7/13/2016

TRADISI LAIN IDUL FITRI

Monumen TMP Cikutra
           
Semboyan ini pasti kamu tahu, kan
           Setelah sebulan berpuasa selama Ramadhan, di awal bulan Syawal, umat Islam akan tiba pada hari kemenangan, Idul Fitri. Menang melawan kantuk. Menang melawan malas. Menang atas segala bentuk godaan. Dan yang utama adalah menang atas perang terhadap hawa nafsunya sendiri, musuh terbesarnya.
            Banyak tradisi atau budaya khas yang selalu menjadi ciri hari raya umat Islam tersebut. Mulai dari makanan. Budaya. Mungkin pakaian dan sebagainya. Pada hari lebaran tersebut, makanan yang menjadi hidangan utama adalah ketupat, opor, ace cabe hijau, acar, sambal goreng kentang. Itu kalau di daerah saya, lho. Sunda. Bandung.  Satu lagi yang khas adalah ulen dan bebeye. Hmmm enak tenan. Di daerah lain juga pasti ada makanan khas lainnya. Bukankah Indonesia itu termasuk negara kaya akan budaya, kuliner, tradisi, baju adat, bahasa dan lain sebagainya. (Ah, tapi kalo dibahas semua takutnya para pembaca mabok semua hehehe.). Cukup satu saja yah !
Makam Ujungberung
            Ada satu tradisi unik yang ada pada momen lebaran tersebut. Tradisi ini jarang saya temui di lain waktu. Tempat yang dikunjungi pasti akan penuh dan ramai. Tradisi yang saya maksudkan adalah Nyekar atau Nadran. Nyekar yaitu satu budaya untuk melihat dan mendoakan orang yang sudah meninggal. Nama yang lebih populer adalah Ziarah. Ya, pada saat ziarah, kita akan mendatangi kuburan atau pemakaman, baik keluarga atau umum, untuk sekedar melihat nisan orang tua dan kerabat yang telah menghadap Ilahi.
            Pada saat berada di nisan keluarga tersebut, kita biasanya akan membersihkan makam dari segala tanaman liar yang tumbuh (yaaah tidak semua pemakaman itu terawat bersih, apalagi jika keluarga jarang berkunjung). Setelah itu akan berdoa khusyu, Semoga beliau mendapatkan kelapangan kubur, dijauhkan dari siksa kubur dan mendapatkan kenikmatan yang telah Allah janjikan bagi orang-orang beriman. Sebagian masyarakat juga akan membacakan satu surat khusus, dari Al Quran, yang identik dengan orang yang telah meninggal dunia, yaitu surat Yasin. Kemudian, tahap berikutnya adalah menaburkan bunga aneka warna dan menyiramkan air beberapa kali. Terakhir, biasanya akan membaca informasi di batu nisan sambil mengenang berbagai macam kenangan manis bersama almarhum/ almarhumah.
Gerbang TMP Cikutra
            Salah satu pemakaman di Bandung yang menarik untuk dikunjungi adalah Taman Makam Pahlawan Cikutra. Jika kita melewati daerah tersebut, bangunan pertama yang kita lihat adalah dua buah tugu berwarna hitam yang menyerupai gerbang. Kemudian, untuk memasuki kawasan tersebut, kita harus menaiki tangga. Barulah kita akan sampai pada jejeran makam. Sangat bersih, terawat dan teratur. Nisan-nisan  tersebut berada di sisi kiri dan kanan. Terbagi-bagi pada beberapa blok. Melihatnya, saya teringat pada sebuah pemakaman Belanda yang ada di kota Cimahi. Ereveld Leuwigajah atau makam Kerkhof.

Papan (Tembok) Informasi

Adakah Tokoh yang kalian kenal ?
            Makam-makam di sini berderet rapi terkotak-kotak dari bawah sampai atas. Nisannya pun beragam, masing-masing menjadi penanda khas. Ada makam Muslim, Kristen dan Hindu. Di sini, banyak orang berjasa pada Negara Indonesia yang ditempatkan dengan sangat layak. Termasuk juga tokoh masyarakat. Berdasarkan papan informasi, pemakaman ini sampai pada blok H. Di papan ini juga saya menemukan nama salah satu Gubernur Jawa Barat, Bapak Yogie S. Memet dan tokoh Pramuka, Mashudi. Konon, kabarnya penulis satra terkenal Abdul Muis katanya dimakamkan juga di sini. Sayang, saya tidak menemukan makamnya. Karena keterbatasan waktu, menjelang Maghrib, jadi tidak leluasa untuk menjelajah seluruh wilayah tersebut.
Tahukan siapa beliau ?
Ayo, karyanya yang terkenal apa coba ?
Siti Nurbaya, kan Bu Guru ?

Makam Cikutra


            Namun demikian, jalan-jalan di Taman Makam Pahlawan Cikutra ini sangat berkesan. Selain kita mengenang kembali jasa para pahlawan untuk kita dan Indonesia, banyak hal lain yang kita dapatkan. Wisata Rohani. Tak selamanya kita akan hidup di dunia. Ada saatnya, kita kembali pada Sang Maha Pencipta, Tuhan Yang Maha Esa. Selama hidup itu, kita akan berbuat apa untuk nusa, bangsa, agama dan keluarga ? Akankah hidup itu penuh makna dan manfaat ? Ataukah hanya sebuah kesia-siaan ? Akankah kita nanti mendulang pahala dan menjadi penghuni surga ? Ataukah penuh dengan dosa dan menjadi penghuni neraka ? Semoga kita semua tetap berada di jalan yang lurus sampai akhir hayat ! 
Pemandangan Senja di TMP Cikutra


4 komentar:

  1. saya belum pernah berkunjung ke sana tmp cikutra

    BalasHapus
  2. Btw kalo masuk kesini bebas ga sih atau harus ada keluarga yg di makamin disitu suapaya bs masuk, sering lewat tapi blm pernah msk

    Salam
    www.travellingaddict.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. Cobain masuk aza mas. Di sana, ada dua pemakaman: umum dan pahlawan.

      Hapus

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...