7/16/2016

REVIEW FILM SABTU BERSAMA BAPAK


BAPAK VIRTUAL
            Jumat bahagia itu datang juga, nobar lagi. Kalo boleh membuat tulisan tandingan Sabtu Bersama Bapak, maka Jumat kemarin adalah Jumat Bersama Teman hehehe…. Sama seperti orang tua (Bapak), teman juga punya peran penting dalam kehidupan kita. Berperan penting dalam menentukan pribadi kita ini.
            Ah, tapi kali ini fokus bahasan kita pada film Aditya Mulya saja, ya ! Yup, Film Sabtu bersama Bapak itu berawal dari novel. Untuk kesekian kalinya, cerita novel menjadi film itu adalah sesuatu yang menarik. Benarkah demikian ? Ataukah ini pertanda gagalnya budaya literasi ?
            Di film ini, kita bisa berjumpa dengan artis-artis: Abimana Aryasatya, Ira Wibowo, Arifin C. Putra, Deva Mahenra,Acha Setriasa, Ernest Prakarsa,  Sheila Dara Aisha, Jennifer Karnelita, Rendy Kjaernet, Tutti Kembang Mentari, Farras Fatik dan Tri Yudiman.  Ayo, yang kangen sama mereka, nonton filmnya yah !


            Cerita dibuka dengan sebuah persoalan klasik orang tua. Sang Bapak divonis kanker dengan ancaman kematian. ( penyakit yang lagi-lagi menjadi trend cerita film Indonesia. Adakah kisah penyakit lainnya yang lebih menarik ? ) Bagaimana kelanjutan hidup keluarganya sepeninggal Sang Bapak ? Ternyata, Gunawan, Sang Bapak itu perencana kehidupan sejati. Beliau menyiapkan rekaman kaset untuk membimbing anak-anaknya, Satya dan Cakra. Berbagai pesan dan pelajaran hidup diberikannya secara virtual. Setiap Sabtu menjadi momen khusus untuk menerima pelajaran dari Sang Bapak, didampingi Sang Ibu, Ijte.

            Berbekal pelajaran secara virtual itulah anak-anak mengarungi kehidupan, sehingga mereka bisa hidup mandiri dengan karir masing-masing. Sang Ibu pun bisa hidup dengan keahliannya memasak, membuka rumah makan.
            Walaupun tema yang diangkat dalam film ini sangat sederhana dan biasa, tapi racikan ceritanya menjadi sangat luar biasa. Monty Tiwa, sang sutradara berhasil mengemas cerita menjadi penuh konflik, drama, air mata dan membuat para penonton terpukau sampai akhir. Tak percaya film sudah berakhir. Kami masih haus dengan kelanjutan ceritanya. Tuntas tapi masih menyisakan rasa penasaran.
            Di film ini, ada yang terasa aneh atau mungkin lucu yah. Acha Septriasa- yang di film 99 Cahaya di Langit Eropa- menjadi istri Abimana. Di sini, menjadi menantunya. Entahlah, dari segi penokohan, bagi saya terasa agak membosankan. Tokoh Abimana masih memerankan karakter serupa. Suami yang penyayang dan peduli pada istri dan anak-anaknya. Acha dengan karirnya yang bagus, walau di film ini mendapat tantangan dari suami.
            Namun demikian, kita bisa menikmati candaan-candaan adik-kakak, Satya dan Cakra serta candaan bos dan anak buah setianya, Cakra-Wati. Adegan-adegan mereka mampu mengocok perut. Oh ya, satu lagi adalah kekikukan bos pada wanita pujaannya. Seru banget deh !
            Kesederhanaan tema cerita ini mampu melahirkan kebermaknaan hidup yang luar biasa. Tak salah kalau film ini dikatakan memiliki nilai edukatif. Melalui film ini, kita bisa belajar banyak tentang manusia yang mendekati paripurna. Bagaimana menjadi manusia yang sukses, walau kedua orang tua tidak lengkap ? Bagaimana menjadi orang tua yang bijak dan anak yang berbakti ? Bagaimana menjadi suami dan istri yang saling melengkapi ? Bagaimana menciptakan keseimbangan dalam hidup berkeluarga dan karir ? Pesan utama dari film ini adalah setiap manusia itu unik. Kita takkan pernah bisa menyerupai seseorang secara sempurna. Tetap akan ada rasa, penafsiran dan jalan hidup masing-masing. Kitalah yang harus melakoninya dan memutuskannya. Orang lain, termasuk orang tua (Bapak) adalah warna dalam kehidupan kita. Pengalaman mereka adalah cermin tempat kita belajar tentang hidup. Pengalaman mereka adalah pengetahuan. Pengalaman mereka adalah kekayaan batin sebagai bekal mengarungi kehidupan yang tak pasti ini.
Kitalah yang harus melengkapi diri kita sendiri. Bukan orang lain.
Bukan pula tugas pasangan kita.
            Sebagai sebuah film, Sabtu Bersama Bapak merupakan tontonan yang menarik, menghibur dan sarat makna. Sayang sekali, kalau kita melewatkannya begitu saja. Film ini layak menjadi tontonan keluarga. Ayah, Ibu, Anak, Tante, Paman, Nenek, Kakek. Semua umur cocok deh ! Pokoknya dua kata : Luar Biasa !

            
Sumber gambar buka ini aza

2 komentar:

  1. Lupa nggak bawa tisu, jadi nyusut air mata pake jilbab. Hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. nah yang itu harusnya masuk poin penting review yah hahaha....

      Hapus

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...