9/12/2014

KEBAYA


NYUNDA SERU
Para Blogger (KEB) Bandung
Tring…tring…tring
Suara hp mengalihkan perhatianku dari tugas rutin yang setiap hari menghabiskan waktu.
“Teh, kita ikut acara kumpul-kumpul, yuk !” ajak seorang sahabat lamaku, Efi.
“Hayu, acara apa ? Dimana ?” jawabku balik bertanya.
“Kumpulan Emak Blogger ( KEB ) Bandung di taman lalu lintas,” balas sahabatku itu.
“Kapan ?” Aku berusaha mencari informasi lengkapnya.
“Minggu, Teh. Kita seru-seruan nyunda abiz,” lanjut sahabatku itu.
Aku melihat agenda kerjaku. Kosong. Segera kukirim balasan keikutsertaanku dalam acara itu dengan mantap.
“Asyik, ada hiburan nih,” batinku gembira.
 Tiga haripun berlalu dan aku selalu membuka FB messenger agar tak ketinggalan informasi. Banyak juga yang akan hadir. Aku membaca status atau pesan teman-teman yang sudah kukenal. Aku semakin bersemangat ikut acara itu walaupun baru pertama kali aku bergabung dengan kelompok  itu. Namun, tetap ada rasa takut dan ragu. Aku belum kenal dengan adminnya. Banyak juga orang yang belum pernah bertemu denganku. “Ah, nanti akan banyak bertemu teman yang kukenal,” jawabku dalam hati menenangkan diri.
 Hari-hari berlalu dalam kesibukan yang menyita waktu. FB pun terabaikan untuk beberapa lama. Sampai suatu pagi, aku kembali mencari informasi lagi. Menurut kebiasaan sebelumnya, kelompok itu akan menyampaikan segala informasi melalui dunia maya, facebook. Cukup panjang dan lama aku memutar-mutar tombol telepon genggamku. Haalaaahh… Aku menemukan informasi yang tak kuduga sebelumnya. Dresscode : Kebaya. Baju khas sunda ini akan menjadi simbol khusus komunitas daerah bandung. Acara itu akan dilaksanakan di beberapa tempat secara serentak, yaitu Jabodetabek, Yogyakarta, Semarang, Denpasar, Surabaya  dan Bandung. Oleh karena itu, panitia menginginkan sesuatu yang berbeda. Mereka memutuskan pakaian dan makanannya harus bernuansa sunda. Simbol identitas.
Wow… hadeuh. Aku tak pernah memiliki baju khas sunda itu. Seumur-umur, kebaya bukan baju wajib yang harus ada dalam keluargaku. Setiap acara hajatan, akulah yang selalu paling keras menolak berkebaya dengan segala sanggul dan riasan lainnya. Ribet amat. Gaya anggun. Langkah yang harus tertata. Berselop dengan hak tinggi. Tata rias. Semuanya sama sekali bukan duniaku. Kau tahu teman ? Saat yang lain berkebaya ria, aku akan mengenakan baju yang berbahan dingin di tubuh dan celana panjang kesukaanku. Saat yang lain duduk manis menerima tamu, aku akan berjalan-jalan dari sudut ke sudut di pesta itu. Berburu stand-stand makanan yang baru. Itulah duniaku.
Deg… dilema menyergapku. Aku sudah mengirimkan pesan siap datang ke acara itu, tapi aku tak mau berkebaya. Kalau aku tak datang, pasti tak enak hati nantinya. Janji kok ingkar. Kalau datang, pasti aku akan tersiksa dengan baju kebaya itu. Akankah aku nekad berbeda seperti biasanya ? Waktu tinggal tiga hari lagi.
Pucuk dicinta ulam tiba. Seperti digiring pada sebuah jawaban. Teman-teman kantorku membicarakan kebaya untuk datang pada acara hajatan salah seorang rekan kerjaku bulan depan. Mereka merancang baju kebaya yang berbeda dari biasanya. Kebaya modern. Bahannya enak di tubuh. Tidak panas. Tidak menerawang. Ada banyak ragam. Kebaya seperti blus biasa atau kebaya tipis dengan baju manset di dalamnya. Dipadukan dengan celana panjang kesukaanku. Hari itu, aku sudah membuat sebuah keputusan. Hari Sabtu nanti, aku akan sowan ke rumah temanku itu, Ceu Indra. Seorang desainer semi professional.
Alhasil, Minggu pada saat acara berlangsung, aku bisa memenuhi keinginan pribadi dan ketentuan komunitas. Aku datang berkebaya dengan nyaman sambil membawa cemilan khas sunda, kue serabi. Yes, Merdeka! Hari itu, anggapan kebaya menyiksaku pupus sudah. Kami bersenang-senang dengan kebaya. Kami berpose dengan kebaya. Kamipun menerima ilmu dengan kebaya. Kami beryoga ria dengan kebaya.  I love kebaya. Aku menyukai aneka kebaya yang dipakai juga oleh sahabat-sahabat komunitasku yang lain. Menarik. Enak dipandang. Berkelas.
Hari itu, identitas kesundaan benar-benar mewarnai pertemuan kami di tempat terbuka. Kebaya, pepes nasi, serabi, nagasari, ongol-ongol, bugis, gehu, comro, aneka gorengan. Semua menyatu dalam keceriaan. Benar-benar Nyunda seru !
KUE SERABI

TAHU GORENG


4 komentar:

  1. Makasih ya teh udah datang. Jangan kapok kalo diajak kumpul lagi. Surabinya enak pisan,
    Eh cieeeeee... ada yang jatuh cinta sama kebaya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe... deudeuieun sigana fi. pengen ngumpul lg, seru-seruan lg. makasih dah komen yaa

      Hapus
  2. Tuh kan.... Yang namanya ngumpul dengan KEB pasti seru, Mak... Mau berkebaya atau kostum lainnya... Pasti seru khaaan? Dan yg paling seru adalah.... Dikau dan Efi pasti paham yg kumaksud lah... Wekekek...

    BalasHapus

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...