10/15/2015

TULUS, SETULUS HATIMU

Sore sampai malam hari sangat asyik mengerjakan tugas sambil mendengarkan lagu-lagu. Rasanya semua beban hilang. Pekerjaanpun dapat diselesaikan secara tuntas. Begitupun saya. Sore itu ada pekerjaan yang harus dikerjakan cepat. Saat membuka tas, ada cd lagu yang baru saja saya terima. Ketika membaca judulnya, langsung masgul hati ini. Walaupun beliau sedang menjadi trend pembicaraan dan lagunya banyak disukai orang. Saya bukan salah satu dari mereka. Namun, karena tak ada lagi cd yang lain terpaksalah kuputar juga lagu-lagu itu.
            Waah, ternyata cd ini berbeda dengan lagu-lagu yang pernah saya dengarkan sebelum ini. Nadanya terdengar gembira dan semangat. Cocok dijadikan teman dalam menyelesaikan pekerjaan. Terus-menerus lagu itu berputar satu per satu hingga selesai. Hasilnya saya jatuh cinta. Saya merasa gembira dan bisa menikmati lagu-lagu ini seluruhnya. Sebelumnya, menurut saya, lagu-lagu beliau itu sangat membosankan dengan tema yang tak menarik. ( Maaf ya, Om ! ). Hari itu, saya putar lagu Tulus ini secara berulang-ulang sampai pekerjaan saya selesai. Voila !
           
Dalam album Earth, Love, Life ini ada sembilan judul lagu. Kesembilan judul itu adalah Baru, Bumerang, Sepatu, Bunga Tidur, Tanggal Merah, Gajah, Lagu untuk Matahari, Satu Hari di Bulan Juni, dan Jangan Cintai Aku Apa Adanya.  Lirik lagu-lagu ini sederhana, mudah dicerna dan tak jauh dari kehidupan nyata.
Ada dua judul lagunya yang terdengar familiar. Pertama, Satu Hari di Bulan Juni. Judul ini mirip dengan puisi Sapardi Joko Damono, yaitu Hujan Bulan Juni. Kedua, Jangan Cintai Aku Apa Adanya. Judul ini mirip juga dengan sebuah puisi yang menjadi soundtrack film Tio Pakusadewo, Cinta dalam Sepotong Roti. Boleh dibilang lagu ini adalah antonimnya.
     Cintai aku dengan sederhana
     Seperti kayu kepada api
     Cintai aku secara sederhana
     Seperti hujan yang tak disampaikannya pada awan
           
            Lagu lain yang menggelitik hati saya adalah Gajah. Ketika mendengar lagu ini, saya teringat pada kasus-kasus pem-bully-an (kekerasan) yang sedang marak dan dilakukan oleh anak-anak dan remaja. Sepertinya lagu ini menceritakan seseorang yang diejek sebagai gajah oleh teman-temannya. Semula orang itu marah, tetapi kemudian berbalik pikiran 360 derajat.  Akhirnya, dia menyadari kekuatannya, kehebatannya dan kebermanfaatan dirinya bagi orang lain. Sentilan halus tapi bermakna.

            Dalam lagu-lagu yang lainnya juga, kita dapat menemukan kristalisasi makna hidup yang dituangkan dalam bahasa yang sederhana, lugas dan easy listening. Dua pulau langsung terlampaui dalam satu perjalanan. Hiburan dan pelajaran hidup sekaligus. Asyiiiikkk ( jingkrak-jingkrak bahagia. Hehehe…. )!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...