Rangkaian Acara Festival Fotografi Kompas Bandung |
Minggu, 19 November 2017, kami berkesempatan hadir di
acara Festival Fotografi Kompas. Begitu
memasuki gedung PLN Distribusi Jawa Barat, pandangan mata langsung disuguhi
oleh berbagai macam foto yang dipamerkan. Berbagai rasa tumpah ruah. Takjub.
Bangga. Kagum. Senang dan juga sedih. Kami terbawa alur cerita dalam foto-foto
yang tak dipublikasikan tersebut. Ada beberapa foto yang berkesan. Pertama,
Foto puncak gunung Merapi yang di depannya ada pesawat Dakota. Anak-anak yang
dengan riang berloncatan di (sungai) kota. Bangunan bekas kebakaran yang unik
dan penuh warna. Juga anak kecil korban tsunami yang dibawa sukarelawan.
Benar-benar luar biasa karya-karya foto tersebut.
Di hari terakhir pelaksanaan acara tersebut, kami
berniat menghadiri tiga acara. Pertama, talk show buku “Literasi Visual di Zaman Digital.” Kedua, Workshop Foto Produk bersama Herry
Tjiang. Ketiga, Talk show Jurnalistik bersama Arbain Rambey, Danu Kusworo dan
Johny TG.
Literasi Visual di Zaman Digital
Sesi ini menceritakan suka duka perpustakaan keliling
memperkenalkan buku fotografi ke berbagai daerah. Mereka ingin masyarakat luas
mengenal, menyenangi dan membeli buku kumpulan foto karya-karya mereka. Selama ini, photobook hanya menjadi bagian
dari para fotografer saja. Dengan membawa beberapa buku-buku foto tersebut Kang
Wahyu berkeliling ke berbagai tempat, membuka lapak Perpustakaan Keliling.
Perpustakaan ini berusia satu tahun. Dalam pemaparannya itu, ada foto-foto
kegiatan dan juga video wawancara. Tanggapan masyarakat cukup positif dan
responsive.
Berikutnya, adalah proses membuat photobook. Lumayan
lier ini teorinya. Perwakilan dari Bungkus ( aduh aku lupa namanya eh asa gak ada sesi kenalan dulu
kayaknya nih ) menjelaskan proses pembuatan foto buku sampai detil.
Elemen dan strukturnya. Penataan foto, diskusi sampai dummy. Seru juga pokoknya
membuat buku foto-foto ini. Jadi keidean membuat photobook untuk karya-karya
isengku yang sudah pabalatak.
Literasi visual ini adalah kegiatan membaca dan
menulis visual. Kalau menurut saya, juga termasuk mendokumentasikan karya-karya
foto dan berusaha menangkap cerita melalui foto tersebut. (jadi inget sama guru
fotografi saya, Vivera Siregar. Materi foto berceritanya sangat kami sukai, me
and my student ). Membaca dan memahami photobook.
Workshop Foto Produk
Ini pertama kalinya, saya mengetahui seluk-beluk
dunia fotografer, khususnya untuk foto produk. Mulai dari perlengkapannya
dengan harga yang aduhai. Keahlian yang
harus dikuasai. Proses pembuatan sebuah foto produk. Pengenalan profesi walau
hanya sekilas. Juga bayarannya yang membuat saya merasa wow deh. Ada pernyataan
dari Herry Tjiang yang sangat berkesan.
“Hargai dirimu dengan harga yang pantas. Jangan dengan harga murah ! Kamu boleh memberikan gratisan, tapi cukup sekali saja. Selanjutnya tentukan harganya. Kamu pantas dihargai orang.”
Setelah foto produk secara umum, di sesi terakhir,
kami mendapatkan ilmu tentang foodfotografi sesuai dengan keahlian sang
narasumber, Herry Tjiang. Wah, yang ini seru juga dan bikin kami kutap ketap bin ngacay. Foto-foto yang
sangat menggugah selera. Menambah riuhnya bunyi di perut, karena tetap bertahan
di dalam gedung demi acara yang asyek ini. Tambah asyek, saat praktek
foodfotografi dengan makanan berkuah yang mengepulkan asap, Ramen.
Talkshow Jurnalistik Kompas
Inilah acara yang paling dipadati peserta, sampai
duduk ngampar. Daya tariknya pasti sang fotografer terkenal, sekaligus tokoh
Kompas, Arbain Rambey. Dengan kocaknya, beliau bercerita banyak tentang
foto-foto Unpublished Kompas. Berbagai
macam alasan yang membuat karya-karya jurnalistik itu tidak naik cetak. Kekerasan.
