Kabar yang datang memang sangat mengejutkan.
Saya mengira itu bukan hal yang serius. Sama kagetnya seperti saat melihat
sebuah acara di televisi, beliau terlihat cantik dan anggun dengan jilbabnya.
Berita yang menggemparkan itu semakin nyata
setelah saya menyimak video wawancara eksklusif UCWeb dengan Rina Nose. Acara
itu dipandu oleh Deddy Corbuzier Berbagai macam hal dibahas dan diobrolkan
selama kurang lebih dua puluh tiga menit. Satu hal yang bikin saya penasaran
tingkat dewa adalah alasan Rina Nose melepas hijabnya yang hanya dijawab secara
tertulis dan Dedypun enggan mengungkapkannya. Gara-gara ini, tidur saya
malam ini kayaknya gakkkan bisa nyenyak deh. Penasaran abis hehehe.... Yah,
apapun alasannya, kita hanya bisa melihat fakta yang sudah terjadi.
Jika disimak lebih jauh, masalah hijab ini
memang sering menjadi konsumsi publik yang luar biasa, baik positif maupun
negatif. Tengok saja kasus Marshanda dan Inneke Koesherawati. Seingat saya,
kedua artis ini menjadi pembahasan yang terus menerus. Mirip seperti kasus Rina
Nose ini. Berita lainnya tentang hijab ini adalah pada saat menjelang lebaran.
Semua orang berbondong-bondong memakai hijab dan kerudung. Sehabis lebaran akan
kembali ke habitat semula. Mungkin berita seperti ini bisa menjadi trending
topik. Bahkan, berita tentang hijab bisa meningkatkan rating televisi, yah ?
Yah, apapun itu masalah hijab ini adalah
masalah berpakaian, khusus untuk wanita muslim. Masalah berpakaian ini pada
dasarnya adalah sama dengan pembahasan lainnya seperti pakaian untuk bekerja,
ke undangan, padu padan dan lain sebagainya yang sering menjadi kolom khusus di
berbagai majalah wanita. Perbedaannya hanya satu. Ada aturan pasti yang
mewajibkannya. Aturan Agama. Perintah Allah SWT. Sedangkan cara berpakaian yang
lain tak ada aturan itu.
Suka Duka Berhijab
Menggunakan hijab memang memiliki lika-liku
tersendiri. Ada suka dukanya. Seperti yang pernah saya alami. Dulu, saya tidak
mau berhijab. Uh, perasaannya gimana gituh yah kalau disuruh pakai baju muslim
saat itu. Campur aduk. Namun, tiba-tiba saja waktu itu datang dengan
sendirinya. Setelah salah seorang sahabat saya becerita akan menggunakan hijab,
datanglah berkah itu. Awalnya saya hanya mendengarkan saja cerita persiapan berhijab
sahabat saya itu. Biasa saja. Saya tak berniat mengikuti jejaknya. Namun,
setelah lebaran, tiba-tiba saja saya memutuskan untuk memakai baju muslim.
Alhasil ? Saya kalang kabut, gak punya baju. Semua baju yang ada di lemari
pendek-pendek. Uang untuk beli baju barupun tak punya. Akhirnya, saya
sambung-sambung baju yang ada. Pergi ke penjahit dengan ongkos yang murah. Yang
penting bisa menutup aurat. Setelah punya rejeki, satu persatu saya mulai
mengoleksi baju muslimah tersebut.
Memakai hijab juga memiliki
tingkatan-tingkatan tersendiri. Ini menurut saya lho, yah. Sebenarnya tak ada
kasta. Hanya dari pengalaman berpakaian secara muslimah ini ternyata kita
memang berproses. Meniti satu tahapan demi satu tahapan menuju kesempurnaan (
Kaffah, maaf kalau salah tulis istilahnya ). Inilah tingkat kesulitan
berpakaian secara islami ini. Awalnya, cara berpakaian kita mungkin belum
menutupi aurat sepenuhnya. Lalu, menutup seluruhnya tapi masih seperti leupeut
( makanan Sunda seperti lontong ). Masih terlihat lekukan tubuh. Baju masih
ketat. Kemudian, mungkin pakaian selanjutnya sudah lebih longgar. Dan tahapan
terakhir adalah baju muslimah yang paling sempurna. Tertutup rapat seluruhnya,
tidak berbahan tipis yang menerawang dan tidak memperlihatkan bentuk/ lekukan
tubuh. Bagi orang yang sudah sangat hebat, dia akan selalu istiqomah atau
konsisten memakainya. Bagaimanapun kondisi dan keadaannya.
Alasan Berhijab
Hal lain tentang berhijab ini adalah mengapa
seseorang berhijab ? Banyak alasan yang melatarbelakangi seseorang menggunakan
hijab ini. Inilah beberapa alasan yang saya ketahui:
1.
Memenuhi Perintah Allah SWT
Alasan utama seseorang menggunakan hijab
adalah alasan agama. Perintah langsung dari Sang Maha Pencipta, Allah SWT.
Dalam Islam, Perempuan wajib menutup auratnya. Yang boleh terlihat hanya wajah
dan telapak tangan. Orang dengan keimanan yang baik akan melaksanakan perintah
ini. Semakin bagus dan kuat tingkat keimanannya, maka cara berpakaiannyapun
akan semakin baik. Mereka dengan ikhlas melaksanakan perintah ini demi kebaikan
kehidupannya di dunia dan di akherat.
2. Disuruh oleh Orang Lain
Seseorang menggunakan hijab bisa jadi karena
faktor disuruh oleh orang lain, seperti: orang tua, suami, pacar dan lain
sebagainya. Dengan alasan keagamaan bahwa perempuan wajib menutup auratnya,
maka orang-orang tersebut akan mempengaruhi orang lain agar sesegera mungkin
untuk menggunakan hijab. Nah, orang-orang yang disuruh ini bisa jadi terpaksa
menggunakan hijab atau pada akhirnya menerima dengan ikhlas.
3. Pengaruh Lingkungan
Di zaman sekarang, hijab sudah sangat
memasyarakat dan membudaya. Semua orang di suatu lembaga sudah berhijab,
kecuali yang nonmuslim. Demikian juga dengan para copet. Saat akan beraksi di
lingkungan yang islami, maka mereka akan memakai pakaian muslimah tersebut.
Hehehe... saya jadi teringat cerita film karya Dedi Mizwar, Alangkah lucunya
Negeri ini. Begitulah, para copet ini mampu beradaptasi demi keberhasilan
misinya.
Di sisi lain, dengan lingkungan yang sudah
berpakaian muslimah seluruhnya, ada perasaan tak enak pada seseorang yang belum
berhijab. Malu. Merasa terasing dan perasaan-perasaan lainnya. Sehingga mereka
pada akhirnya menggunakan hijab secara terpaksa agar sesuai dengan lingkungan
di sekitarnya.
Tanggung Jawab Berhijab
Berbeda dengan cara berpakaian pada umumnya.
Kita menata cara berpakaian sedemikian rupa agar penampilan kita terlihat bagus
dan menarik. Enak dipandang mata. Sedangkan dalam berhijab, selain alasan yang
sama itu, ada hal lain. Kita adalah duta agama Islam. Pencitraan. Memakai hijab
itu identik dengan orang Islam, maka berhijab itu adalah tanggung jawab kita
sebagai muslimah. Jika cara berpakaiannya rapi dan sopan, maka kita bisa
memunculkan aura yang positif. Sebaliknya, jika cara berhijab kita amburadul,
maka mungkin orang lain akan mencibir.
Berhijab juga berarti kita melaksanakan ajaran
agama Islam sebaik mungkin. Jika muslimah yang berhijab berperilaku buruk, maka
orang akan memandang buruk pada kita. Namun, jika berperilaku baik, maka orang
lain akan senang melihatnya. Selain itu, secara langsung ataupun tidak
langsung, berhijab juga memberikan sinyal agar kita bisa melaksanakan aturan
beragama sebaik mungkin. Masa sih yang berhijab tidak shalat dan puasa. Pasti
orang lain akan melihatnya aneh. Mungkin juga memarahi kita. Atau menganggap
kita kafir. Itulah tanggung jawab berhijab, ada satu tntutan secara tidak
tertulis untuk melaksanakan ajaran agama sebaik mungkin. Namun, pada
kenyataannya tak semudah membalikkan telapak tangan.
Rina Nose dan Berhijab
Kembali pada kasus Rina Nose. Kalau kita
memahami uraian sebelumnya, mungkin kita bisa memiliki cara pandang khusus
tentang masalah itu. Terserah padamu. Mau negatif atau positif. Mau menangis,
tertawa atau memaki. Semua orang berhak berpendapat dan bersikap.
Yang jelas dari kasus ini, saya semakin
meyakini prinsip bahwa hidup itu adalah sebuah pilihan. Mau memilih jalan yang
benar atau salah. Mau ke surga atau neraka. Mau berhijab atau tidak. Semua itu
tergantung pada diri kita sendiri. Apa dan bagaimana keyakinan kita pada
sesuatu hal. Yang jelas, kita bisa belajar banyak tentang hidup dari artis Rina
Nose ini. Bagaimana mengambil sebuah keputusan. Bagaimana dia menerima
resikonya. Bagaimana kita meyakini ajaran agama. Bagaimana kita bisa istiqomah
padaNya.
Yang penting adalah kita harus senantiasa
berdoa, agar hidup kita tetap berada di jalan yang lurus selamanya, sampai
akhir hayat kita. Begitu banyak godaan dunia yang menyilaukan. Begitu sering
setan menyesatkan kita. Tak ada yang tahu akhir dari perjalanan hidup kita. Tak
ada yang tahu, kapan waktunya kita menghadap Ilahi. Yang bisa kita lakukan
hanyaalah berusaha sebaik mungkin agar hidup ini berkualitas. Membawa kebaikan
untuk kehidupan dunia dan akherat.
Sumber gambar:
Sumber artikel
2.
Pengalaman pribadi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar