JUDUL :
1001 CERITA
SUTRADARA
: Tj R. NATADIJAYA
PRODUKSI
: FORUM FILM CIMAHI DAN ONCAM PRODUCTION
PEMAIN : SYIFA SUKANIA, TARISA PUTRI, MARCO LEONARDO,
VABIA NOVAJUNA, DIMAS HARYA, DEKY van
SLOBEE, ICUK BAROS, KANG UCI RT, SYAHRINI KW NOEY, DEDE SYARIF HD, AJAY M.
PRIATNA, LETKOL PURN NGATIYANA
JIKA KAMU RINDU,
MENARILAH DENGAN HATI
Bagaimanakah jika seorang penari
terkenal meninggalkan keluarganya ( anak ) untuk selama-lamanya ? Apa yang
terjadi kemudian pada sang anak ?
Itulah penggalan
kisah film 1001 cerita yang dibuka dengan kisah sedih. ( Jangan nangis lho yaa, lanjutin nonton alur ceritanya ).
Poster film 1001 Cerita |
Film ini mengisahkan seorang
anak SMA bernama Rindu. Kisah hidupnya diuraikan dengan alur maju yang dipadu
dengan flashback. Oleh karena itu, penonton bisa memahami jalan cerita dengan
baik. Dahi kita tak perlu berkerut-kerut.
Yang menarik dari film ini
adalah adanya upaya untuk melestarikan budaya Sunda, yaitu tari Jaipong dan kekayaan heritage yang ada di kota Cimahi. Film
yang lokasinya di kota hijau ini memang menyelipkan bangunan-bangunan bernilai
sejarah dalam alur cerita, bahkan menjadi latar untuk beberapa adegan. Ada gedung Historich, kompleks pemakaman Ereveld Leuwigajah, termasuk juga rumah
untuk tempat tinggal keluarga Rindu.
Tarian Sunda, Jaipong |
Rindu menjadi pusat cerita dan
dipadukan dengan adegan-adegan wisata sejarah yang sering diadakan oleh
komunitas Tjimahi Herritage,
pimpinan kang Machmud Mubarok.
Sayangnya, adegan ini tidak berperan untuk memperkuat konflik yang dialami oleh
Rindu. Konflik yang kurang greget ini hanya terjadi di awal cerita dan begitu
cepat lenyap dari peredaran. Tetapi, inilah mungkin yang dimaksud dengan seribu
satu cerita. Ada banyak kisah dalam kehidupan manusia, tua dan muda. Dari dulu
sampai sekarang. Dari masa penjajahan hingga masa kemerdekaan ini.
Kang Dede dan komunitas Tjimahi Herritage |
Anggota/ peserta Tjimahi Herritage |
Namun demikian, film ini tetap
menjadi tontonan yang menarik untuk keluarga maupun masyarakat umum. Aman untuk
semua umur. Bahkan, melalui film ini, kita
bisa mengenal wajah pemimpin kota cimahi, yaitu: Bapak Walikota, Ajay M.
Priatna dan Bapak Wakil Walikota, Letkol Purn. Ngatiyana.
Siapakah beliau ? |
Para pemain dalam film ini sudah
berhasil menyampaikan cerita, walaupun 99% merupakan pendatang baru. ( mirip filmnya mbak Upi, ya: My Generation ). Mereka bisa
berakting secara natural. Tak ada demam panggung. Tak ada kecanggungan. Semua bisa bersinergi untuk melahirkan film
yang bernilai edukasi. Menurutmu apa nilai edukasinya hayooo?
Menarik yah judulnya |
Jujur,
saat menonton film ini, saya terkenang pada tokoh legendaris penari topeng,
Nenek Ratminah. Bagaimana beliau bekerja keras untuk melestarikan tari topeng di
daerah Cirebon. Inovasi yang dilakukan
secara terus-menerus sampai akhir hayat. Kini, sepeninggal beliau, kekayaan
tari topeng itu diwariskan pada cucunya. Kenangan itu juga pada tokoh Sunda yang erat kaitannya dengan tari Jaipong, Tati Saleh. Hmmm... bagaimanakah kabar beliau ?
Film ini juga menjadi sentilan
khusus di tengah maraknya perbincangan tentang pemusnahan berbagai bangunan
bersejarah di beberapa kota. Juga kekhawatiran akan musnahnya budaya bangsa
akibat arus globalisasi. Dengan film ini, generasi muda tetap bisa melestarikan
dan menduniakan budaya bangsa, selain mencintai budaya asing. Bagaimanapun,
kita memang harus menyeimbangkan keduanya dalam arus kehidupan yang sudah tak
mengenal ruang dan waktu lagi. Inilah peer besar untuk kita semua.
Belajar tari Jaipong yuk |
Ternyata, tema film tidak hanya
cinta. Budaya dan heritage juga bisa diangkat menjadi sebuah cerita. Tinggal
bagaimana kreatifitas, inovasi dan sudut pandang yang unik mengemasnya menjadi
sebuah cerita yang menarik. Jika digarap secara serius, bisa jadi film seperti
ini menjadi box office. Banyak
diapresiasi oleh masyarakat dengan baik dan tidak cepat turun layar. Semoga!
Para pemain film |
Bravo untuk Forum Film Cimahi dan selamat ulang tahun yang ke-3
untuk Komunitas Tjimahi Herritage
Semoga tetap abadi melahirkan karya dan acara berkualitas
Salam Budaya
Salam Literasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar