|
Bagian Depan Stasiun Cimahi |
Minggu
ini, Komunitas Tjimahi Heritage
kembali mengadakan program menelusuri sejarah. Istimewanya, acara ini dihadiri
oleh Bapak Nursaleh dari Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Kota Cimahi.
|
Bapak Nursaleh |
Kali
ini, kami mengadakan penjelajahan ke beberapa tempat, yaitu : Stasiun Cimahi,
Gedung Historich, Kolam Renang Berkles, Bangunan di sekitar jalan Sukimun,
kawasan militer di sekitar jalan Gajah Mada dan berakhir di lapang Rajawali.
STASIUN KERETA
API CIMAHI
|
Kang Dani |
|
|
Peserta Jelajah |
Tempat ini menjadi titik
kumpul para penjelajah, sekaligus juga menjadi obyek penjelajahan pertama. Di
halaman parkir, kami pertama-tama menimba ilmu tentang sejarah kereta api dari
pakarnya, yaitu Kang Dani. Setelah itu, secara bergantian kami memasuki kawasan
stasiun sambil mendapatkan penjelasan tentang tempat ini dari Wakil Kepala Stasiun
Cimahi, Bapak Dani Sumarna.
Kami
disuguhkan pada suasana yang nyaman. Bersih dan dimanjakan dengan arsitektur
Eropa. Keaslian stasiun ini masih terjaga 100 % kecuali lantai yang sudah rusak
dan dianggap membahayakan penumpang. Sambil memerhatikan kenyamanan penumpang,
kami menikmati keindahan arsitektur stasiun dan tak lupa mengabadikannya.
Gedung Historich
Tak jauh dari stasiun,
kami melanjutkan perjalanan ke arah timur. Tempat kedua yang kami jelajahi
adalah Gedung Historich. Tiang-tiang besar yang menyangga gedung ini
menyebabkan saya seperti dilempar ke zaman Yunani Kuno, pun serasa terlibat
dalam film The Mummy. ( Halah imajinasi penulis melambung
tinggi hehehe… ). Konon, tempat ini merupakan ruang bagi
pesta para pejabat militer, sedangkan para prajurit menggunakan Gedung
Siliwangi ( gedung empat ).
Tak banyak juga perubahan yang terjadi.
Antara masa lalu dan sekarang, arsitekturnya hampir sama, kecuali sebuah gazebo
yang sudah punah ditelan zaman. Di bagian depan, selain gazebo sempat pula ada
tembok pembatas kiri kanan. Namun, kini bagian itu juga sudah tidak ada lagi.
Katanya di dalam gedung ini masih ada bunker dan masih berfungsi dengan baik.
Sayang hari itu, ada pesta pernikahan sehingga kami gagal menjelajahinya.
Sekarang, gedung ini dimiliki (disewa )
oleh raja Factory Outlet ( FO ), Pak Ferry. Historich di masa kini banyak
dimanfaatkan untuk pesta pernikahan, pameran dan bazaar ( ssst… komunitas kuliner cimahi/ kulcim pernah membuka banyak
stand saat Ramadhan tiba ), seminar kewirausahaan, pentas teater
dan sebagainya. Sebelum itu, gedung ini menjadi markas para anggota DPRD Kota
Cimahi.
JALAN SUKIMUN
Destinasi wisata ketiga
adalah sebuah jalan yang berdampingan dengan jalur rel kereta api
Cimahi-Bandung. Namanya jalan Sukimun. Nama jalan ini merupakan sebuah bentuk
penghargaan pada seorang anggota Angkatan Muda Indonesia bernama Sukimun.
Beliau ini menjadi korban kekejaman NICA.
Berkles
Penjelajahan masih berada
di jalan Sukimun. Kami mendatangi sebuah bangunan yang sangat dekat dan pasti
menuai kenangan tersendiri bagi warga Cimahi. Bangunan itu adalah kolam renang
Berkles. Ya, dulu, saat saya masih bersekolah, tempat ini menjadi salah satu
tujuan piknik. Warga Cimahi datang ke tempat ini untuk berenang, kumpul bersama
teman dan saudara, juga menikmati beberapa hewan peliharaan yang ada di
sekitarnya. Yang masih saya ingat, dulu ada burung Rangkong dan monyet hitam
besar. Menurut salah seorang peserta, burung Rangkong itu asli dibawa dari
Papua oleh pemiliknya. Sayangnya tempat ini sekarang tidak terurus dengan baik.
Di masa lalu, tempat ini ternyata
menjadi hotel bintang lima bagi warga belanda. Tempat ini juga menjadi
destinasi liburan atau pakansi. Kalau tidak salah harga sewanya sekitar 90
gulden. Kang Mahmud Mubarok banyak memberikan contoh iklan untuk tempat ini
dari koran-koran masa lalu.
Pabrik Roti
Tak disangka setelah
melewati Berkles, ada satu tempat usaha bersejarah. Di jalan Sukimun ini, dulu
ternyata ada sebuah pabrik roti. Setelah berpuluh-puluh tahun hidup di kota
ini, baru kali ini saya mendengar kabar itu. Bangunannya tinggi sekali dan kami
sejenak rehat di sana, berteduh sambil mengatur nafas dan minum. Siang ini lumayan
terik juga. ( Seandainya ada pembagian roti belanda ya
siang itu, jelajah kali ini pasti asyik, serasa jadi ratu belanda deh ! ).
Pabrik
ini pastinya bagian dari kebutuhan perbekalan militer. Mereka juga pasti butuh
makanan, ya kan ?
BANGUNAN ( Rumah
) militer
Kejutan kedua yang saya
dapatkan dalam penjelajahan itu adalah jalan tembus. ( Hmmm… dulu zaman saya sering main ke sana ada gak ya ? ). Saat
saya akan pulang dari rumah teman di daerah Sukimun, saya pasti akan kembali ke
jalan raya di depan gedung Historich. Naik angkot. Nyampe rumah deh.
Siang itu, setelah mengabadikan bangunan
tua pabrik roti, kami melanjutkan perjalanan menuju rumah-rumah yang terkait
erat dengan kemiliteran. Ada asrama, rumah pimpinan militer, dan mesjid. Sekarang,
bernama Mesjid ABRI. Bangunan-bangunan itu sangat khas. Berbeda dari
rumah-rumah penduduk di sekitarnya. Masih jadul bangets. Warna, jendela, pintu,
bentuk dan sebagainya. Kami merasakan eksotisme wisata sejarah sekaligus
warisan masa lalu, heritage.
Perjalanan berkeliling tersebut ternyata
membawa saya ke jalan Gajah Mada dan sampai di dekat kawasan militer sebagai
ciri khas kota Cimahi. Katanya, inilah satu-satunya jalan yang menggunakan nama
Gajah Mada. Tahu kan siapa dia ?
LAPANG RAJAWALI
Dari jalan Gajah Mada
tersebut, kami kembali pada keramaian kendaraan yang cukup mendebarkan juga.
Mobil dan kami hanya berbeda beberapa puluh centi saja. Kami menyusuri trotoar
menuju lapang Rajawali. Destinasi terakhir.
Di sinilah kejutan berikutnya. Ternyata
di sebrang lapang Rajawali yang jauh nun di sana, ada sebuah penjara militer,
Poncol katanya. Selama ini, saya mengira bangunan itu adalah perkantoran
seperti tempat uwa saya dulu bekerja di pusat pendidikan militer itu. Dan
setelah membandingkan lapang rajawali sekarang dengan gambar yang dibawa oleh
Kang Mac, ternyata lapang itu tinggal sebelah. Bagian lainnya sudah berubah
menjadi bangunan militer.
Nah, penjelajahan kali ini berakhir
dengan tetap eksis dan narsis. Kami berkumpul di salah satu kawasan pusat
pendidikan militer. Di sana ada sebuah kapal terbang tua. Cheeessseee ! Puluhan
kamera ponsel dan LDR mengabadikan senyum kami, gaya kami, kebersamaan kami,
juga keceriaan kami.
Kapal terbang itu, sekarang menjadi
obyek wisata setiap Sabtu dan Minggu. Sayang, saya belum sempat mendatanginya.
Lain kali aza, ya !
|
Peta Jadul |
|
Liputan di koran Pikiran Rakyat |
|