Ramadhan selalu
punya cerita-cerita yang menarik. Kisah inspiratif, pengalaman masa kecil, suka
duka puasa, kegiatan-kegiatan selama puasa. Juga yang paling populer adalah
cerita ngabuburit dan buka puasa bersama
atau bukber. Inilah budaya Ramadhan yang ada di Indonesia, betul? Nah, kali
ini aku ingin bercerita tentang bukberku di The Food Opera Bandung.
“Teh Yayu, mau uji nyali denganku sore
nanti?” tanya seorang sahabatku, teh Ida Tahmidah.
Spontan kujawab,
“Yes. Asyek. Hayuuukkk.”
Coba
saja kalau pertanyaan seperti itu disampaikannya pada beberapa tahun ke
belakang, sekitar tahun 90-an atau sebelumnya, pasti kutolak mentah-mentah.
Lebih baik jalan kaki atau naik angkot deh. Betul
kan teh Nurhayati Siagian dan Ceu Hena Sumarni?
Begitulah
metamorfosis diriku. Dulu, aku memang sangat takut naik motor apalagi ojek.
Kemana-mana lebih senang jalan kaki atau angkot. Kalau aku
naik motor, stresnya luar biasa hahaha…. Ya,
dulu, jalan kaki sangat aman dan nyaman. Sekarang, tidak lagi. Motor menjadi
andalanku untuk sampai di suatu tempat dengan tepat waktu. Boleh dikatakan,
sekarang aku lebih senang bermotor ria daripada jalan kaki atau naik angkot.
Apalagi kalau dituntut on time sampai
di tempat tujuan.
Nah,
sore kemarinpun, aku dengan dibonceng teh Ida bisa menikmati perjalanan menuju
sebuah café baru di jalan Gandapura 27 Bandung. Namanya The Food Opera. Sebelumnya, aku sempat was-was juga karena sempat
turun hujan dan langit Bandung sangat gelap. Mendung mengiringi perjalanan kami
di sore itu. Ketakutanku pada hujan, karena aku tidak mau basah kuyup sampai di
lokasi atau kebanjiran di jalan. Namun, syukurlah hal itu tidak terjadi.
Alhamdulillah. Kami bisa sampai di lokasi dengan cepat. Perjalanan yang
diperkirakan sekitar 1,5 – 2 jam dapat dipangkas banyak. Kami menempuh
perjalanan santai sekitar 30 menit saja. Tuuuh, betulkan motor bisa diandalkan
untuk perjalanan aman, nyaman dan cepat hehehe….
Kami
memasuki café dengan sambutan keramahan. Langsung dicarikan kursi. Dari sekitar
sepuluh orang yang akan buka puasa bareng sore itu, ternyata kami berdualah
juaranya. Yup, kamilah yang sampai terlebih dahulu. Takut terlambat karena jauh
dan macet, ternyata justru datang sangat cepat. Yang sudah ada di sana adalah rombongan
lain. Cukup ramai juga. Tampak juga sebuah keluarga dengan anak kecil yang
lucu. Putih bersih. Tak lama kemudian, datang juga teh Lygia Pecanduhujan
bersama suaminya. Karena jumlah kami cukup banyak, akhirnya kami diberikan
ruangan khusus.
aneka ruang yang instagrammable |
Karena
waktu berbuka puasa masih lama, kami mencoba menikmati suasana di sana. Ada
lantai dua. Katanya bisa digunakan untuk meeting. Oleh karena itu, kami fokus
di lantai bawah saja. Asyik juga
tempatnya. Instagrammable pisan. So,
kamipun segera beraksi jepret. Cekrek asyik. Seperti biasa menyalurkan hobi
swafoto dan foto bersama. Setelah itu, kembali ke ruangan dan memesan aneka
menu yang ada.
buku menu the food opera |
Maroko Lamb |
Menu
andalan di sini adalah aneka nasi dan kambing bakar. Ada nasi kebuli, nasi
biryani, nasi mandhi, dan Maroko Lamb. Sesuai dengan tagline cuisine arab atau
timur tengah. Namun, jangan khawatir menu-menu di sini sudah disesuaikan dengan
lidah orang Indonesia. Bagi yang tidak suka kambing, ada daging sapi dan ayam.
Menu lainnya adalah Sourbah Laham, Jala kari kambing, salad turky, salad
maghribi, salad khodro, shawarma, khobus ayam cincang. Dan minuman yang bikin
saya penasaran adalah vanilla coffee mint dan kimoino, teh arab.
aneka minuman |
kimoino |
Kalau
makan bareng-bareng gituh saya mah suka penasaran ingin mencicipi semua rasa.
Kalian begitu juga gak sih? Nah, makanya kami memilih menu yang berbeda-beda
untuk semua hidangan. Makanan berat, cemilan, salad dan minuman. Sekali makan, kita bisa icip semua rasa. Gakkan
penasaran jadinya hehehe…. Setuju?
Pesan
menu sudah selesai, kami diberi sebungkus kurma untuk tajil. Eeeitss, belum waktu
berbuka yaaa. Sambil menanti adzan maghrib, kami ngobrol banyak hal, diskusi,
foto rame-rame. Tak ketinggalan juga belajar foodfotografi. Seru dan asyik
pokoknya. Sampai-sampai kami diingatkan oleh salah seorang staf Food Opera
bahwa adzan magrib sudah berkumandang. Buka. Buka. Buka. Ye ye ye. Namun,
motret makanan semakin asyik hehehe… Sampai-sampai teh Amy nyuapin sebutir
kurma sebagai tanda berbuka. “Nih, batalin dulu
atuh, teh!” So sweet yah.
Setelah
kurma habis, kamipun shalat magrib terlebih dahulu. Tak perlu jauh-jauh,
tinggal ke arah belakang saja. Ada mushola di sana. Ruangan dan suasana di sini
benar-benar asyik. Nyaman dan adem. Betah seperti di vila sendiri hehehe….
Setelah
sepi sejenak, keriuhan kembali menggema. Aneka menu yang telah dipesan, makin
lama makin komplit. Makanan berat, cemilan dan minuman. Semuanya terhidang di
meja. Penuh bangets kelihatannya. Kalau kata Dilan, yang berat itu adalah
rindu. Di sini, cemilanpun berat juga. Ada ummy alli dan khobus chocomaltine.
Bentuknya berupa roti khas timur tengah.
Yang
pertama kucocol adalah roti jala dengan kari kambing. Roti berbentuk
benang kusut itu terasa pas disantap dengan kare kambing. Agak pedas tapi enak
dan gurih. Roti yang tawar menjadi sedap dalam balutan kare. Setelah itu, aku
mencoba cemilannya teh Gya. Khobus chocomaltin. Rasanya manis. Dua lapis roti
tipis yang agak renyah diisi pisang dan lelehan coklat. Enaknya pas di lidah. Selanjutnya,
beralih pada sourbah
laham. Sup kambing. Segar. Kuah beningnya agak keasinan. Dagingnya empuk
dan mudah diciduk. Habis yang berat, lanjut pada sayuran. Aneka salad yang adapun tak
luput disantap. Ada yang dominan mentimun, kol ungu dan bawang Bombay.
Setelah
beristirahat sejenak sambil menunggu kedatangan anggota terakhir, kami pun
berponsel ria. Setelah agak lama, yang ditunggupun tiba dengan basah kuyup.
Duh, kasihan sekali nih jamur Twina kehujanan di jalan. Biar gak kedinginan,
kamipun menutup perjumpaan ini dengan makan aneka nasi. Aku lebih memilih nasi mandhi.
Kedengaran sedikit asing dan aneh yah.
aneka menu nasi |
Akhirnya,
tiba jua pada detik perpisahan. Setelah kenyang, kamipun bubar dengan kenangan
indah dan rasa yang tak mudah dilupakan. Menu
arab di The Food Opera sangat cocok di lidah kita. Dagingnya empuk. Tak ada
bau kambing sedikitpun. Bumbunya pas dan meresap. Harganyapun tak mahal.
Suasana café mendukung kita untuk mencicipi makanan ala Timur Tengah dengan
santai. Pokoknya The Food Opera Bandung adalah tempat makan yang rekomen
banget. Enak di hati, lidah dan kantong.
Selamat makan
my genk bukber ( foto from Ida Tahmidah ) |
The Food Opera Bandung
Jalan Gandapura no 27 Bandung
Waduh, BW ke postingan makanan lagi siang-siang. Salah besar ini, tidaaaak :))
BalasHapuswah seru ya Teh acara bukbernya, apalagi ditemenin sama makanan yang enak2
BalasHapusaku penasaran sama nasi bryani nya deh, kesana aah entar buka puasa bareng keluarga
BalasHapusTeteeeeh,
BalasHapusKenapa sih takut naik motor?
Sinih boncengan ama aku kita jalan keliling Bandung hehehe.
Wah, makananya meuni pi-kabita-eun semua siiih! *buka masih lama euy*
Bayanganku mah motor teh ngagubrak weh 😅
HapusAsyeek hayuuuk kita jjs 😅😍
Wah ada aku ka pelem..hihi... Asyik ya makanannya enak2, jadi pengen ke sana lagi.. :)
BalasHapusSeleb blogger 😅👍
HapusHiks penasaran iga bakarnya.
BalasHapusPingin kesana lagi ah 😊😊
waahh enak banget neh bukber di sini bareng temen atau keluarga ya mbak, duhh jadi laper hehehe
BalasHapusIni juara banget makanannya! Semuanya enak 😆
BalasHapusMakanannya enak semua di sana
BalasHapus