Awal Juni ini, saya berkesempatan
mengikuti ajang FLS2N Tingkat Provinsi Jawa Barat di obyek wisata Jatiluhur,
Purwakarta. Di sela-sela lomba, saya mencoba menjelajahi sudut kecil objek
wisata yang diibaratkan sebagai mojang
Purwakarta ini. Kebetulan, tempat berlangsungnya beberapa mata lomba tersebar
di lokasi yang berbeda. Sambil menyelam minum air.
Beberapa
tahun yang lalu, saya pernah datang ke Jatiluhur ini. Namun, ketika saya
menginjakkan kaki di sini kemarin, terlihat suasana yang berbeda. Fasilitasnya
lebih lengkap.
Menuju Bendungan |
Pesona
utama obyek wisata jatiluhur ini adalah danau buatan yang terbentang luas. Kita
bisa menikmati pesona ini pada pagi, sore dan malam hari. Pemandangan alam yang
tersaji begitu menggoda mata. Paduan gunung, pohon dan air benar-benar
memanjakan mata. Sayang rasanya, jika kita berpaling dari mojang Purwakarta
ini.
Pada
sore hari, kita bisa menikmati keindahan ala mini sambil duduk-duduk santai di kawasan
Istora. Ada sebuah restoran yang langsung berhadapan dengan danau ini. Kita
bisa duduk menikmati hidangan yang tersaji, seperti kopi dan nasi goreng sambil
menikmati kesejukan dan keindahan alam. Selain itu, kita juga bisa
berjalan-jalan di sekitar kawasan ini. Berfoto-foto. Duduk di pinggir danau
sambil menikmati udara sore.
Bagi
calon pengantin, kawasan istora ini bisa menjadi tempat foto prewedding.
Suasana alam dan tempatnya sangat mendukung. Di sudut bawah restoran ada tempat
khusus untuk pengambilan foto. Pesonanya menakjubkan. Saat berfoto di sini,
kita seolah-olah sedang berada di atas kapal pesiar. Indah sekali. Foto yang
dilakukan bisa dengan posisi berdiri atau duduk. Tempat ini dilengkapi dengan
bangku dan gantungan bunga. Romantis sekali.
Tempat Foto Prewedding |
Tempat Foto Prewedding |
Pada
malam hari, kawasan danau ini biasanya digunakan untuk memancing. Salah satu
fungsi danau jatiluhur ini merupakan tempat budidaya ikan. Di tengah danau
banyak keramba-keramba ikan.
Pada
pagi hari, kawasan ini bisa menjadi ajang olah raga. Kemarin, saya bersama
beberapa teman melakukan jalan kaki mengelilingi Gedung Graha Vidya. Berbeda dengan udara Bandung yang dingin,
kawasan Jatiluhur ini berudara hangat. Pagi itu, kami menyusuri jalan beraspal
di bawah barisan pohon yang rindang. Kontur jalan yang naik turun melatih kaki
dan jantung agar tetap sehat. Jalanan cukup sepi. Sekali-kali mobil pribadi
atau angkot melintas menemani jalan santai kami. Selain itu, renang juga dapat
kita lakukan di sini, karena Jatiluhur memiliki fasilitas kolam renang yang
asyik. Kolam renang pertama ada di dalam gedung Graha Vidya dan kolam renang
kedua ada di arena waterboom di kawasan Istora.
Menjelang
siang, kami menikmati keasrian playground
di belakang gedung Graha Vidya. Ada gazebo yang bisa digunakan untuk duduk
santai. Perahu kayu yang menghiasi taman. Ayunan. Perosotan bagi anak-anak. Di
sini, ada juga arena bermain Pin Ball.
Setelah
puas berada di kawasan ini, kami menyusuri jalan menuju ke bawah. Ternyata, tak
jauh dari sana, ada bendungan utama. Kebetulan ada serombongan mahasiswa teknik
dari Garut yang akan melakukan kunjungan, sehingga pintu gerbang terbuka.
Sebelum masuk, kami minta izin dulu pada petugas satpam. Ternyata, untuk masuk
ke kawasan ini, harus mengurus izin terlebih dahulu. Kantornya ada di depan.
Karena terlanjur sudah berada di sana, kami memberikan kartu pengenal pelatih
FLS2N sebagai jaminan masuk. Bagi rombongan, tersedia pemandu wisata yang akan
memberikan informasi lengkap tentang bendungan ini. Karena keterbatasan waktu,
kami memilih berjalan sendiri.
Kawasan
ini berupa jalan panjang di atas benteng batu yang tinggi. Jarak dari gerbang
menuju bendungan menurut pak satpam sekitar 500 meter. Kawasan inilah yang
pernah saya kunjungi beberapa tahun lalu. Saat melintasi jalan ini menggunakan
bis, saat itu terlintas pikiran buruk. Jatuh ke danau. Namun, saat berjalan
santai kemarin, pikiran buruk itu hilang. Malah, saya terpesona dengan
keindahan alam danau dan bukit di sekitar kawasan itu. Bentuk danau yang
melengkung, seperti teluk menorehkan nuansa tersendiri di hati dan pikiran
saya. Sangat indah ! Sungguh hebat kekuasaan Allah SWT memberikan kemampuan
luar biasa pada manusia-manusia yang berhasil membangun kawasan ini !
Setelah
puas menikmati bendungan, kami kembali menyusuri jalanan. Bingung juga akan
kemana. Semalam, saya mendapat informasi ada tempat makan ikan bakar. Jadi,
informasi itu, saya jadikan sebagai destinasi jalan-jalan kami selanjutnya.
Nah, kebingungan mulai muncul. Kami harus kembali ke kawasan Istora. Jaraknya
cukup jauh. Kurang dari setengah jam. Kemarin sore, beberapa kali bolak-balik
dari kawasan Istora menuju bungalow tempat kami menginap, ada fasilitas bus
jatiluhur yang nyaman dan juga kendaraan pribadi. Sekarang, kawasan ini sepi.
Tak satupun mobil yang lewat. Akhirnya, kami memutuskan kembali jalan santai.
Untungnya, tak berapa jauh, kami bertemu rombongan orang depok yang ingin
menuju ke tempat yang sama. Mereka mencoba menghubungi temannya, minta dijemput
dan diantarkan. Namun, rupanya, jiwa
backpacker kami lebih kuat. Beberapa saat setelah itu, muncul angkot kosong
dengan supir yang baik hati. Dia banyak bercerita tentang kawasan ini. Dengan
ongkos Rp 3.000,- per orang kami diantarkan ke tempat makan ikan bakar. Sang
supir bercerita, ada dua tempat makan ikan bakar. Di pinggir danau dan di
tengah danau. Jika ingin naik perahu, dia menyarankan untuk makan ikan di
tengah danau. Bimbang melanda rombongan kecil kami. Akhirnya, kami memutuskan
naik perahu terlebih dahulu.
Ada
dua dermaga. Saya menyebutnya dermaga rakyat dan dermaga wisata untuk naik
perahu ini. Jika di dermaga wisata, ongkos naik perahu sekitar Rp 50.000,- per
orang. Di dermaga rakyat, cukup setengahnya saja, yaitu sekitar Rp 25.000,- -
Rp 30.000,- per orangnya. Jumlah penumpang perahu bebas.
Naik
perahu dari dermaga rakyat merupakan sensasi tersendiri. Jalanan sedikit becek,
tapi untuk sampai ke perahu, jalanan becek itu ditutup dengan batangan-batangan
kayu yang menyatu seperti jembatan pendek. Sebagai orang kota, meniti jembatan
itu juga cukup menggelikan. Keinginan sih jalan cepat seperti Si Mang
perahunya, apa daya kaki ini hanya mampu berjalan tertatih saja. Walaupun
jembatan itu berada di tanah yang stabil, sugesti kaki terperosok di sela-sela
bambu atau jatuh dipikiran ini begitu kuat melekat. Akhirnya, biar lambat asal
selamat deh ! Sensasi berikutnya, saat naik ke perahu. Kami agak kesulitan
menaiki perahu yang ukurannya lebih tinggi dari pinggang. Tak ada bangku
penopang. Untungnya, diantara rombongan kami, ada laki-laki. Sesuai petunjuk tukang
perahu, lelaki tersebut membantu kami naik. Keriuhan kecilpun terjadi saat itu,
karena perahu bergoyang-goyang., Kami semua merasa ketakutan. Takut perahu
terbalik. “Ah, pikiran buruk itu selalu saja menggoda dan menakut-nakuti kami.”
“Mbokya diem gitu lho perahu, kami kan
akan naik,” pikirku.
“Yaa, gak bisalah Mbak, aku kan berada
di atas air yang tak akan pernah diam stabil,” jawab perahu.
“Betul juga, ya!” balasku sambil
tersenyum kecil.
Setelah kesulitan itu, ada keindahan. Itulah
yang kami dapatkan setelah perahu ini berjalan menyusuri danau. Perahu terasa
stabil karena mesin sudah beraksi. Selepas mata memandang, pesona mojang
Purwakarta ini kembali menyergap kami. Panas matahari ditutupi layar perahu,
sehingga adem terasa. Terpaan angin menerpa wajah kami. Mata dimanjakan oleh
bukit-bukit yang mengelilingi danau. Nun jauh di sana, bendungan utama yang
telah kami kunjungi tadi, menjadi saksi petualangan ini. Perahupun menyusuri
puluhan tempat makan ikan dan jarring-jaring terapung. Sayangnya, setelah jauh
meninggalkan dermaga, keindahan alam ini ternodai oleh sampah dan polusi udara.
Semoga tidak semakin parah, ya !
Setelah
pelayaran yang cukup jauh dan lama ini, kami kembali ke dermaga. Beberapa
teman, membeli ikan asin yang dijajakan di sana sebagai oleh-oleh. Harga
termahal adalah Rp 25.000,- per bungkus. Ikan asin patin yang mirip dengan
jambal roti di Pangandaran. Yang paling favorit adalah ikan asin yang berharga
Rp 5.000,- per bungkusnya. Setelah itu, kami kembali naik angkot. Rombongan depok
kembali ke tempat makan ikan bakar, Yadi. Sedangkan, kami kembali ke gedung
Graha Vidya tempat berlangsungnya lomba story telling. Rencananya, setelah
selesai lomba, kamipun akan makan ikan bakar bersama kontingen kami.
Wisata
Kuliner
Di bendungan Jatiluhur
ini, kita bisa berwisata kuliner juga. Mulai dari harga yang murah sampai yang
mahal. Mulai dari suasana yang nyaman, merakyat dan pinggir jalan. Aneka rasa
ada di sini.
Kuliner
dengan harga yang cukup mahal ada di restoran yang berada di kawasan Istora
atau Graha Vidya. Segelas capucino biasa mencapai harga Rp 25.000,-. Selain
itu, tersedia juga nasi goreng, pisang goreng dan singkong goreng. Cemilan yang
cocok untuk menikmati keindahan alam sekitar danau Jatiluhur.
Makanan
dengan harga yang murah ada di warung-warung sederhana yang terletak di bawah
gedung Graha Vidya. Di sini, kita bisa menemukan kopi susu, atau minuman sachet
lainnya. Bisa juga menikmati makan pagi dengan hidangan lengkap, seperti: nasi,
tumis paria, telor bumbu rujak, ayam goreng dan lain-lain. Kita tinggal memilih
lauk kesukaan masing-masing. Ada juga aneka gorengan. Seporsi nasi itu cukup
membayar seharga kurang lebih sepuluh ribu rupiah saja.
Sore hari, banyak juga
pedagang keliling. Ada cuanki, mie baso kampung yang legit, cendol dan cincau
dengan harga yang tidak menguras kantong. Semangkok baso kampung sekitar
sepuluh ribu. Rasanya pun pas di lidah.
Sebagai
tempat budidaya ikan, tak lengkap rasanya, jika tidak ada kuliner berbau ikan.
Jika ingin menyantap ikan bakar, tinggal pergi ke arah dermaga.
Jika
kita berasal dari arah gerbang, tinggal turun ke bawah sampai ujung jalan.
Belok kanan ke kawasan Istora, belok kiri ke arah waterboom dan dermaga. Di
sana, banyak tempat makan bakar ikan yang bisa kita pilih. Katanya, tempat
makan ikan bakar paling enak adalah Bapak Edi.
Kuliner
lain yang juga menjadi topik hangat dengan rasa yang enak adalah sop kaki Bu
Enung. Rumah makan ini letaknya tak jauh dari gerbang utama Jatiluhur. Tinggal
belok kiri sedikit.
Akomodasi
dan Transportasi
Kawasan wisata
Jatiluhur ini cukup mudah dijangkau. Ada jalan tol yang bisa mempermudah dan
mempercepat kita tiba di lokasi ini. Kemarin, dari Cimahi, kita bisa menempuh
waktu kurang dari dua jam.
Untuk
menuju ke kawasan ini, kita bisa menggunakan mobil pribadi atau kendaraan umum.
Jika menggunakan bis, kita harus turun di terminal Ciganea, lalu dilanjutkan
dengan angkot merah Ciganea-Jatiluhur.
Ongkos angkot sekitar Rp 8.000,-. Di
dalam area juga beroperasi semacam bis wisata, tapi hanya ada dua buah. Jadi,
kita akan terkendala untuk memakainya. Terlebih lagi jika bis itu digunakan
untuk menjemput rombongan, maka kita takkan bisa terangkut.
Jika
ingin menginap, kita bisa menyewa bungalow atau hotel. Harga sewa bungalow
sekitar Rp 500.000,-
Banyak
pilihan bungalow dengan nama-nama bunga, seperti : Kenanga, Aster, Bougenvile
dan lain-lain. Bungalow yang saya tempati kemarin adalah Bougenville. Letaknya
persis di depan gedung Graha Vidya. Ruangannya cukup luas. Ada dua kamar tidur
dengan kamar mandi di dalam. Salah satunya menggunakan bathtub. Selain itu ada juga dapur dan kamar mandi di belakang
(dekat dapur). Fasilitas lainnya adalah sofa, televisi dan AC. Bungalow ini
bersih, tertata dan nyaman.
Sekilas
Bendungan Jatiluhur
Bendungan
Jatiluhur ini terletak di kecamatan Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta. Bendungan
ini berada sekitar 9 km dari pusat kota Purwakarta yang berhawa panas.
Bendungan ini dikenal
juga dengan nama waduk Ir. H. Djuanda. Penamaan ini dimaksudkan sebagai bentuk penghargaan kepada perdana mentri terakhir Indonesia yang telah berjuang dalam mencari
pendanaan bagi pembangunan waduk buatan ini.
Waduk ini merupakan
bendungan terbesar dan serbaguna pertama di Indonesia. Dibangun mulai tahun
1957 oleh kontraktor asal Perancis yang berpengalaman dalam pembangunan waduk
besar di dunia. Namun, akibat peristiwa G 30 S/PKI, kontraktor itu tidak bisa
menyelesaikan pekerjaannya. Pada akhirnya, penyelesaian pembangunan waduk ini
dilakukan oleh tenaga-tenaga ahli dari Indonesia. Pembangunan waduk ini memakan
waktu selama kurang lebih sepuluh tahun.
Waduk
atau bendungan jatiluhur ini berfungsi sebagai tempat budidaya perikanan,
penyediaan air irigasi untuk 242.000 ha sawah, air baku air minum, pembangkit
listrik tenaga air (PLTA), dan pengendalian banjir.
Waduk
ini memiliki potensi air sekitar 12,9 miliar m3/tahun. Air ini
diperoleh dengan membendung aliran sungai terbesar di Jawa Barat, yaitu
Citarum. Di sini, terdapat 6 unit turbin dengan daya terpasang 187 mw.
Turbin-turbin itu mampu memproduksi tenaga listrik rata-rata 1.000 juta kwh
tiap tahun. Pengelolaan obyek wisata ini berada di bawah naungan Perum Jasa
Tirta II.
Sebagai
tempat rekreasi, kawasan Jatiluhur ini dilengkapi dengan fasilitas hotel,
bungalow, bar, restoran, lapangan tenis, bilyard, perkemahan, kolam renang
water slide, ruang pertemuan,
playground, sarana rekreasi dan olah raga air, seperti : mendayung, selancar
angin, kapal pesiar, ski air dan boating.
Jadi,
tunggu apalagi ? Waktu liburan telah dekat, maka kita bisa menikmati kenyamanan
berwisata di waduk Jatiluhur ini. Aku cinta, Anda cinta alam Indonesia. Pesona
wisata Indonesia juga tak kalah menarik dari pesona wisata negara lain. Selamat berlibur dan berwisata !
setuju,, tempat allah maha dasyat menciptakan manusia dan manusia membangun tempat itu,....
BalasHapusNice mba
salam kenal yahh
http://kelilingdesa.com
betul... betul ... betul
BalasHapus