Politik. Sara. Belum ada konfirmasi dari sumber dan lain sebagainya. Yang
paling menghebohkan adalah foto Gayus Tambunan yang tertangkap kamera sedang
menonton tenis di Bali. Kalian ingat kan peristiwa ini ? Nah, redaksi sempat
bersitegang saat foto ini akan naik cetak. Kompas sangat menjaga kepercayaan.
Foto tersebut harus mendapatkan konfirmasi tentang kebenarannya dari sang
tokoh. Sebagai jurnalis yang berpengalaman, mereka mencoba mencari kecocokan
foto itu dengan foto terakhir Gayus. Mendatangi dokter gigi juga untuk
mengidentifikasi dan membenarkan foto tersebut. Sungguh ada cara yang unik di
sini. Benar-benar perlu strategi jitu, kecerdasan sosial demi keberhasilan misi
ini.
Arbain Rambey bertrio dengan editor Kompas beda
generasi, yaitu: Johny TG dan Danu Kusworo. Seccara bergantian mereka
menyampaikan hal-hal dan foto berbeda yang unpublished. Atau bahkan bertik-tok
untuk menambah ramai suasana. Sungguh, talkshow jurnalistik yang menarik dan
sangat berkesan. Terlebih, saat Arbain Rambey bertemu dengan keluarga (cucu)
dari subyek fotonya yang sudah almarhum. Foto seorang kakek dari Medan diunggahnya
di medi sosial Facebook. Ternyata dikomentari oleh cucunya. Pada akhirnya foto
itu menjadi dokumentasi keluarga. Berbagai cerita-cerita unpublished itu
membuat kami tak sadar waktu. Sampai tak terasa, roda waktupun bergulir begitu
cepat dan acara itupun berakhir dengan meninggalkan senyum untuk semua.
Diantara acara-acara itu ada juga pemberian hadiah
untuk para pemenang hunting foto dan penghargaan juga untuk para sponsor.
Festival Fotografi Kompas ini dilakukan di tiga kota,
yaitu Yogyakarta, Surabaya dan terakhir Bandung. Acara berlangsung selama lima
hari, mulai dari 15-19 November 2017.
Banyak acara dan kegiatan yang diadakan oleh Kompas. Pameran foto unpublished. Talkshow
oleh Photo’s Peak. Workshop sinematografi. Talkshow wildfotografi. Talkshow
oleh PAF Bandung.Workshop Sony videography. Bedah buku. Juga hunting foto.
Menurut saya sih kegiatan ini merupakan bentuk
apresiasi Kompas terhadap karya-karya foto yang tak pernah muncul di halaman
Koran. Foto-foto itu dibuat oleh para pewarta
Kompas. Walau tak dipublikasikan, foto-foto itu tetap disimpan secara
apik. Sayang, kalau foto-foto itu hanya berada di dalam dunia gelap.
Mudah-mudahan tahun depan acaranya akan lebih seru,
lebih menarik dan makin heboh dari yang sekarang. Bocorannya sih tema tahun
depan adalah sport. Ok, sampai jumpa di acara tahun depan yah. Bye bye.
Menarik acaranya ya,Mak. Saya pengagum karya Arbain Rambey dan pembaca setia Kompas sudah hampir tiga dekade. eaa...
BalasHapusWow keren. Asyek banget mbak. Pak Arbain kocak bangets 😅
HapusSeru ya menghadiri festival seperti ini, banyak foto - foto keren pastinya
BalasHapusYes seru pisan dan bikin betah seharian di sana 😍
Hapus“Hargai dirimu dengan harga yang pantas. Jangan dengan harga murah ! Kamu boleh memberikan gratisan, tapi cukup sekali saja. Selanjutnya tentukan harganya. Kamu pantas dihargai orang.” ------ saya setuju pisannn, ini kerennn!!
BalasHapusmenarik acaranya ya teh, aku fokeus sama foto yg unpublished bahkan untuk naik cetak aja mesti konfirmasi terlebih dahulu ke pihak terkait :) mantap
BalasHapusYa, diskusi untuk muat foto itu ternyata luar biasa
Hapuswaah suka kabita kalo ada acar fotografi gini teh, pingin bisa foto juga hehe
BalasHapusYup betul. Lika likunya asyek juga. Nyesel kenapa gak dari dulu kenal dan hobi fotografi 😉😄
HapusKeren dan menarik banget acaranya. Banyak ilmu yang bisa diserap ya, Teh.
BalasHapusNgomong-ngomong tentang Madam Vivera, saya suka gaya fotografi beliau.
keren pake bingits. Yup, akupun demikian. Bikin greget juga, kapan aku bisa bikin foto-foto seindah dan sebagus itu hehehe
Hapus