Masih ingat dengan film jadul yang
dibintangi oleh Ben Stiller dan Robin Wiliams ini ? Pastinya ya. Ini film
pertama tentang museum yang saya tonton. Menariknya, setiap malam seluruh isi
museum ini akan hidup sehingga merepotkan sang penjaga, Larry Dalley (Ben
Stiller). Bahkan, Larry sempat dikejar-kejar seorang (sssttt… saya menyebutnya)
polisi hutan sebagai sasaran tembaknya. Ah, pokoknya seru sampai akhir deh film
ini ! Nah, karena itu, isi film ini sangat kuat melekat dalam pikiran saya,
hingga tulisan ini dibuat. Gak percaya ?
Sejak
saat itu, pandangan saya terhadap museum berubah total. Semula, anggapan saya,
museum itu sangat menjemukan, tidak menarik, lusuh dan citra buruk lainnya.
Berkat film itu, museum berubah menjadi lebih positif. Bahkan, saya sempat
bercita-cita ingin mengunjungi museum Louvre di Perancis (betulkan ?). Ingin
melihat lukisan Monalisa (moga tercapai, ya!).
Setelah
itu, beberapa kali agenda jalan-jalan saya itu ke museum. Kebetulan pula
beberapa acara dilaksanakan di sana, khususnya Museum Geologi, Bandung. Nah,
terakhir pertengahan bulan ini, kami kembali ke museum Geologi. Sama persis
napak tilas filmnya. Lho, memangnya ada apa ya ?
Mamooth |
Pada
13 Februari lalu, museum Geologi Bandung mendadak romantis. Apakah ini efek
Valentine day ? Oh, no ! Kalau tidak salah, ya, menurut kepala museum Geologi,
orang-orang Geologi itu memang romantis. Mengapa ? Sebab mereka sering terjun
dan dekat dengan alam.
Salah satu Sudut museum |
Malam
itu, suasana yang berbeda melingkupi museum Geologi. Temaram lampu. Rombongan
pengunjung. Suasana Bandung. Memberikan satu nuansa yang berbeda. Romantis. Ya,
setiap awal bulan, Sabtu pertama, museum Geologi memang dibuka malam hari.
Mulai pukul 19.00 – 22.00. Kita bisa menikmati malam sambil melihat-lihat
berbagai macam benda di tempat tersebut. Banyak koleksi baru. Mamot akan
menyapa kita terlebih dahulu. Pemutaran film tentang bintang. Simulasi gempa
dan tsunami. Juga koleksi lainnya, dapat kita telusuri satu per satu. Saya
sempat membayangkan Ben Stiller juga akan kerepotan di sini.
Khusus
untuk bulan ini, acara Night at Museum Geologi Bandung
diundur ke tanggal 13 Februari. Hal itu bertepatan dengan acara peluncuran
buku. Salah satu bukunya ditulis oleh Kepala
Museum Geologi, Bapak Oman Abdurahman. Judul buku yang diluncurkan
adalah Geokonservasi Indonesia dan Tujuh Gunung Berapi di Jawa Barat.
Satu per satu
para penulis itu memaparkan isi buku dan juga proses pembuatannya. Menariknya,
pemaparan tersebut selalu dikaitkan dengan kebermanfaatannya untuk manusia.
Praktis sekali. Kehidupan dan ilmu geologi yang terasa asing ternyata bisa
begitu nyata. Lebih menarik lagi, ketika para penulis menampilkan foto-foto yang
berwarna-warni. Indah sekali ! Selanjutnya, buku itu diulas oleh para pakarnya,
termasuk Pak Hawe Setiawan, sang
editor dan penerjemah. Mengapa ? Salah satu buku tersebut ditulis secara
bilingual, dua bahasa, Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Ok, mudah-mudahan
tulisan selanjutnya tentang review salah satu buku tersebut ! Nah, habis ini,
saya mo nyungsep dulu ya. Baca bukunya sampe tamat, sampe dapat ide buat
review. Chaow ah !
Sok ah mangga teraskeun jalan-jalannya di
museum Geologi Bandung ! Night at Museum. Adios. Amigos. Permios.
Waaaah beneran jalan-jalan di museum malem-malem ya Maaaak. Keren ih! Kalo koleksinya bisa idup juga kaya yang di film itu makin keren kali yaaa. hihihi. Nice info Mak :D
BalasHapusyup. asyik juga ternyata mbak Adriana Dian. tinggal siap kabor dikejar mamooth hehehe...
Hapusgimana tuh suasana di malam hari???
BalasHapustetep asyik , menarik dan romantis mbak Tira Soekardi
HapusSaya belum pernah nih ke museum geologi bandung. Hihi kapan - kapan layak coba nih kayanya
BalasHapussip mbak Yasinta Astuti. lebih adem
HapusKebayang kalo pada hidup, seperti halnya difilm night at the museum , itu bakalan lebih seru.. ngomong2 ada yang hidup gak? hahahaha
BalasHapushahaha... ya seru pastinya ngedate sm neng mamooth dan mas dino xixixi.... untung yg idup cuma petugasnya doang
Hapus