Hai
sob…. Baru kali ini, di penghujung akhir tahun 2018, saya menemukan cara
unik untuk mengenang dan menghormati
pahlawan. Ya, kemarin, di SMAN 24
Bandung, saya menyaksikan fungsi puisi untuk mengenang pahlawan perintis
pendidikan, Ibu Dewi Sartika. Pahlawan penddikan dari Jawa Barat. Beliaulah
yang mampu mendirikan sekolah pertama untuk kaum perempuan. Namanya Sakola Kautamaan Istri. Sejak dulu, kita akan selalu memperingati
hari lahirnya Ibu Dewi Sartika, setiap tanggal 4 Desember. Zaman sekolah dulu,
biasanya melalui upacara khusus.
Simak Acaranya |
BERPUISI UNTUK DEWI
SARTIKA
Adalah founder Sekolah Teladan Kewajaran
Bersikap ( STKB ) dan Situs Seni , Dodi Ahmad Fauzi (Kang Berto ) yang
memprakarsai lahirnya acara ini.
Awalnya, beliau mengajak kami, para guru, siswa dan juga alumni IKIP Bandung untuk menulis puisi tentang Ibu Dewi Sartika.
Di penghujung akhir tahun ini,
diadakanlah acara DANGIANG DEWI: Peringatan 134 Tahun
Kelahiran Dewi Sartika, Pahlawan
Pendidikan asal Jawa Barat yang Terlupakan.
Tujuannya adalah mengenang kepahlawanan dan keperintisan Ibu Dewi
Sartika. Kang Berto berharap agar gema
dan semangat juang Ibu Dewi Sartika yang berbasis pada pengabdian ,
kedermawanan dan berbagi ilmu akan merasuki
lubuk hati bangsa ini, bangsa Indonesia.
Dalam acara itu, kami meresapi
segala kenangan, jasa, pikiran, perasaan dan perjuangan Ibu Dewi Sartika
melalui puisi. Secara bergantian, para kepala sekolah, dosen, guru dan siswa
membacakan puisi. Selain itu, ada juga puisi bebas yang
dibacakan oleh pecinta sastra dan
sastrawan kondang asal kota Kembang. Mereka adalah Seli Desmiarti, Kang Gusur
Mahesa dan Kang Matdon. Di Penutup acara ada musikalisasi puisi dan monolog persembahan dari Adew Habtsa, Dewa, Fajar dan Zaini.
Kang Matdon Baca Puisi |
PIDATO KEBUDAYAAN CEU
POPONG OTJE DJUNDJUNAN
Dalam
acara tersebut hadir pula salah satu tokoh Jawa Barat, yaitu Ibu Popong Otje Djundjunan
yang kini menjadi anggota DPR RI.
Diiringi oleh pengurus lembaga pembaruan kebangsaan.
Beliau
menyampaikan bahwa karakter Ibu Dewi Sartika itu sangat ulet dan selalu bekerja
keras agar para wanita bisa bersekolah.
Kala itu, memang sangat sulit bagi wanita untuk memperoleh pendidikan.
Dengan mendatangi rumah-rumahnya -sering juga kena marah- beliau keukeuh mengajak para perempuan Jawa Barat untuk bisa bersekolah melalui Sakola Keutamaan
Istri yang didirikannya.
Menurut
Ceu Popong , di era ini, ada enam aspek atau dimensi yang harus dijalani oleh
para wanita masa kini. Keenam aspek itu ada yang bersifat mutlak dan tidak
mutlak.
a.
Dimensi Mutlak
1.
Individu
2.
Anggota
Masyarakat
3.
Warga Negara
b.
Dimensi tidak mutlak:
1.
Istri
2.
Ibu
3.
Wanita Karir
Tantangannya adalah, kita harus bisa memadukan keenam unsur
tersebut agar menjadi adu manis atau harmonis dan selaras . Tentu saja, para
istri harus mendapat dukungan penuh dari para suaminya. ***Ah, nasihat yang cetar membahana nih.***
Ceu Popong |
ANGGUR ISABELLA
Bagian
terakhir dari acara ini adalah sebuah
tekad untuk mewujudkan kebun anggur terluas
sedunia di Jawa Barat. Oleh karena itu, ada beberapa bibit yang
dibagikan kepada para peminat untuk dibagikan di berbagai tempat. Bisa sekolah,
halaman rumah, kebun dan sebagainya.
Sebagai simbol, bibit pertama diberikan kepada Ceu Popong. Kemudian,
bersama dengan Kang Berto menanamnya di halaman SMAN 24 Bandung. Inilah sekolah
sekaligus tempat pertama ditanamnya bibit anggur Isabella.
Penyerahan Bibit Anggur Issabela |
Penanaman Bibit Anggur Issabela di SMAN 24 Bandung |
Demikianlah rangkaian acara Dangiang Dewi. Rasanya kegiatan
mengapresiasi sastra, khususnya puisi dalam dimensi yang berbeda perlu sesering
mungkin dilakukan. Salah satu manfaat sastra adalah melembutkan jiwa, maka
bersastra, khususnya berpuisi bisa menjadi sebuah pendidikan karakter bagi
siapapun.
Di sisi lain, menghormati dan meneladani jasa para
pahlawan juga perlu digalakkan kembali. Semboyan
lama mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai
jasa-jasa para pahlawannya.
Gimana menurut sobat
pembaca yayuarundina.com, perlukah
kedua hal itu dilakukan di zaman milenial? Pentingkah untuk para
generasi milenial? Di tengah hiruk pikuknya kehidupan yang berlandaskan materi,
apa sih makna jasa pahlawan bagi kalian?
Masihkah kita mementingkan
mengapresiasi sastra? Mangga ya, sampaikan buah pemikirannya di kolom komentar!
Kita diskusi jarak jauh saja di sini. Setuju, kan?
Salam sastra
Salam literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar