Siang ini,
secara tiba-tiba saja saya diajak berkunjung ke rumah teman. Karena kangen,
kupenuhi juga ajakan itu. Tak memakan
waktu sampai satu jam, kami tiba di rumah tersebut. Banyak perubahan yang
terjadi. Suasana rumah semakin membuat kami betah berada di sana, seperti
sedang berlibur di sebuah villa. Kami asyik berbincang-bincang sambil menunggu
kedatangan sahabat yang lainnya. Ah, keceriaan mewarnai siang yang terik itu.Semilir
angin yang lembut menyejukkan tubuh kami yang kepanasan dalam perjalanan tadi. Di sela-sela obrolan, muncullah sahabat yang
ditunggu-tunggu itu. Beliau diantar oleh anaknya.
Ada satu momen yang membuat saya ingin mengisi blog ini lagi. Detik itu, baru kusadari peran penting orang tua. Selama ini, orang tua hanyalah sebagai formalitas, sosok biasa dalam kehidupan anak atau keluarga, bahkan mungkin sebuah keterpaksaan akibat kecelakaan. Namun, dalam obrolan siang itu, aku bisa menemukan sesuatu yang berbeda. Sesuatu yang juga ingin kubagikan di sini.
Orang tua sebagai pendamping
anak memang sudah biasa. Orang tua membesarkan anak-anaknya. Menyekolahkan
anak-anaknya. Mendidik mereka. Menasihati mereka. Memberi makan. Memberikan
pakaian. Dan sejuta kebutuhan lainnya. Hal-hal seperti itu sudah menjadi
rutinitas orang tua bagi anaknya. Tak ada yang istimewa. Suka duka mereka lalui
selama bertahun-tahun. Susah senang mereka lakoni untuk kehidupan anaknya.
Sampai tiba akhir waktu mereka. Entah berapa lama.
Setelah perjuangan yang panjang
itu, apa hasil yang mereka dapatkan ? Kesepian di masa tua. Kebahagiaan di masa
tua. Kesenangan hidup di masa tua. Penderitaan sampai akhir hayat. Begitu
banyak nasib berbeda yang menimpa orang tua itu. Melegakan atau menyesakkan.
Semua itu sebenarnya tergantung dari usaha mereka sejak awal.
Menjadi orang tua memang tidak
mudah. Ada misi khusus. Hal pertama yang harus ada dalam diri mereka adalah
keikhlasan dan kebesaran hati. Inilah modal dasar yang wajib dimiliki. Tanpa
ini, mereka mungkin akan frustasi di tengah jalan. Selain itu, orang tua juga
membutuhkan ilmu. Membesarkan anak-anak perlu panduan yang jelas agar kelak
terpetik buah yang manis.
Perlu disadari oleh orang tua
bahwa anak itu terdiri dari aspek fisik dan psikis. Jasmani dan rohani. Orang
tua yang hanya mengedepankan aspek jasmani saja, boleh dibilang berada di jalur
yang salah. Sebaliknya, orang tua yang hanya mengedepankan aspek rohani saja
juga berada di rel yang tidak benar. Keduanya harus seimbang. Namun, orang tua
perlu memberikan penekanan lebih pada sisi mental anak. Menurut saya, inilah
kunci keberhasilan orang tua dalam membesarkan anak-anaknya. Mental merupakan
roda penggerak kehidupan anak selanjutnya dan selamanya. Seperti pepatah lama :
Di dalam fisik yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.
Dalam obrolan antara anak dan
ibu sore itu, ada bukti yang nyata. Sang ayah hanya mampu membiaya kuliah satu
orang anaknya saja. Padahal orang tua itu dikaruniai tiga orang anak. Dua putra
dan satu putri. Saat itu, ayah dan ibu memang memiliki keterbatasan ekonomi.
Selama bersekolah, anak-anak mereka tidak dibekali uang jajan dan ongkos yang
cukup. Alhasil, anak-anak itu harus pandai berstrategi dan melakukan
penghematan abis-abisan. Namun, sang anak tetap bisa menerima keadaan tersebut.
Selanjutnya, saat akan kuliah, salah satu anaknya berusaha mencari solusi
sendiri. Berstrategi mencari sekolah yang dibiayai negara untuk meringankan
orang tuanya. Dari sanalah awal kesuksesan itu dirajut.
“Si Ibu mah pelit sekali, Bu saat saya bersekolah dulu. Seringkali, saya
tak punya cukup uang jajan,” kata sang anak kepada kami.
“Eh,
AA… Ibu kan tidak mau memiliki banyak
hutang. Ke sana. Ke sini. Jadi kita harus berhemat,” jawab sang Ibu.
Kami yang mendengar dialog-dialog itu tertawa menyaksikan dialog lucu
kenangan ibu dan anak. Masa-masa merih
kalau istilah dalam bahasa Sunda mah. Perjuangan yang membuahkan keberhasilan.
Kekurangan orang tua bisa disikapi secara bijak oleh anaknya. Menghadapi
kesulitan keuangan itu, sang anak tidak berputus asa. Tidak marah-marah. Tidak
mencari jalan pintas. Namun, berusaha mencari solusi yang terbaik. Hal seperti
ini, membutuhkan mental yang luar biasa. Orang tua, memang harus memberikan
pendidikan mental yang baik. Mental yang positif, akan melahirkan solusi yang
positif pula.
Pendidikan mental harus dimulai sejak anak berada di dalam kandungan.
Banyak cara yang bisa dilakukan. Diperdengarkan lantunan ayat suci.
Diperdengarkan lagu-lagu klasik. Pada usia balita, diberikan contoh-contoh yang
baik. Diberikan dongeng-dongeng yang menginspirasi. Pada masa anak-anak,
dibekali dengan pendidikan agama yang bagus. Tunjukkan realitas kehidupan ! Di
masa remaja,diberi tanggung jawab. Diajak berdiskusi menyelesaikan
permasalahan. Dilatih menjadi pemimpin. Di saat dewasa, biarkan mereka yang
menentukan nasibnya sendiri. Orang tua berada di belakang mereka sebagai
penasehat atau pengamat.
Hidup itu memang tak mulus. Menjadi orang tua itu susah-susah gampang.
Namun, keberhasilan tentunya menjadi tujuan utama dalam mendidik anak.Oleh
karena itu, tugas orang tua hanyalah
memberikan yang terbaik pada buah hati kita. Orang tua perlu berstrategi. Orang
tua harus objektif. Jauhkan egoisme dan pemaksaan kehendak. Ibarat
layang-layang, orang tua harus pandai menarik dan mengulur benang agar layangan
itu tak jatuh atau disambar orang. Itulah
sekelumit kisah misi penting orang tua dalam kehidupan anak-anaknya. Semoga
bermanfaat !
karena jadi orangtua ngga ada sekolahnya yah Bu :)
BalasHapusyup betul. trial and error ato banyak belajar dari yg lain yah hehehe..
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus