Bangunan Bio Farma |
Mengunjungi dan menikmati
bangunan tua atau heritage itu bisa jadi passion seseorang. Itu juga yang
terjadi pada para anggota Komunitas Herritage Lover. Kecintaannya
pada hasil karya arsitek Wolf Schoemaker, mendorong mereka melayangkan surat
izin ke pihak Bio Farma. Dan, perusahaan vaksin di Indonesia itu akhirnya
mengijinkan kami berkunjung pada Selasa, 24 April 2018.
Lestarikan warisan peradaban |
Komunitas Herritage Lover |
asri dan sejuk |
Sambil
menunggu waktu masuk ke museum gedung Bio Farma, kami menikmati udara segar
pagi hari sambil menyalurkan hobi memotret. Yup, beberapa anggota kami juga
senang memotret. Jadilah bunga yang berjatuhan di atas rumput hijau menjadi
sasaran. Juga jamur, gedung, orang, berbagai ekspresi, dan pemandangan di
sekitarnya. Apapun. Jepret, cekrek, asyik.
Bunga apa ya ini ? |
jamur |
Sekitar
pukul 10.30, rombongan kami mulai berjalan beriringan menuju museum Bio Farma.
Begitu kaki melangkah masuk tak ada kesan serem. Yang ada adalah kekaguman pada
bangunan tua peninggalan Belanda tersebut. Pandangan pertama tertuju pada
hiasan dinding berwarna hijau. Indah bangets. Kemudian, kami melihat foto
seseorang yang mengabdikan seluruh hidupnya pada penelitian. Terar Dum Prosim. Dialah D.WA Borger,
peneliti Bio Farma yang sempat mengujikan hasil penelitian pada tubuhnya
sendiri. Bersebrangan dengannya, tampak pula foto ( lukisan ) para pemimpin Bio
Farma. Orang Indonesia yang pertama kali memimpin perusahaan peninggalan
Belanda ini adalah R.M Sardjito.
sejarah Bio Farma |
Kemudian,
satu per satu ruangan kami susuri lengkap dengan berbagai cerita di dalamnya.
Mulai dari masa gelap sampai pada kemajuan yang diraih Bio Farma hingga kini.
Seru juga ceritanya, ada yang sedih, menegangkan, membanggakan hingga
membahagiakan. Pun beberapa kali perubahan nama dan logo Bio Farma.
Untuk
pertama kalinya, saya baru tahu asal mula berdirinya perusahaan Bio Farma ini.
Ternyata dulu, sebelum ada vaksin, dunia dilanda KLB cacar. Cacar api dengan
penderita yang bisa cacat bahkan meninggal dunia. Ada salah satu foto
penderitanya di sana. Wah, kasihan sekali deh. Syukur penyakit itu sudah tidak
ada lagi. Selain itu, terselip kebanggaan, karena Indonesia -dengan adanya Bio
Farma ini -mampu menolong dunia. Baru Indonesia yang saat itu memiliki
perusahaan vaksin.
Ada
juga kisah yang mirip seperti di film-film barat, bukan senjata api untuk
perang, tapi senjata bio… dengan penyebaran virus mematikan. Oh No. Untuk
menyelamatkan vaksin, perusahaan ini sempat berpindah tempat dan memindahkan
vaksin dengan cara yang unik. Mau tahu? Ah, lebih baik yang satu ini
dirahasiakan saja ya, biar kalian mendengarnya langsung dari narasumber asli.
Kejutan
lainnya adalah vaksin yang diproduksi di sini berasal dari bisa ular asli
Indonesia, khususnya wilayah barat. Ada kobra, ular tanah, ular cincin emas,
ular belang. Bisa ini diolah sedemikian rupa hingga bisa bermanfaat untuk
kesehatan manusia.
Di
ruangan terakhir, banyak hal menarik tentang CSR perusahaan Bio Farma. Ilmu dan
keahlian yang dimiliki perusahaan ini berhasil mengembalikan keturunan asli
domba (Garut) yang gagah itu. Mampu juga mengembangkan ikan koi dengan nano
teknologi. Yang hebat lagi adalah mampu mengembangkan batik yang ramah
lingkungan. Jujur, saya tertarik dengan motif-motifnya. Menarik. Cerah dan
berkelas. Batik ini dikembangkan di Sukabumi. Ingat Sukabumi, pasti ingat pada
destinasi wisata Geopark Ciletuh. Ternyata Bio Farmalah yang membidani lahirnya
tempat wisata itu.
Kini,
Bio Farma memfokuskan diri pada produksi vaksin dan serum. Hasilnya bisa
dinikmati bukan hanya oleh orang Indonesia saja tapi juga untuk dunia. Sudah
136 negara yang menerima vaksin dari perusahaan kebanggaan warga Bandung ini.
Semoga di masa depan, Bio Farma semakin jaya. Museumnya bisa memberikan
cerita-cerita menarik terus sepanjang masa.
Sampai jumpa di wisata
berikutnya. Yuk, jalan-jalan lagi!
Aku pernah ke sini juga Teh, udah lama tapinya, pas pertama mau ke ciletuh geopark belom booming bareng biofarma juga, ahh jadi tau deh kirain cuma vaksin2 aja, ternyata banyak csrnya yaa.
BalasHapusAsyek yah tempatnya, ditambah jjs ke ciletuh makin asyik π π
Hapuskapan2 pengen juga ah berkunjung ke museum Bio Farma ini
BalasHapusYuuuk mariii πππ
Hapusaku seumur-umur blom pernah masuk ke Bio Farma teh :(
BalasHapusAsyek loh π
HapusSaya belum pernah ke museum ini teh, sesekali pengen kesana ah
BalasHapusSok cobian. Banyak ilmu buat neng Marwah π
HapusBunga yg putih itu yg bisa disayur bukan ya teh?
BalasHapusDuh gak hapal perbungaanπ taunya cuma kecombrang yg bt dimasak mah π
HapusKapan-kapan ajakin anak-anak kesini ah, belum pernah soalnya.
BalasHapusSok cobain ajukaan perijinannya
HapusTempatnya asik banget keliatan adem ya mbaa
BalasHapusYup betul. Betah rasanya ada di sanaππ
HapusPernah ke museum Biofarma duluuu pisan. Memang menarik isinya. Menceritakan sejarah dr sisi medis
BalasHapusYoi nambah wawasan yah
HapusWahh asyik ya ada museum tentang dunia kedokteran begini.. jadi belajar tentang bbrp penyakit dan cara pengobatannya yang benar yaa..
BalasHapusLebih ke sejarah dan peran Bio Farmanya
HapusRimbun dan sejuk ya suasananya.
BalasHapusCuci mata dan refresh paru-paru π π
Hapuspenasaran teh pengen masuk juga pengen liat prosesnya hehehe keren y biofarma supoly 136 negara ππ»ππ»
BalasHapusYup keren pisan. Bangga jugaπ kita tidak bisa melihat proses pembuatan vaksin karena takut bahaya terpapar virus
HapusWah, aku belon pernah masuk ke sini. Baru tahu juga kalo di Bio Farma ada museum. Kalo ada kesempatan, pengen deh ke sana. :)
BalasHapusSama teh, saya jg baru tahu kemarin π
HapusOh Jadi itu museum sekaligus tempat produksi vaksin gtu ya mba ?
BalasHapusSatu lokasi beda gedung
Hapus