4/25/2018

JALAN-JALAN DI MUSEUM BIO FARMA BANDUNG


            
Bangunan Bio Farma
           Mengunjungi dan menikmati bangunan tua atau heritage itu bisa jadi passion seseorang. Itu juga yang terjadi pada para anggota  Komunitas Herritage Lover. Kecintaannya pada hasil karya arsitek Wolf Schoemaker, mendorong mereka melayangkan surat izin ke pihak Bio Farma. Dan, perusahaan vaksin di Indonesia itu akhirnya mengijinkan kami berkunjung pada Selasa, 24 April 2018.
Lestarikan warisan peradaban
            
Komunitas Herritage Lover
  
Pagi hari rasanya asyik berada di halaman luar Bio Farma yang tertata apik, hijau dan asri. Sambil membuka dan saling icip bekal masing-masing, kami menikmati kesejukan di bangku taman yang ada di sana. Tak jauh dari gerbang masuk Mesjid Bio Farma. Kesibukan jalan raya Pasteur terkalahkan oleh keasrian rumput yang hijau. Sarapan pagi itu ada dimsum, simping Cireundeu, opak oded, batagor, teng-teng, comro, misro. Hmmm… apalagi yahh ?

asri dan sejuk
                Sambil menunggu waktu masuk ke museum gedung Bio Farma, kami menikmati udara segar pagi hari sambil menyalurkan hobi memotret. Yup, beberapa anggota kami juga senang memotret. Jadilah bunga yang berjatuhan di atas rumput hijau menjadi sasaran. Juga jamur, gedung, orang, berbagai ekspresi, dan pemandangan di sekitarnya. Apapun. Jepret, cekrek, asyik.

Bunga apa ya ini ?
             
jamur
               Sekitar pukul 10.30, rombongan kami mulai berjalan beriringan menuju museum Bio Farma. Begitu kaki melangkah masuk tak ada kesan serem. Yang ada adalah kekaguman pada bangunan tua peninggalan Belanda tersebut. Pandangan pertama tertuju pada hiasan dinding berwarna hijau. Indah bangets. Kemudian, kami melihat foto seseorang yang mengabdikan seluruh hidupnya pada penelitian. Terar Dum Prosim. Dialah D.WA Borger, peneliti Bio Farma yang sempat mengujikan hasil penelitian pada tubuhnya sendiri. Bersebrangan dengannya, tampak pula foto ( lukisan ) para pemimpin Bio Farma. Orang Indonesia yang pertama kali memimpin perusahaan peninggalan Belanda ini adalah R.M Sardjito.

