Literasi digadang-gadang merupakan
suatu skills atau kemampuan yang
harus dimiliki oleh manusia Indonesia di abad millennium ini. Menyongsong abad
21 dengan penyebaran informasi yang begitu cepat dan luas, maka kemampuan berliterasi
menjadi sebuah keharusan. Tak dapat ditawar-tawar lagi. Wajib titik. Apalagi
dengan hasil penelitian PISA yang sungguh jauh dari harapan. Ranking terakhir
dari enam puluh negara. Mau dipertahankan? Oh,
no.
Oleh
karena itulah, pemerintah mulai menggalakkkan pembiasaan literasi ini di
sekolah-sekolah, khususnya mulai awal tahun pelajaran 2017-2018 ini. Lima belas
menit sebelum proses pembelajaran pertama, seluruh siswa diwajibkan untuk
membaca buku-buku selain buku pelajaran. Berbagai upaya dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan literasi ini, khususnya dalam pembiasaan membaca. Membuat
pojok literasi. Membuat pohon literasi atau di Jawa Barat disebut pohon Geulis.
Hal ini sejalan dengan program WJLRC ( West
Java Leader Reading Challenge ) yang telah dicanangkan oleh Pemerintah
Provinsi Jawa Barat.
Ayo Baca |
Bacaan favorit |
Kegiatan literasi inipun
ternyata sudah mulai memasyarakat. Berbagai komunitas dan lembaga lain juga
ikut aktif terlibat dalam program literasi ini. Contoh nyata di kota Cimahi
adalah komunitas Tjimahi Herritage dan Hayu Maca. Minggu lalu, komunitas ini
mengadakan kegiatan bedah buku Jelajah
Kampung. Sedangkan Hayu Maca, aktif menyelenggarakan program literasi
setiap hari Minggu di Taman Kartini. Mereka menyediakan berbagai buku bacaan
untuk dibaca masyarakat umum dan kegiatan lainnya, seperti mendongeng. Selain komunitas, PKBM ( pusat kegiatan
Belajar masyarakat ) juga aktif menyuarakan dan menggiatkan program literasi
dengan berbagai cara, seperti diungkapkan dalam laman Sahabat Keluarga Kemdikbud.
Bedah Buku bersama Komunitas Tjimahi Herritage |
Dongeng bersama Hayu Maca |
Apakah semua kegiatan itu sudah
mampu meningkatkan kemampuan literasi generasi muda Indonesia ? Ternyata
hasilnya belum maksimal. Hal ini sangat bergantung pada tumbuhnya literasi di
lingkungan keluarga. Yup, kemampuan berliterasi ini harus berawal, dibiasakan
dari lingkungan kecil, keluarga. Ditumbuhkan dan dibiasakan sedini mungkin.
Inilah peran penting keluarga di era teknologi ini. Pembiasaan literasi di
sekolah takkan pernah berhasil, jika keluarga tidak menyediakan buku-buku
bacaan nonpelajaran. Program literasi komunitas juga takkan mencapai sasaran,
jika tak ada keluarga yang datang pada acara tersebut. Program PKBMpun takkan
berjalan jika, keluarga tidak mendukungnya.
Tanpa partisipasi aktif keluarga, program literasi hanya akan menjadi
angin lalu saja.
Apa yang harus dilakukan ?
1.
Jalan-jalan ke toko
buku
Alah bisa karena biasa. Membaca dan
menulis bukanlah suatu kegiatan yang bisa dilakukan sks atau kebut semalam.
Namun, kedua hal tersebut merupakan sebuah proses yang panjang. Mulai dari
buaian hingga liang lahat.
Dulu, saya masih ingat, mamah sering bercerita, jika kamu punya anak
kelak, rajin-rajinlah membaca Al Quran saat sedang hamil. Dengan membaca Al
Quran itu, kita berharap anak keturunan kita menjadi generasi yang
soleh/solehah. Kitapun akan merasa aman dan tentram. Kini, informasi terbaru,
membaca Al Quran dengan nyaring juga mampu menyembuhkan berbagai macam
penyakit. Nah, inilah intisari sebuah ;iterasi. Iqro.
