10/04/2016

REVIEW BUKU MILEA: CINTA BERGELOMBANG


Novel Terbaru Pidi Baiq


Judul                                      : Milea : Suara dari Dilan
Penulis                                    : Pidi Baiq
Penerbit                                  : PT Mizan Pustaka
ISBN                                       : 978-602-0851-56-3
Ilustrasi Sampul dan Isi        : Pidi Baiq
Penyunting Naskah               : Andika Budiman
Penyunting Ilustrasi              : Pidi Baiq
Desain Sampul                       : Kulniya Sally
Cetakan Kedua                     : September 2016
Jumlah Halaman                   : 357

Seolah-olah, dia sengaja datang ke Bandung hanya dengan tujuan untuk menjatuhkan hatiku.

            22 Desember 1990, Dilan dan Milea Adnan Husain resmi berpacaran. Seorang gadis cantik pindahan dari Jakarta. Primadona sekolah. Keberhasilan Dilan ini tentu juga berkat doa Bunda.
            Sejak saat itu, Panglima Tempur geng motor tersebut menjalani hari-hari romantisnya dengan Lia. Menyusuri jalanan Bandung dengan jejak-jejak cerita cinta. Tawa bahagia selalu mewarnai hari-hari mereka. Mengapa Milea lebih memilih ketua geng motor ?
            Lalu, sebuah tragedipun terjadi. Tanpa disangka, tanpa diduga peristiwa itu mempengaruhi kisah cinta mereka. Apa yang terjadi ? Apakah kisah cinta mereka dipisahkan oleh maut ?
            Novel ini benar-benar melambungkan asa dan rasa. Kisah cinta di SMA memang selalu menarik untuk diangkat menjadi cerita. Setelah era Galih dan Ratna, kini saatnya ada Dilan dan Milea. Menikmati aliran cerita dalam novel ini serasa kitalah yang sedang berpacaran. Menjalani suka duka masa-masa berpacaran. Baper habis.
            Konflik yang dibangun untuk merangkai cerita tergolong sederhana dan tidak terlalu kuat. Namun, hal inilah yang sering terjadi pada orang-orang yang berpacaran. Hal itu pula yang mengikat pembaca untuk menamatkan novel ini. Cinta bergelombang. Apa maknanya ? Ya, cari tahu sendiri aza di Milea, ya ! Hehehe… Yang jelas Pidi Baiq sukses mengaduk-ngaduk perasaan kita di sini. Aneka rasa. Inilah daya tarik novel Milea.
Bahasanya terasa ringan dipikiran tapi menusuk dalam di rasa. Pemakaian campur kode, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Sunda  semakin memperkuat gambaran latar Bandung yang selalu romantis dan ngangenin.
Novel ini merupakan buku ketiga dari trilogi karya Pidi Baik. Buku pertama berjudul Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1990. Buku kedua berjudul Dilan: Dia adalah Dilanku Tahun 1991. Buku ketiga berjudul Milea: Suara dari Dilan.
Adakah sesuatu dari ketiga judul buku tersebut ? Saya sempat bertanya-tanya,”Apakah perlu ada semacam tanya jawab dari sebuah kisah cinta ?” Perlukah cerita itu disampaikan dari sudut pandang yang berbeda, dari seorang gadis dan laki-laki ? Semacam klarifikasi. Ini mungkin keunikan dan kekhasan dari novel ini. Berbeda dengan trilogi karya Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk. Ada Rasus dan Srintil. Ketiga novel tersebut hanya menyajikan satu cerita utuh dari awal mula menjadi ronggeng sampai akhir kisah seorang ronggeng terkenal. Atau trilogi Andrea Hirata, Laskar Pelangi. Tiga buku, tiga cerita dengan tokoh yang sama.
Trilogi novel Dilan ini, menurut saya ( dengan minus novel pertama karena gak kebagean hehehe… ) rasanya terasa agak membosankan, karena novel ini memiliki cerita yang sama. Itu-itu saja ceritanya.
Namun, jika novel ini bertujuan untuk memberikan pelajaran seperti dikatakan pada bagian pendahuluan, maka hal itu berjalan dengan sangat sukses. Kita bisa belajar banyak dari sini. Belajar tentang proses menjadi manusia dengan segala riak-riaknya. Belajar memahami cara pandang dan cara berpikir kaum adam dan kaum hawa. Belajar menciptakan bahasa-bahasa yang unik dan kreatif. Belajar memadukan teori dengan kisah-kisah menarik. Juga belajar tentang kesalahan dalam menjalin sebuah hubungan. Tak salah jika teman saya mengatakan bahwa novel ini menjadi bacaan wajib bagi kawula muda di abad millennium ini.
Rasanya akan rugi besar jika kita tidak membaca novel ini. Berbeda dari novel yang lainnya, membaca Milea ini takkan pernah membuat kita frustasi.. Humor-humor ringan dengan pemakaian bahasa yang kreatif dan lucu menjadi kekuatan utama dan daya tarik novel ini. Ok deh, selamat membaca novel terbaru karya Pidi Baiq ini, ya ! Jangan sampai ketinggalan dan kehabisan yah men-temen !

 
Diakah idola barumu ?

6 komentar:

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...