sejarah Bio Farma
                Kemudian, satu per satu ruangan kami susuri lengkap dengan berbagai cerita di dalamnya. Mulai dari masa gelap sampai pada kemajuan yang diraih Bio Farma hingga kini. Seru juga ceritanya, ada yang sedih, menegangkan, membanggakan hingga membahagiakan. Pun beberapa kali perubahan nama dan logo Bio Farma.
                Untuk pertama kalinya, saya baru tahu asal mula berdirinya perusahaan Bio Farma ini. Ternyata dulu, sebelum ada vaksin, dunia dilanda KLB cacar. Cacar api dengan penderita yang bisa cacat bahkan meninggal dunia. Ada salah satu foto penderitanya di sana. Wah, kasihan sekali deh. Syukur penyakit itu sudah tidak ada lagi. Selain itu, terselip kebanggaan, karena Indonesia -dengan adanya Bio Farma ini -mampu menolong dunia. Baru Indonesia yang saat itu memiliki perusahaan vaksin.
                Ada juga kisah yang mirip seperti di film-film barat, bukan senjata api untuk perang, tapi senjata bio… dengan penyebaran virus mematikan. Oh No. Untuk menyelamatkan vaksin, perusahaan ini sempat berpindah tempat dan memindahkan vaksin dengan cara yang unik. Mau tahu? Ah, lebih baik yang satu ini dirahasiakan saja ya, biar kalian mendengarnya langsung dari narasumber asli.
                Kejutan lainnya adalah vaksin yang diproduksi di sini berasal dari bisa ular asli Indonesia, khususnya wilayah barat. Ada kobra, ular tanah, ular cincin emas, ular belang. Bisa ini diolah sedemikian rupa hingga bisa bermanfaat untuk kesehatan manusia.
                Di ruangan terakhir, banyak hal menarik tentang CSR perusahaan Bio Farma. Ilmu dan keahlian yang dimiliki perusahaan ini berhasil mengembalikan keturunan asli domba (Garut) yang gagah itu. Mampu juga mengembangkan ikan koi dengan nano teknologi. Yang hebat lagi adalah mampu mengembangkan batik yang ramah lingkungan. Jujur, saya tertarik dengan motif-motifnya. Menarik. Cerah dan berkelas. Batik ini dikembangkan di Sukabumi. Ingat Sukabumi, pasti ingat pada destinasi wisata Geopark Ciletuh. Ternyata Bio Farmalah yang membidani lahirnya tempat wisata itu.
                Kini, Bio Farma memfokuskan diri pada produksi vaksin dan serum. Hasilnya bisa dinikmati bukan hanya oleh orang Indonesia saja tapi juga untuk dunia. Sudah 136 negara yang menerima vaksin dari perusahaan kebanggaan warga Bandung ini. Semoga di masa depan, Bio Farma semakin jaya. Museumnya bisa memberikan cerita-cerita menarik terus sepanjang masa.
Sampai jumpa di wisata berikutnya. Yuk, jalan-jalan lagi!

               

26 komentar:

  1. Aku pernah ke sini juga Teh, udah lama tapinya, pas pertama mau ke ciletuh geopark belom booming bareng biofarma juga, ahh jadi tau deh kirain cuma vaksin2 aja, ternyata banyak csrnya yaa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Asyek yah tempatnya, ditambah jjs ke ciletuh makin asyik πŸ˜…πŸ˜

      Hapus
  2. kapan2 pengen juga ah berkunjung ke museum Bio Farma ini

    BalasHapus
  3. aku seumur-umur blom pernah masuk ke Bio Farma teh :(

    BalasHapus
  4. Saya belum pernah ke museum ini teh, sesekali pengen kesana ah

    BalasHapus
  5. Bunga yg putih itu yg bisa disayur bukan ya teh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Duh gak hapal perbungaan😊 taunya cuma kecombrang yg bt dimasak mah πŸ˜„

      Hapus
  6. Kapan-kapan ajakin anak-anak kesini ah, belum pernah soalnya.

    BalasHapus
  7. Tempatnya asik banget keliatan adem ya mbaa

    BalasHapus
  8. Pernah ke museum Biofarma duluuu pisan. Memang menarik isinya. Menceritakan sejarah dr sisi medis

    BalasHapus
  9. Wahh asyik ya ada museum tentang dunia kedokteran begini.. jadi belajar tentang bbrp penyakit dan cara pengobatannya yang benar yaa..

    BalasHapus
  10. penasaran teh pengen masuk juga pengen liat prosesnya hehehe keren y biofarma supoly 136 negara πŸ‘πŸ»πŸ‘πŸ»

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yup keren pisan. Bangga jugaπŸ˜… kita tidak bisa melihat proses pembuatan vaksin karena takut bahaya terpapar virus

      Hapus
  11. Wah, aku belon pernah masuk ke sini. Baru tahu juga kalo di Bio Farma ada museum. Kalo ada kesempatan, pengen deh ke sana. :)

    BalasHapus
  12. Oh Jadi itu museum sekaligus tempat produksi vaksin gtu ya mba ?

    BalasHapus

Featured Post

Dua Puisiku di Bulan September

                                                                                    Peristiwa Sumber Inspirasi                              ...