. Walaupun demikian,
dongeng atau bercerita ternyata masih dicintai oleh anak-anak. Taman Kartini
menjadi saksi bisu untuk hal ini.
Sesi Dongeng bersama Mang Idon |
Dari dongeng diharapkan keluarga-keluarga tersebut beralih pada buku-buku
yang disediakan. Mereka bisa membaca bersama. Orang tua bisa membacakan isi
bacaan untuk anak-anaknya yang belum bisa membaca. Ayah dan ibu bisa berperan
dalam menumbuhkan minat baca di ruang terbuka hijau ini.
Mereka bisa datang secara rutin ke Taman Kartini. Hayu Maca membuka kesempatan setiap Minggu dari pagi hingga lewat tengah hari. Buku-buku yang disediakan sangat beragam. Ada bacaan untuk anak-anak, remaja, dan orang tua. Majalah, komik, buku cerita, biografi, motivasi, parenting, dan sebagainya. Paket komplit. Oleh karena itu, membaca bisa menjadi rekreasi keluarga yang murah meriah di Taman Kartini ini.
Hayu Maca ingin menumbuhkan budaya baca di dalam keluarga. Keluargalah yang menjadi lembaga pertama dalam kegiatan literasi ini. Bermula dari lingkungan keluarga, anak-anak sudah memiliki kebiasaan membaca yang baik.
Peran Ayah dalam Literasi Keluarga |
Mereka bisa datang secara rutin ke Taman Kartini. Hayu Maca membuka kesempatan setiap Minggu dari pagi hingga lewat tengah hari. Buku-buku yang disediakan sangat beragam. Ada bacaan untuk anak-anak, remaja, dan orang tua. Majalah, komik, buku cerita, biografi, motivasi, parenting, dan sebagainya. Paket komplit. Oleh karena itu, membaca bisa menjadi rekreasi keluarga yang murah meriah di Taman Kartini ini.
Sebagian bacaan yang telah dipake oleh pengunjung |
Hayu Maca ingin menumbuhkan budaya baca di dalam keluarga. Keluargalah yang menjadi lembaga pertama dalam kegiatan literasi ini. Bermula dari lingkungan keluarga, anak-anak sudah memiliki kebiasaan membaca yang baik.
Tantangan yang Dihadapi
Hayu Maca
Upaya
menumbuhkan literasi di masyarakat tidaklah semudah membalikkan telapak tangan.
Dalam kurun waktu tiga tahun berkiprah di dunia literasi, banyak tantangan yang
dihadapi. Sikap orang tua. Buku-buku bacaan yang terbatas. Sarana prasarana.
Personil, dan masih banyak hal lainnya.
a. Sikap Orang Tua
Kesadaran masyarakat dalam
berliterasi, khususnya literasi baca tulis atau bahasa masih belum tumbuh
dengan baik. Kecintaan pada buku, pada dunia membaca belum mencapai titik
maksimal. Kadang-kadang, ada orang tua yang melarang anaknya mendekati buku
yang ada di lapak Hayu Maca. Apakah mereka takut karena alasan harus bayar? Ini
kegiatan sosial yang gratis bagi siapapun. Mereka bisa bebas membaca semaunya. Apakah
orang tua tidak mengetahui hal ini? Sekarang, di tenda bagian depan, ada
tulisan: GRATIS. Tinggal ada kemauan, Hayu Maca siap memfasilitasinya.
Sikap lainnya adalah seringkali
orang tua asyik dengan kegiatannya sendiri. Anak-anak membaca, orang tua asyek
memainkan gadgetnya. Anak-anak asyik mengeksplorasi berbagai macam bacaan.
Orang tua asyik mengeksplorasi isi ponselnya. Bijakkah tindakan seperti ini?
b. Buku-buku Bacaan yang Terbatas
Seiring dengan semakin
meningkatnya kiprah Hayu Maca, tentunya sudah banyak bacaan yang diselesaikan
oleh para pengunjungnya. Seperti obrolan singkat saya dengan dua orang remaja
yang datang hari ini. Mereka membaca komik.
