Sore
sampai malam hari sangat asyik mengerjakan tugas sambil mendengarkan lagu-lagu.
Rasanya semua beban hilang. Pekerjaanpun dapat diselesaikan secara tuntas.
Begitupun saya. Sore itu ada pekerjaan yang harus dikerjakan cepat. Saat
membuka tas, ada cd lagu yang baru saja saya terima. Ketika membaca judulnya,
langsung masgul hati ini. Walaupun beliau sedang menjadi trend pembicaraan dan
lagunya banyak disukai orang. Saya bukan salah satu dari mereka. Namun, karena
tak ada lagi cd yang lain terpaksalah kuputar juga lagu-lagu itu.
Waah, ternyata cd ini berbeda dengan
lagu-lagu yang pernah saya dengarkan sebelum ini. Nadanya terdengar gembira dan
semangat. Cocok dijadikan teman dalam menyelesaikan pekerjaan. Terus-menerus
lagu itu berputar satu per satu hingga selesai. Hasilnya saya jatuh cinta. Saya
merasa gembira dan bisa menikmati lagu-lagu ini seluruhnya. Sebelumnya, menurut
saya, lagu-lagu beliau itu sangat membosankan dengan tema yang tak menarik. (
Maaf ya, Om ! ). Hari itu, saya putar lagu Tulus ini secara berulang-ulang
sampai pekerjaan saya selesai. Voila !
Dalam album Earth, Love, Life ini ada sembilan judul lagu. Kesembilan judul itu adalah Baru, Bumerang, Sepatu, Bunga Tidur, Tanggal Merah, Gajah, Lagu untuk Matahari, Satu Hari di Bulan Juni, dan Jangan Cintai Aku Apa Adanya. Lirik lagu-lagu ini sederhana, mudah dicerna dan tak jauh dari kehidupan nyata.
Ada
dua judul lagunya yang terdengar familiar. Pertama, Satu Hari di Bulan Juni. Judul ini mirip dengan puisi Sapardi Joko
Damono, yaitu Hujan Bulan Juni.
Kedua, Jangan Cintai Aku Apa Adanya.
Judul ini mirip juga dengan sebuah puisi yang menjadi soundtrack film Tio
Pakusadewo, Cinta dalam Sepotong Roti.
Boleh dibilang lagu ini adalah antonimnya.
Cintai
aku dengan sederhana
Seperti kayu kepada api
Cintai aku secara sederhana
Seperti hujan yang tak disampaikannya pada
awan
Lagu lain yang menggelitik hati saya adalah Gajah. Ketika
mendengar lagu ini, saya teringat pada kasus-kasus pem-bully-an (kekerasan)
yang sedang marak dan dilakukan oleh anak-anak dan remaja. Sepertinya lagu ini
menceritakan seseorang yang diejek sebagai gajah oleh teman-temannya. Semula
orang itu marah, tetapi kemudian berbalik pikiran 360 derajat. Akhirnya, dia menyadari kekuatannya,
kehebatannya dan kebermanfaatan dirinya bagi orang lain. Sentilan halus tapi
bermakna.
Dalam lagu-lagu yang lainnya juga, kita dapat menemukan
kristalisasi makna hidup yang dituangkan dalam bahasa yang sederhana, lugas dan
easy listening. Dua pulau langsung terlampaui dalam satu perjalanan. Hiburan
dan pelajaran hidup sekaligus. Asyiiiikkk ( jingkrak-jingkrak bahagia. Hehehe….
)!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar