2/15/2016

PESONA MOJANG PURWAKARTA



Awal Juni ini, saya berkesempatan mengikuti ajang FLS2N Tingkat Provinsi Jawa Barat di obyek wisata Jatiluhur, Purwakarta. Di sela-sela lomba, saya mencoba menjelajahi sudut kecil objek wisata yang  diibaratkan sebagai mojang Purwakarta ini. Kebetulan, tempat berlangsungnya beberapa mata lomba tersebar di lokasi yang berbeda. Sambil menyelam minum air.
            Beberapa tahun yang lalu, saya pernah datang ke Jatiluhur ini. Namun, ketika saya menginjakkan kaki di sini kemarin, terlihat suasana yang berbeda. Fasilitasnya lebih lengkap. 
Menuju Bendungan

            Pesona utama obyek wisata jatiluhur ini adalah danau buatan yang terbentang luas. Kita bisa menikmati pesona ini pada pagi, sore dan malam hari. Pemandangan alam yang tersaji begitu menggoda mata. Paduan gunung, pohon dan air benar-benar memanjakan mata. Sayang rasanya, jika kita berpaling dari mojang Purwakarta ini.
            Pada sore hari, kita bisa menikmati keindahan ala mini sambil duduk-duduk santai di kawasan Istora. Ada sebuah restoran yang langsung berhadapan dengan danau ini. Kita bisa duduk menikmati hidangan yang tersaji, seperti kopi dan nasi goreng sambil menikmati kesejukan dan keindahan alam. Selain itu, kita juga bisa berjalan-jalan di sekitar kawasan ini. Berfoto-foto. Duduk di pinggir danau sambil menikmati udara sore.
            Bagi calon pengantin, kawasan istora ini bisa menjadi tempat foto prewedding. Suasana alam dan tempatnya sangat mendukung. Di sudut bawah restoran ada tempat khusus untuk pengambilan foto. Pesonanya menakjubkan. Saat berfoto di sini, kita seolah-olah sedang berada di atas kapal pesiar. Indah sekali. Foto yang dilakukan bisa dengan posisi berdiri atau duduk. Tempat ini dilengkapi dengan bangku dan gantungan bunga. Romantis sekali.
Tempat Foto Prewedding

Tempat Foto Prewedding

            Pada malam hari, kawasan danau ini biasanya digunakan untuk memancing. Salah satu fungsi danau jatiluhur ini merupakan tempat budidaya ikan. Di tengah danau banyak keramba-keramba ikan.

            Pada pagi hari, kawasan ini bisa menjadi ajang olah raga. Kemarin, saya bersama beberapa teman melakukan jalan kaki mengelilingi Gedung Graha Vidya.  Berbeda dengan udara Bandung yang dingin, kawasan Jatiluhur ini berudara hangat. Pagi itu, kami menyusuri jalan beraspal di bawah barisan pohon yang rindang. Kontur jalan yang naik turun melatih kaki dan jantung agar tetap sehat. Jalanan cukup sepi. Sekali-kali mobil pribadi atau angkot melintas menemani jalan santai kami. Selain itu, renang juga dapat kita lakukan di sini, karena Jatiluhur memiliki fasilitas kolam renang yang asyik. Kolam renang pertama ada di dalam gedung Graha Vidya dan kolam renang kedua ada di arena waterboom di kawasan Istora.
            Menjelang siang, kami menikmati keasrian playground di belakang gedung Graha Vidya. Ada gazebo yang bisa digunakan untuk duduk santai. Perahu kayu yang menghiasi taman. Ayunan. Perosotan bagi anak-anak. Di sini, ada juga arena bermain Pin Ball.
            Setelah puas berada di kawasan ini, kami menyusuri jalan menuju ke bawah. Ternyata, tak jauh dari sana, ada bendungan utama. Kebetulan ada serombongan mahasiswa teknik dari Garut yang akan melakukan kunjungan, sehingga pintu gerbang terbuka. Sebelum masuk, kami minta izin dulu pada petugas satpam. Ternyata, untuk masuk ke kawasan ini, harus mengurus izin terlebih dahulu. Kantornya ada di depan. Karena terlanjur sudah berada di sana, kami memberikan kartu pengenal pelatih FLS2N sebagai jaminan masuk. Bagi rombongan, tersedia pemandu wisata yang akan memberikan informasi lengkap tentang bendungan ini. Karena keterbatasan waktu, kami memilih berjalan sendiri.
            Kawasan ini berupa jalan panjang di atas benteng batu yang tinggi. Jarak dari gerbang menuju bendungan menurut pak satpam sekitar 500 meter. Kawasan inilah yang pernah saya kunjungi beberapa tahun lalu. Saat melintasi jalan ini menggunakan bis, saat itu terlintas pikiran buruk. Jatuh ke danau. Namun, saat berjalan santai kemarin, pikiran buruk itu hilang. Malah, saya terpesona dengan keindahan alam danau dan bukit di sekitar kawasan itu. Bentuk danau yang melengkung, seperti teluk menorehkan nuansa tersendiri di hati dan pikiran saya. Sangat indah ! Sungguh hebat kekuasaan Allah SWT memberikan kemampuan luar biasa pada manusia-manusia yang berhasil membangun kawasan ini !
            Setelah puas menikmati bendungan, kami kembali menyusuri jalanan. Bingung juga akan kemana. Semalam, saya mendapat informasi ada tempat makan ikan bakar. Jadi, informasi itu, saya jadikan sebagai destinasi jalan-jalan kami selanjutnya. Nah, kebingungan mulai muncul. Kami harus kembali ke kawasan Istora. Jaraknya cukup jauh. Kurang dari setengah jam. Kemarin sore, beberapa kali bolak-balik dari kawasan Istora menuju bungalow tempat kami menginap, ada fasilitas bus jatiluhur yang nyaman dan juga kendaraan pribadi. Sekarang, kawasan ini sepi. Tak satupun mobil yang lewat. Akhirnya, kami memutuskan kembali jalan santai. Untungnya, tak berapa jauh, kami bertemu rombongan orang depok yang ingin menuju ke tempat yang sama. Mereka mencoba menghubungi temannya, minta dijemput dan diantarkan.  Namun, rupanya, jiwa backpacker kami lebih kuat. Beberapa saat setelah itu, muncul angkot kosong dengan supir yang baik hati. Dia banyak bercerita tentang kawasan ini. Dengan ongkos Rp 3.000,- per orang kami diantarkan ke tempat makan ikan bakar. Sang supir bercerita, ada dua tempat makan ikan bakar. Di pinggir danau dan di tengah danau. Jika ingin naik perahu, dia menyarankan untuk makan ikan di tengah danau. Bimbang melanda rombongan kecil kami. Akhirnya, kami memutuskan naik perahu terlebih dahulu.
            Ada dua dermaga. Saya menyebutnya dermaga rakyat dan dermaga wisata untuk naik perahu ini. Jika di dermaga wisata, ongkos naik perahu sekitar Rp 50.000,- per orang. Di dermaga rakyat, cukup setengahnya saja, yaitu sekitar Rp 25.000,- - Rp 30.000,- per orangnya. Jumlah penumpang perahu bebas.
            Naik perahu dari dermaga rakyat merupakan sensasi tersendiri. Jalanan sedikit becek, tapi untuk sampai ke perahu, jalanan becek itu ditutup dengan batangan-batangan kayu yang menyatu seperti jembatan pendek. Sebagai orang kota, meniti jembatan itu juga cukup menggelikan. Keinginan sih jalan cepat seperti Si Mang perahunya, apa daya kaki ini hanya mampu berjalan tertatih saja. Walaupun jembatan itu berada di tanah yang stabil, sugesti kaki terperosok di sela-sela bambu atau jatuh dipikiran ini begitu kuat melekat. Akhirnya, biar lambat asal selamat deh ! Sensasi berikutnya, saat naik ke perahu. Kami agak kesulitan menaiki perahu yang ukurannya lebih tinggi dari pinggang. Tak ada bangku penopang. Untungnya, diantara rombongan kami, ada laki-laki. Sesuai petunjuk tukang perahu, lelaki tersebut membantu kami naik. Keriuhan kecilpun terjadi saat itu, karena perahu bergoyang-goyang., Kami semua merasa ketakutan. Takut perahu terbalik. “Ah, pikiran buruk itu selalu saja menggoda dan menakut-nakuti kami.”
“Mbokya diem gitu lho perahu, kami kan akan naik,” pikirku.
“Yaa, gak bisalah Mbak, aku kan berada di atas air yang tak akan pernah diam stabil,” jawab perahu.
“Betul juga, ya!” balasku sambil tersenyum kecil.

             Setelah kesulitan itu, ada keindahan. Itulah yang kami dapatkan setelah perahu ini berjalan menyusuri danau. Perahu terasa stabil karena mesin sudah beraksi. Selepas mata memandang, pesona mojang Purwakarta ini kembali menyergap kami. Panas matahari ditutupi layar perahu, sehingga adem terasa. Terpaan angin menerpa wajah kami. Mata dimanjakan oleh bukit-bukit yang mengelilingi danau. Nun jauh di sana, bendungan utama yang telah kami kunjungi tadi, menjadi saksi petualangan ini. Perahupun menyusuri puluhan tempat makan ikan dan jarring-jaring terapung. Sayangnya, setelah jauh meninggalkan dermaga, keindahan alam ini ternodai oleh sampah dan polusi udara. Semoga tidak semakin parah, ya !
            Setelah pelayaran yang cukup jauh dan lama ini, kami kembali ke dermaga. Beberapa teman, membeli ikan asin yang dijajakan di sana sebagai oleh-oleh. Harga termahal adalah Rp 25.000,- per bungkus. Ikan asin patin yang mirip dengan jambal roti di Pangandaran. Yang paling favorit adalah ikan asin yang berharga Rp 5.000,- per bungkusnya. Setelah itu, kami kembali naik angkot. Rombongan depok kembali ke tempat makan ikan bakar, Yadi. Sedangkan, kami kembali ke gedung Graha Vidya tempat berlangsungnya lomba story telling. Rencananya, setelah selesai lomba, kamipun akan makan ikan bakar bersama kontingen kami.
Wisata Kuliner
            Di bendungan Jatiluhur ini, kita bisa berwisata kuliner juga. Mulai dari harga yang murah sampai yang mahal. Mulai dari suasana yang nyaman, merakyat dan pinggir jalan. Aneka rasa ada di sini.
            Kuliner dengan harga yang cukup mahal ada di restoran yang berada di kawasan Istora atau Graha Vidya. Segelas capucino biasa mencapai harga Rp 25.000,-. Selain itu, tersedia juga nasi goreng, pisang goreng dan singkong goreng. Cemilan yang cocok untuk menikmati keindahan alam sekitar danau Jatiluhur.
            Makanan dengan harga yang murah ada di warung-warung sederhana yang terletak di bawah gedung Graha Vidya. Di sini, kita bisa menemukan kopi susu, atau minuman sachet lainnya. Bisa juga menikmati makan pagi dengan hidangan lengkap, seperti: nasi, tumis paria, telor bumbu rujak, ayam goreng dan lain-lain. Kita tinggal memilih lauk kesukaan masing-masing. Ada juga aneka gorengan. Seporsi nasi itu cukup membayar seharga kurang lebih sepuluh ribu rupiah saja.
Sore hari, banyak juga pedagang keliling. Ada cuanki, mie baso kampung yang legit, cendol dan cincau dengan harga yang tidak menguras kantong. Semangkok baso kampung sekitar sepuluh ribu. Rasanya pun pas di lidah.
            Sebagai tempat budidaya ikan, tak lengkap rasanya, jika tidak ada kuliner berbau ikan. Jika ingin menyantap ikan bakar, tinggal pergi ke arah dermaga.
            Jika kita berasal dari arah gerbang, tinggal turun ke bawah sampai ujung jalan. Belok kanan ke kawasan Istora, belok kiri ke arah waterboom dan dermaga. Di sana, banyak tempat makan bakar ikan yang bisa kita pilih. Katanya, tempat makan ikan bakar paling enak adalah Bapak Edi.
            Kuliner lain yang juga menjadi topik hangat dengan rasa yang enak adalah sop kaki Bu Enung. Rumah makan ini letaknya tak jauh dari gerbang utama Jatiluhur. Tinggal belok kiri sedikit.
Akomodasi dan Transportasi
            Kawasan wisata Jatiluhur ini cukup mudah dijangkau. Ada jalan tol yang bisa mempermudah dan mempercepat kita tiba di lokasi ini. Kemarin, dari Cimahi, kita bisa menempuh waktu kurang dari dua jam.
            Untuk menuju ke kawasan ini, kita bisa menggunakan mobil pribadi atau kendaraan umum. Jika menggunakan bis, kita harus turun di terminal Ciganea, lalu dilanjutkan dengan angkot merah Ciganea-Jatiluhur.
Ongkos angkot sekitar Rp 8.000,-. Di dalam area juga beroperasi semacam bis wisata, tapi hanya ada dua buah. Jadi, kita akan terkendala untuk memakainya. Terlebih lagi jika bis itu digunakan untuk menjemput rombongan, maka kita takkan bisa terangkut.
            Jika ingin menginap, kita bisa menyewa bungalow atau hotel. Harga sewa bungalow sekitar Rp 500.000,-
            Banyak pilihan bungalow dengan nama-nama bunga, seperti : Kenanga, Aster, Bougenvile dan lain-lain. Bungalow yang saya tempati kemarin adalah Bougenville. Letaknya persis di depan gedung Graha Vidya. Ruangannya cukup luas. Ada dua kamar tidur dengan kamar mandi di dalam. Salah satunya menggunakan bathtub. Selain itu ada juga dapur dan kamar mandi di belakang (dekat dapur). Fasilitas lainnya adalah sofa, televisi dan AC. Bungalow ini bersih, tertata dan nyaman.

Sekilas Bendungan Jatiluhur
            Bendungan Jatiluhur ini terletak di kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Bendungan ini berada sekitar 9 km dari pusat kota Purwakarta yang berhawa panas.
Bendungan ini dikenal juga dengan nama waduk Ir. H. Djuanda. Penamaan ini dimaksudkan sebagai bentuk  penghargaan kepada perdana mentri terakhir  Indonesia yang telah berjuang dalam mencari pendanaan bagi pembangunan waduk buatan ini.
Waduk ini merupakan bendungan terbesar dan serbaguna pertama di Indonesia. Dibangun mulai tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis yang berpengalaman dalam pembangunan waduk besar di dunia. Namun, akibat peristiwa G 30 S/PKI, kontraktor itu tidak bisa menyelesaikan pekerjaannya. Pada akhirnya, penyelesaian pembangunan waduk ini dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli dari Indonesia. Pembangunan waduk ini memakan waktu selama kurang lebih sepuluh tahun.
            Waduk atau bendungan jatiluhur ini berfungsi sebagai tempat budidaya perikanan, penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah, air baku air minum, pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan pengendalian banjir.
            Waduk ini memiliki potensi air sekitar 12,9 miliar m3/tahun. Air ini diperoleh dengan membendung aliran sungai terbesar di Jawa Barat, yaitu Citarum. Di sini, terdapat 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 mw. Turbin-turbin itu mampu memproduksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh tiap tahun. Pengelolaan obyek wisata ini berada di bawah naungan Perum Jasa Tirta II.
            Sebagai tempat rekreasi, kawasan Jatiluhur ini dilengkapi dengan fasilitas hotel, bungalow, bar, restoran, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang water slide,  ruang pertemuan, playground, sarana rekreasi dan olah raga air, seperti : mendayung, selancar angin, kapal pesiar, ski air dan boating.
            Jadi, tunggu apalagi ? Waktu liburan telah dekat, maka kita bisa menikmati kenyamanan berwisata di waduk Jatiluhur ini. Aku cinta, Anda cinta alam Indonesia. Pesona wisata Indonesia juga tak kalah menarik dari pesona wisata negara lain.   Selamat berlibur dan berwisata !















2 komentar:

  1. setuju,, tempat allah maha dasyat menciptakan manusia dan manusia membangun tempat itu,....

    Nice mba

    salam kenal yahh
    http://kelilingdesa.com

    BalasHapus

Featured Post

Dua Puisiku di Bulan September

                                                                                    Peristiwa Sumber Inspirasi                              ...