Saya:
Lah, mengapa sebentar, De? Mengapa tidak membaca komiknya sampai tamat?
Remaja:
Tinggal sedikit lagi kok sisanya.
Saya mengangguk
senang sambal merenung. Hmmm… satu fenomena yang saya temukan hari ini. Dalam obrolan
saya dengan Kang Idon sebelumnya. Beliau memang menyinggung hal ini. Buku-buku
yang dibawa ke Taman Kartini ini memang
harus berganti-ganti. Untuk mengantisipasi kebosanan, sekaligus juga memberikan
variasi. Satu lagi: ya, untuk mengantisipasi kasus seperti dua remaja tadi.
Remaja Membaca |
c. Sarana Prasarana
Membuka taman bacaan di ruang
hijau tentunya tidak senyaman di perpustakaan, apalagi seperti di Dispusipda
Jabar. Kesederhanaan dan keterbatasan sarana prasarana menjadi ciri khasnya.
Dulu, Hayu Maca menggelar lapak baca seadanya. Hanya selembar alas plastik
lebar dan beberapa keranjang berisi buku-buku. Banyaknya buku anak-anak.
Akibatnya, saya yang datang untuk acara bedah buku saat itu, harus membawa alas
duduk sendiri. Kita berpanas-panas ria dan nyengir kuda saat matahari
bertambah tinggi. Alhamdulillah, sekarang sudah menggunakan tenda.
Sarana yang dibutuhkan untuk
membuat lapak baca ini tentunya masih banyak. Rak-rak buku yang menarik
misalnya. Selain itu, kendaraan untuk mengangkut buku dan barang lain dari
rumahnya yang dekat dengan pintu tol Baros ke Taman Kartini.
Kelengkapan sarana prasarana ini
diharapkan menjadi daya tarik lain bagi pengunjung. Layaknya seperti orang
berjualan, lapak baca ini tentu harus memiliki ciri khusus agar bisa dilihat
orang lain dari jauh.
Keranjang Buku |
d. Personil
Saat ini, Hayuk Maca memiliki
keterbatasan orang untuk mengelola kegiatan sosial ini. Kang Idon lebih sering
terjun sendiri. Para tenaga sukarelawan yang pernah terjun sebelumnya, telah
berkurang karena mendapat pekerjaan baru, pindah rumah, dan kendala lainnya.
Hayu Maca ingin tetap dan selalu
eksis ada di Taman Kartini setiap hari Minggu. Namun, seringkali Kang Idon juga
diundang untuk kegiatan mendongeng di tempat lain. Oleh karena itu, Kang Idon
selalu mengalah. Lebih baik membuka lapak baca di Taman Kartini.
Selain itu, tenaga sukarelawan
juga dibutuhkan untuk pengembangan Komunitas Hayu Maca. Menumbuhkan kesadaran
literasi di kalangan masyarakat butuh upaya yang harus dilakukan secara
berkesinambungan. Beragam. Banyak sisi yang harus disentuh.
Sinergi Hayu Maca
Menumbuhkan dan meningkatkan
kesadaran berliterasi, khususnya minat baca tulis membutuhkan kegigihan dan sinergi.
Bersilaturahmi ternyata menjadi salah satu cara yang bisa ditempuh untuk mengembangkan
kegiatan sosial ini. Banyak acara yang bisa dilakukan berkat jalinan
silaturahmi antara Kang Idon dan para relasinya. Hayu Maca harus bersinergi
dengan berbagai pihak agar kegiatan ini bisa tumbuh dan berkembang dengan baik.
Tantangan yang dihadapi tentu
harus ada solusinya. Hayu Maca memiliki 3 ( tiga ) buah program andalan, yaitu:
1. Lapak Buku (
saya menyebutnya lapak baca )
2. Dongeng
3. Wanci Babagi
Ketiga program inilah yang rutin
dilakukan setiap Minggu di Taman Kartini. Tanpa bersinergi, tentu saja hal
tersebut takkan berjalan secara optimal, khususnya untuk program Wanci Babagi. Wanci
sama dengan waktu. Babagi mungkin semakna dengan berbagi. Program ini bertujuan
untuk merangkul keluarga secara maksimal. Melibatkan seluruh anggota keluarga
dalam berliterasi. Anak dan orang tua sama-sama memiliki kegiatan yang
bermanfaat.
Program Wanci Babagi lebih fokus menyasar orang tua. Mereka
yang datang ke Taman Kartini bisa memiliki pengetahuan baru. Saat anak-anak
asyik membaca, orang tua diberi pelatihan membuat cup cake, memasak dengan
bimbingan chef hotel, decoupage, dan sebagainya. Program tersebut terlaksana
berkat kerelaan para pemateri untuk berbagi ilmu.
Selain ketiga program tersebut, untuk
memperluas jangkauan literasi, Hayu Maca juga bersinergi dengan sekolah,
khususnya TK dan SD. Diawal kemunculannya, Hayu Maca terjun langsung ke
beberapa sekolah untuk membawakan dongeng. Roadshow dongeng. Termasuk juga ke
SMPN 1 Cimahi yang saat itu memiliki program literasi atau WJLRC. Dari acara
ini, akhirnya Hayu Maca bisa bekerja sama dengan guru-guru yang berpotensi
mengembangkan literasi.
Selain itu, Hayu Maca juga
bersinergi dengan Alumni Gree One. Dalam beberapa acara, Hayu Maca dilibatkan.
Contohnya mendongeng untuk anak yatim yang sengaja diundang khusus ke sekolah.
Dalam acara lainnya, ada pula Lapak Buku yang digelar di satu ruangan kelas.
Rencana Program Di Masa
Depan
Dalam upaya membangun literasi
ini, Hayu Maca memang dituntut untuk kreatif, agar bisa menjangkau seluruh
lapisan masyarakat. Tetap bisa menjalankan program secara terus menerus. Agar bisa terus berkembang sampai masyarakat
Kota Cimahi memiliki kemampuan literasi yang baik.
Menjelang ulang tahunnya yang
ketiga di bulan Oktober ini, Hayu Maca berencana untuk mengembangkan dan
memasyarakatkan 6 ( enam ) buah literasi dasar. Keenam literasi dasar tersebut
adalah: literasi bahasa, literasi numerasi, literasi budaya dan kewargaan,
literasi sains, literasi financial, literasi digital.
Hayu Maca juga berkeinginan untuk
menjangkau kaum remaja, agar memiliki kemampuan literasi lebih baik dari hari
ini. Untuk mereka, Hayu Maca berencana untuk mendirikan Café Library.
Di sini, berbagai kegiatan literasi akan dilakukan sesuai dengan gaya dan minat
remaja.
Program lain yang sudah dilakukan
sejak sekarang dan ingin tetap dikembangkan di masa datang adalah berbagai
kegiatan workshop yang dilakukan di sekretariat Hayu Maca di daerah Baros.
Workshop menulis, Fun Mathematic, photoshop bagi guru, food craving untuk
ibu-ibu rumah tangga, hidroponik, dan sebagainya. Untuk workshop ini sifatnya
tidak gratis. Berbayar dengan sistem Pay
as You Wish. Dana dari pelatihan atau workshop ini digunakan untuk kegiatan
sosial di Taman Kartini.
Seperti itulah kiprah Hayu Maca
dalam menumbuhkan Literasi di Kota Cimahi. Semoga upayanya ini bisa mencapai
sasaran seperti yang kita harapkan bersama! Semoga Hayu Maca semakin berkibar
dalam kegiatan berliterasi!
Salam Literasi
#SahabatKeluarga #LiterasiKeluarga
Tidak ada komentar:
Posting Komentar