Banyak
orang menikmati tahun baru dengan berbagai cara. Berbondong-bondong datang ke
tempat wisata di berbagai belahan bumi. Menikmati konser musik. Menonton
berbagai macam pertunjukkan budaya. Bakar jagung di rumah atau tempat-tempat
khusus. Yang lebih special adalah menanti detik-detik pergantian tahun baru
dengan meniup terompet dan penyalaan kembang api yang akan menghiasi malam yang
hitam pekat. Suasanapun menjadi meriah.
Kali ini, aku mencoba menyongsong
fajar baru dengan cara yang sederhana, yaitu jalan kaki. Pada saat fajar
pertama di tahun 2015 ini, aku dan dua orang temanku menyusuri jalan-jalan kota
menuju sebuah perkampungan. Aku ingin mencari jejak pergantian malam tahun
baru. Semula, kuduga kota akan dihiasi sampah-sampah kertas koran, terompet,
bungkus makanan dan sebagainya. Namun, dugaanku meleset. Kota sudah bersih
karena pasukan kuning sudah bekerja keras. Kudapati mereka di sudut kota dengan
persenjataan bersih-bersihnya. Sampah-sampahpun sudah tak terlihat di
gerobaknya. Yang tertinggal adalah jalanan yang sepi. Kosong. Padahal pada hari
biasa, pasti macet dan penuh sesak. Rupanya kehidupan belum bernyawa.
Orang-orang mungkin masih berselimut setelah semalaman begadang. Hanya beberapa
motor yang melintas. Penumpangnya berpakaian kerja atau sekedar mencari sarapan
pagi. Setelah siang, barulah kehidupan itu kembali normal. Aktivitas warga
mulai menggeliat. Berbagai jenis kendaraan mulai menghiasi jalanan. Tempat
makan penuh sesak.