Membaca memang sudah menjadi kewajiban kita sejak dulu kala. Oleh karena
itu, tak ada salahnya kita ganti program acara jalan-jalan ke pertokoan untuk
belanja baju dengan jalan-jalan ke toko buku membeli berbagai macam buku yang
bergizi dan menarik. Keluarga bisa menyediakan anggaran khusus untuk ini.
Sumber gambar Gramedia |
2.
Jalan-jalan ke perpustakaan
umum
Acara jalan-jalan keluargapun bisa diarahkan pada perpustakaan umum yang
ada di kota kita. Untuk Bandung, bisa ke Gasibu, Bapusipda, mesjid
Habiburrahman dan banyak tempat lainnya.
Sekarang, jalan-jalan ke perpustakaan umum, khususnya Bapussipda di
daerah Sukarno Hatta Bandung ternyata sangat menyenangkan. Tersedia berbagai
ruangan dan bahan bacaan untuk berbagai usia.
3.
Tantang Kemampuan
Membaca
Ini mungkin yang belum banyak dilakukan
oleh keluarga. Menantang kemampuan anak dalam membaca. Ada beberapa hal
sederhana yang bisa dijadikan sebagai kegiatan menantang kemampuan membaca ini
sambil bermain.
a.
Kuis
Kuis ini berarti orang tua
memberikan pertanyaan sesuai dengan isi bacaan. Penyemangatnya bisa
bermacam-macam. Seperti: ditambah uang saku. Makanan khusus atau ada hal lain
sesuai dengan kondisi keluarga.
Kemampuan membaca pemahaman
ini merupakan modal utama dalam kemampuan membaca di sekolah. Semakin baik,
seorang siswa memahami bacaan, maka akan semakin baik pula prestasi belajarnya.
b.
Melengkapi bacaan/
kalimat
Orang tua juga bisa meminta
anak-anaknya untuk melengkapi bacaan atau kalimat-kalimat dalam bacaan. Orang
tua memilih kata secara acak untuk dihilangkan. Siswa ( anak ) nanti yang akan
mengisinya.
c.
Menceritakan kembali
Anak-anak juga bisa diminta untuk
menceritakan kembali bahan bacaannya. Selain mengetahui kemampuan membaca, hal
ini juga melatih siswa ( anak ) untuk mampu berbicara secara sistematis.
4.
Belajar mengamati obyek
Sambil menyelam minum air. Kegiatan ini
bisa dilakukan secara khusus atau sambil jalan-jalan. Anak diajak untuk
mengamati hal-hal menarik di sekitarnya. Bangunan. Orang. Kegiatan. Profesi.
Pohon. Bunga dan sebagainya. Hasil pengamatan itu bisa diungkapkan secara lisan
atau tertulis dalam buku, diari atau jurnal.
5.
Belajar menulis
Adakah keluarga yang sudah menekankan
anaknya untuk menulis? Sekarang memang sudah banyak keluarga yang anak-anaknya
menjuarai berbagai lomba menulis. Ini berarti kebiasaan menulis sudah mulai
tumbuh di kalangan keluarga. Tinggal dimasyarakatkan lebih luas lagi.
Mengapa belajar menulis itu penting?
Menulis merupakan ciri manusia maju. Kita perlu mendokumentasikan berbagai hal
untuk berbagai kepentingan. Menulis bisa menjadi sebuah profesi atau
mendokumentasikan momen-momen penting dalam hidup. Asyik rasanya jika setiap keluarga memiliki
cerita yang dikumpulkan atau dibukukan ini. Tentu membacanya akan memiliki
kesan dan perasaan yang luar biasa.
Selain itu, kemampuan membaca dan menulis
ini merupakan kemampuan dasar yang ada dalam kurikulum, khususnya Kurikulum 13
( kurtilas ).
6.
Kritisi teknologi
Bukan hanya membaca dan menulis, konsep
literasi itu luas. Literasi digital salah satunya. Di abad yang serba teknologi
ini, sudah saatnya kitapun harus melek digital.
Teknologi itu bagian dari kehidupan manusia modern. Jadi, mau tidak mau,
siap atau tidak siap, kita memang harus bersahabat dengan teknologi.
Teknologi bisa berdampak positif dan
negatif, tergantung pada pemakainya. Nah, keluarga bisa menggunakan teknologi
dengan berbagai aplikasi yang terkait di dalamnya secara bijak. Keluarga bisa
bermain games bersama. Menggunakan
medsos secara positif, salah satunya sebagai alat untuk mengabadikan dan
membagikan tulisan-tulisan kita. Berburu informasi-informasi penting dan
bermanfaat.
Ayah dan ibu bisa mendampingi
anak-anaknya dalam menggunakan teknologi. Memberikan arahan dan kepercayaan
penuh pada remaja untuk memakai teknologi tersebut secara bijak. Bahkan, ayah
dan ibu bisa bekerja sama dengan guru di sekolah untuk menjadikan teknologi itu
sebagai bagian dari proses pembelajaran. Misalnya, untuk pembelajaran bahasa
Indonesia, saya menggunakan media sosial Instagram untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menulis. Dengan adanya aturan tidak boleh membawa ponsel ke
sekolah, maka kegiatan tersebut bisa dilakukan di rumah dengan pengawasan orang
tua.
Nah, ternyata banyak manfaat positif dari
teknologi itu. Tinggal kita sendirilah yang menentukan arah pemakaiannya. Orang
tua tidak perlu takut pada teknologi. Tidak perlu melarang anak-anak untuk jauh
dari teknologi. Namun, orang tua perlu mengawasi, mengarahkan dan membimbing
putra-putrinya menggunakan teknologi ( tablet, laptop, ponsel dan sebagainya) secara
bijak.
Nah itulah tulisan saya terkait
dengan literasi. Semoga bermanfaat untuk sahabat keluarga di seluruh Indonesia.
Mudah-mudahan keluarga Indonesia bisa menjadi keluarga literat dalam jangka
waktu yang tak lama, agar kita bisa segera mewujudkan masyarakat madani. Aamiin. Semoga Indonesia semakin maju di segala
bidang.
#sahabatkeluarga
Salam buat pak Idon Hayu Maca :)
BalasHapusWaaah kenal juga
Hapuspadahal deket ke taman kartini tapi aku belum pernah hadir 😂 buat tokbuk di cimahi jg ga ada teh dulu di cimol lantai atas ada eh pindah sedih dah
BalasHapusTiap minggu kok teh herva. Masih bisa dateng. Ya, yg d ramayana jg gak ada yah. Sepi meren yah
HapusSetuju teknplogi itu spt pisau punya dua sisi, positif negatif. Tinggal pemanfaatannya aja kita maksimalkan dan meminimalisir efek negatifnya :)
BalasHapusYa, perlu pencerahan nih teh biar semua orang tau manfaatnya
HapusSetuju teh, memang harus diimbangi antara teknologi dan niat belajar mereka.
BalasHapusKarena zaman sekarang tidak mungkin mereka harus jauh dari teknologi, karena sekarang ini adalah dunia digital.
Tinggal kita bagaimana mengatur cara pemakiannya.
Terima kasih untuk sharingnya teh :)
Harus bijak yah
HapusMembaca dan menulis memang penting, makannya adek saya selalu saya kasih buku dan diusahakan harus suka membaca sedari kecil. Dan seakarang sering ngajak ke gramed sendiri, dikasih uang sedikit pengennya beli buku. Alhamdulilahnya ya suka dibaca..
BalasHapusWah keren tuh
HapusIh bener teteh, mesti sejak dini nih mengajarkan anak mencintai literasi, peer banget
BalasHapusSelamat mengerjakan peer teh rany 😅
HapusSetuju, membaca buku merupakan jendela dunia. Kita bisa mengetahui banyak hal dengan membaca. Semoga program pemerintah menggiatkan literasi di sekolah-sekolah bisa meningkatkan minat baca generasi muda hingga bisa menciptakan masyarakat yang mumpuni. Aamiin
BalasHapusWah, bagus nih tulisannya. Di zaman gadget kayak gini, minat baca anak2 kayaknya Makin kurang. Kudu diawali dari orang tuanya dulu, ya. Oke deh noted. Saya kudu banyak baca. :D
BalasHapusYup drpd buku mending gadget😅 mg nanti mah jadi ok literasinya
Hapus