Pertama kali mengenal artis ini tentunya
melalui televisi. Dari Wikipedia, sinetron Cinta
Bunga membuat namanya mulai dikenal orang. Kemudian, dia berteman baik
dengan artis Laudya Cyntia Bella. Namun, kemudian berpisah. Setelah itu, kabar
yang terdengar makin santer melalui permainan aktingnya yang memukau. Hampir
setiap saat muncul dalam berbagai judul film yang beredar di Indonesia. Sebut
saja Lawang Sewu, In The Name of Love,
Cahaya dari Timur: Beta Maluku, Seputih Cinta Melati, Surat dari Praha, A Copy
of Mind, Filosofi kopi, Negeri van Orange dan terakhir dalam Surat Cinta untuk
Kartini. Dua film terakhir itu yang menggelitik hati ini untuk menulis
tentang artis yang semakin berkilau ini. Bagaimana ?
Dalam
film Negeri van Orange, Chico
berperan sebagai Geri. Mahasiswa Indonesia tajir yang kuliah di Belanda.
Ketajirannya itulah yang amat bermanfaat bagi kawan-kawannya yang lain,
mahasiswa Indonesia yang kuliah di Belanda juga. Wicak, Daus, Banjar dan
Lintang. Minimal tiga mahasiswa yang serba pas-pasan itu bisa menikmati rokok
keretek yang terbilang mahal dan langka saat cuaca badai. Bagi Lintang, Geri
merupakan cowok yang paling mengerti perasaannya dan membuatnya merasa nyaman.
Sayang, sesuatu yang ganjil ada padanya.
Sebaliknya,
pada film Surat Cinta untuk Kartini,
Chico berperan sebagai Sarwadi. Seorang tukang pos, yang sering mengantarkan
surat untuk Kartini. Bagai bumi dan langit.
Geri dan Sarwadi memiliki dunia yang berbeda. Sarwadi merupakan orang desa
yang sederhana. Duda beranak satu. Sebagai orang desa tak layak baginya
mencintai Ndoro Kartini, anak bupati. Namun, cinta tak mengenal kasta.
Diam-diam ia mencintai Ndoro Ajeng Kartini. Demi menyamakan kasta, ia mengubah
namanya menjadi Sarwadi Putra Raja Langit. Lucu, ya ?
Dua
dunia yang berbeda mampu ditunjukkan oleh Chico dengan sempurna. Geri yang
tajir dan misterius diperankannya dengan baik, ditunjang oleh berbagai
fasilitas yang mendukung. Sebaliknya, Sawardi yang sederhana juga mampu
dilakonkan oleh Chico dengan sempurna. Ekspresi wajah wong ndeso sempurna
sekali ditunjukkan saat closeup. Pun demikian dengan sikapnya yang kumincir (tingkah laku saat orang jatuh
cinta = Bahasa Sunda ). Aduh bener-bener bikin greget, geli dan sukses bikin
ngakak ! Mungkin gak ya, saat melakoni ini, dia peras perasaannya habis-habisan
saat jatuh cinta pada Bella ?
Kedua
tokoh ini memiliki tantangan tersendiri. Sebagai Gery, Chico harus berperan
sebagai gay, walaupun porsinya tidak besar. Menurut saya, tokoh ini bisa bikin
Chico dicaci maki orang seantero jagat. Dibenci seumur-umur. Diprotes keras. Kejadian
gak, ya ? Sedangkan pada tokoh Sarwadi, dia harus jadi bapak. Dalam memerankan
tokoh ini, saya merasa aneh gitu. Cocok gak ya, dia jadi bapak ? Bapak yang
lebih sering diingatkan anak perempuannya. Setahu saya, gak ada peran bapak di
sini. Entahlah. Bahkan, bapak Chico ini juga justru memanfaatkan anaknya agar
bisa lebih dekat dengan Ndoro Kartini. Saat pahlawan wanita itu mempunyai ide
untuk mendirikan sekolah bagi perempuan jawa, maka Sarwadi membawa anaknya
untuk jadi murid Sang Pujaan hatinya.
Tragisnya, saat sang anak mulai suka belajar dan cintanya kandas, Sang
Bapak justru menentang sikap baik tersebut. Sang Bapakpun memberikan
kebingungan pada anaknya, saat mendengar isu Kartini dilamar orang. Dia jatuh
sakit yang aneh. Ah, cinta memang seringkali membuat orang irasional ! Peran
bapak yang diperankan oleh Chico justru lebih terlihat pada film Cahaya dari Timur : Beta Maluku. Di film
ini, Chico memperlihatkan interaksi seorang ayah dan anaknya. Memangku anak
perempuannya. Lalu, konflik internal antara keluarga dan sepakbola menjadi
penguatnya.
Dari
segi pemeranan, Chico memang total mendalami karakter tokoh. Kedua tokoh yang
bertolak belakang itu mampu dibawakannya dengan baik. Kaya-miskin mampu
diperlihatkan Chico tanpa cacat. Dia tampaknya mampu menyelami seluk-beluk Gery
dan Sarwadi dengan detil. Dengan demikian, kita bisa mendapatkan tontonan
akting yang memukau, tak membosankan dan mampu mengimajinasikan karakter
keduanya dengan baik. Kedua tokoh itu menjadi hidup di tangan Chico. Gerry yang
misterius dan Sarwadi yang keras kepala, ingin mendobrak kasta. Juara memang.
Layak jika Chico dapat penghargaan. Mudah-mudahan film ini mampu memberikan penghargaan
berikutnya selain Cahaya dari Timur :
Beta Maluku. Dalam film tersebut, Chico berhasil menyabet Pemeran Utama
Pria Terbaik 2014.
Hmm memang chico itu orangnya ganteng ya mbak dan banyak sekali penggemarnya. termasuk saya
BalasHapushehehe... toos mbak
BalasHapus