|
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIA |
Ahay,
tak terasa negeriku ini sudah beranjak tua, 71 tahun. Namun, jika dibandingkan
dengan negara lain atau sebuah kota yang sudah mencapai angka ratusan, tentu
usia itu masih tergolong sangat muda. Belum apa-apa.
|
MERAH PUTIH
|
Bagi Ibu pertiwi, bulan Agustus
menjadi momentum penting dalam sejarah. 17 Agustus, merupakan hari melepaskan
diri dari belenggu penjajahan. Saatnya memproklamasikan kemerdekaan. Tepat
pukul 10 pagi sirine bergema. Suatu bentuk syukur tak terhingga lepas dari cengkraman
penjajah setelah dibelenggu ratusan tahun. Merdeka !
|
BENDERAKU, NEGERIKU |
|
BENDERA DAN LENGSER |
Hari itu disambut dengan penuh suka
cita oleh semua anak bangsa. Jauh-jauh hari, mereka telah mempersiapkan diri
untuk menyambutnya. Merayakannya. Meramaikannya. Merah putih berkibar
dimana-mana. Menyemarakkan kota dengan pancaran warnanya.
|
MERAH PUTIH |
Seperti
halnya momen lebaran, di waktu ini, banyak perantau yang sengaja pulang kembali
ke kampung halamannya. Sengaja datang untuk menikmati kemeriahan kemerdekaan
bersama keluarga. Menikmati berbagai macam acara yang diadakan oleh desanya.
Mengikuti aneka perlombaan unik. Balap karung, balap kelereng, makan kerupuk,
makan jeruk beroli, bakiak, panjat pinang dan sebagainya. Memperebutkan
hadiah-hadiah menarik, unik bahkan juga bernilai tinggi.
Salah
satu desa yang bisa dikunjungi untuk melihat dan menikmati kemeriahan hari
Proklamasi itu adalah Desa Tagog Apu dan
Campaka Mekar di wilayah Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Daerah ini
terletak sekitar satu jam perjalanan dari Cimahi menuju arah Purwakarta. ( jika tak macet,
lho )
Pada
tanggal 17 Agustus, kedua desa yang terletak saling berhadapan itu sudah
bergeliat sejak pagi hari. Dalam keheningan subuh, banyak warga desa yang
berias. Siap menyuguhkan atraksi yang menarik. Sebuah tontonan murah meriah,
menghibur dan bernilai seni serta sarat makna.
Sekitar
pukul setengah tujuh, warga lainnya sudah H2C, harap-harap cemas dalam
penantian. Akankah mereka datang dan beraksi ? Jalanan dan suara khas menjadi
pusat perhatian utama pagi itu.
Tiba-tiba,
sekitar pukul tujuh, yang ditunggu-tunggupun muncul. Berbagai warna, suara dan
keramaian memecah kesunyian. Jalanan mendadak ramai. Orang-orang berhamburan
keluar rumah. Berbaris rapi di sepanjang jalan. Mempersiapkan kamera atau
ponsel untuk mengabadikan momen.
|
PENONTON SETIA |
|
TAK SABAR MENANTI |
|
Pencak Silat |
|
Pengantin |
Dari
kejauhan tampak barisan panjang mewarnai jalan desa. Merah putih berkibar
gagah. Aneka tetabuhan turut meramaikan suasana. Para peserta memakai aneka
pakaian yang unik. Barongsai pun ikut menari-nari. Warga pun berseri-seri. Yang
ditunggu-tunggu telah datang. Klik. Klik. Klik. Ratusan jepretan kamera
menangkap momen. Atraksi, aksi, selfie, ekspresi.
|
BARISAN YANG DITUNGGU-TUNGGU |
|
BARISAN ANAK-ANAK |
|
BADUT |
|
BARONGSAY
|
|
Wayang |
Yang
menarik dari pawai atau parade di Tagog
Apu tersebut adalah adanya pepaduan aneka budaya. Menyatu menjadi sebuah
pertunjukkan yang menarik. Atraksi pencak silat. Kuda lumping. Barongsai. Aksi
individu. Kendaraan hias. Aneka alat musik tradisional pun tak mau ketinggalan.
Gong, saron, terompet, kendang, bedug, ikut meramaikan acara. Perayaan 17
Agustusan itu menjadi sesuatu yang menarik. Berkesan dan sayang kalau tak
diabadikan.
|
GAMELAN |
|
DRUM |
|
BEDUG |
|
LODONG |
Perayaan
kemerdekaan itu menjadi sesuatu yang bermakna. Benar-benar merdeka. Merdeka
dalam berkreasi, berinovasi dan berekspresi. Benar-benar kreatif !
|
MOBIL HIAS |
|
MOBIL HIAS |
|
MOBIL HIAS |
Oh,
ya, jika ingin datang, lebih baik dari pagi. Jangan siang-siang ! Waktu antara
jam 10 sampai dzuhur atau sekitar pukul 13 siang pasti macet total. Parade
panjang masih berlangsung untuk momen kedua. Setelah mengikuti upacara 17
Agustus. Ok deh. See You next year !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar