Jelajahilah alam selama bumi masih berputar
Cinderamata dari Komunitas Herritage Lover |
Judulnya mirip-mirip sebuah film
yah ? Tapi dari sekian judul yang sudah dirumuskan, nama ini yang paling pas
untuk tulisan santai kami bersama tokoh Bandung ini.
Siapa yang tak kenal dengan
tokoh geografi ini ? Namanya sudah menyebar ke seantero jagat, apalagi kalau
berbicara tentang Bandung Purba. Salah satu buku tentang catatan perjalanan
beliau dengan sang istri tercinta. Selain menulis, beliau juga aktif di bidang pendidikan,
lingkungan dan budaya. Sekitar tahun 2015, Pak Bachtiar ini mendapatkan Anugrah
Budaya Kota Bandung.
Biografi Singkat
Pakar di bidang geografi ini
bernama lengkap Titi Bachtiar. Beliau asli
dari Pameungpeuk Garut. Beliau hijrah ke Bandung untuk melanjutkan sekolah ke
SPGN V Bandung. Sekitar tahun 1974. Atas jasa kakaknya, beliau bisa bersekolah
dengan baik. ( salam baktos yah untuk
kakaknya pak Bactiar ).
Selang beberapa waktu setelah itu, beliau kuliah di IKIP
Bandung, sekarang berganti nama menjadi UPI. Ada cerita yang menarik di sini.
Sama seperti saya dulu, bingung memilih jurusan yang paling tepat untuk kuliah.
Waktu itu, saya disarankan oleh ua -
yang kebetulan sudah menjadi guru - untuk mengambil jurusan yang jam
pelajarannya banyak, seperti bahasa Indonesia, bahasa Inggris, Matematika.
Mengapa ? Supaya tidak memeriksa hasil ulangan seluruh kelas. Karena yang hanya
dua jam pelajaran seperti Seni Rupa akan memegang kelas yang banyak. Biasanya seluruh satu
tingkat dipegang oleh satu guru, misalnya guru seni rupa kelas 9. Misalnya bu
Tintin, akan memegang 10 kelas kelas 9, dengan jumlah siswa sekitar 40 anak.
Berapa tugas atau ulangan yang harus diperiksa dalam waktu sesingkat-singkatnya
? Apalagi zaman dulu masih memeriksa secara manual. Eh, zaman sekarangpun, kalau bukan soal
pilihan ganda, tetap manual.
Nah, pak Bachtiar ini ditanya oleh kakaknya, “Pelajaran
apa yang paling kau sukai ?”
“Ilmu
Bumi,” jawab Pak Bachtiar.
Dari jawaban itulah, maka pak
Bachtiar akhirnya memilih jurusan Geografi. Inilah awal karir beliau.
Selama
menjadi mahasiswa, beliau aktif berorganisasi. Beliau menjadi Ketua Hima. Di
sinilah, keterampilan menulisnya mulai diasah. Organisasi yang dipimpinnya itu
menerbitkan satu majalah khusus.
Beliau mengaku bahwa selama
bersekolah dulu, menulis itu sangat tidak bisa. Membuat satu kalimatpun butuh
perjuangan. Namun, dengan latihan yang terus menerus, akhirnya beliau bisa
membuat buku, Bandung Purba salah
satunya. Buku ini ditulisnya bersama sang istri, ibu Dewi Syafriani. Ehm, Pak Bachtiar
bertemu dengan istrinya ini ketika
kuliah, sekitar tahun 1979. Ibu Dewi adalah adik kelasnya. Hmmm… Kampus Biru
yah.
Pak Bachtiar dan Ibu Dewi |
Setelah lulus, kemudian beliau
menjadi dosen Uninus untuk mata kuliah Ilmu Alamiah Dasar. Setelah itu, beliau
mendapatkan pelatihan kewiraan selama tiga bulan di Jakarta. Belaiu adalah
orang sipil pertama yang mendapatkan pembekalan tersebut. Setelah selesai
pelatihan, beliaupun menambah mata kuliah Kewiraan sebagai tugasnya.
Tentang Menulis
Alah bisa karena biasa.
Dari
obrolan pagi itu, saya semakin meyakini bahwa menulis itu adalah sebuah
keterampilan. Kita tak perlu bakat menulis. Semua orang bisa menulis. Benar
kata teh Indari Mastuti kala itu, kunci
menulis adalah 3 M. Menulis. Menulis. Dan Menulis. Ini berarti bahwa kemampuan
menulis akan tumbuh dengan latihan dan latihan terus.
Demikian
pula dengan pak Bachtiar. Beliau yang dulu sangat kesusahan untuk membuat
sebuah kalimat. Sekarang, bisa menulis
banyak artikel dan buku. Saya sering membaca artikelnya di koran Pikiran Rakyat
( PR ). Sssttt…. Oh, ya dalam minggu ini
tulisannya bakal muncul lagi nih di PR. Siap-siap hunting ah
Satu
hal yang menarik dari kekuatan tulisan pak
Bachtiar ini adalah fakta dan data. Hmmm… jadi inget pembelajaran menulis di FFB.
Untuk membuat sebuah tulisan, beliau akan
mencari data dan fakta sebanyak mungkin. Data dan fakta tersebut, beliau tulis
dalam sebuah buku kecil. Dari sanalah, beliau akan menyusun dan membuat tulisan
tentang sesuatu.
Data
dan fakta tersebut, beliau dapatkan dari kegiatan membaca. Kemudian terjun ke
lapangan. Jalan-jalan. Selama perjalanan ke berbagai tempat ini, beliau akan
selalu mengobservasi. Mengamati. Teori yang ada di buku akan dicari
kebenarannya ataupun pengembangannya di lapangan. Apa fakta dan data di balik
itu semua ? Selain membaca, fakta dan data itu beliau dapatkan dengan cara mewawancarai masyarakat setempat. Dari
pengetahuan merekalah, beliau bisa mendapatkan informasi terbaru yang nyata dan
akurat. Contohnya tentang aliran sungai Citarum. Inilah makna dan tujuan lain dari sebuah
perjalanan.
Belajar tentang fakta dan data |
Inilah kesimpulan saya tentang pola atau alur menulis beliau.Kemampuan menulisnya itu diapresiasi oleh Honda. Suatu saat, beliau mengikuti lomba yang diadakan oleh perusahaan otomotif tersebut. Semua data yang beliau miliki dikirimkannya untuk melengkapi tulisan yang diikutsertakan dalam lomba. Alhamdulillah, kemudian beliau menjadi juara untuk kategori umum. Uang hadiahnya digunakan untuk mencetak buku yang kini sudah tersebar kemana-mana melalui berbagai komunitas.Studi Pustaka à Jalan-jalan à Observasi à Menulis
Dari
kemenangan ini pulalah, kegiatan geotrek yang digagasnya menjadi berkembang.
Perjalanan menimba ilmu secara nyata sambil bersenang-senang ini mulai banyak
diikuti oleh berbagai kalangan. MGMP guru IPS, pelajar dan mahasiswa, maupun
masyarakat umum yang tertarik untuk menyingkap alam.
Ah, rasanya tak cukup waktu kami
untuk menggali lagi cerita-cerita menarik yang sarat makna ini. Sungguh berat
langkah kami, - saya dan komunitas Herritage Lover - untuk pergi meninggalkan
kompleks Margahayu Permai. Terlalu banyak kisah yang masih tersembunyi. Semoga
suatu saat nanti, masih ada waktu untuk kami berbincang-bincang lagi. Masih ada hari lain untuk tetap bersama
pak Bachtiar. Salam baktos.
Mencintai
perjalanan untuk menggali ilmu. Menemukan sesuatu yang bermakna. Tak sekedar
happy tapi ada sumbangsih diri untuk dunia. Geotrek we love you.
Kebersamaan yang sangat berharga |
Sumber Tulisan :
1. IG @brandeesign
2. IG @s3d1m3n
Jadi penasaran sama bukunya teh 😁
BalasHapusSama. Seru liat resensinya. Bnyk yg menarik 😄😍
HapusWah Bandung Purba itu mengisahkan sejarah Bandung, termasuk tradisi2nya kah mbak? Jadi penasaran. Kebetulan bulan depan insyaAllah mau ke bandung :D
BalasHapusLebih cenderung ke masalah geografisnya
Hapus