SALMAN PUN MEMERAH
Matahari belumlah
sampai di ubun-ubun. Namun, hari sudah mulai terang dan panas. Aku bergegas
mengejar angkot yang akan segera melaju. Tapi… Tipu. Setelah kududuk dengan
manis di dekat pintu, angkot tak bergerak sedikitpun. Sang supir dengan tenang
menunggu penumpang yang tinggal dua orang lagi. Sebaliknya, para penumpang,
termasuk aku sangat gelisah dikejar waktu. Hanya satu jam waktu yang kupunya
untuk mengejar acara pembukaan pelatihan. Aku ingin turun dari angkot itu, tapi
tak satupun angkot yang sama melintas di jalanan padat itu. Dengan terpaksa,
kami menunggu sang supir melakukan tugasnya. Alhasil, tinggal sepuluh menit
tersisa sebelum acara itu dimulai.
Dengan setengah
berlari, aku menuju tempat pertemuan. Namun, aku merasa ada yang aneh pagi itu.
Suasananya tidak pernah seramai pagi
ini. Banyak anak muda yang datang. Aku serasa menjadi anak sma lagi atau
anak kuliahan ( hehey…). Pelataran gedung pertemuan itupun sangat padat dan
penuh warna. Banyak meja terpasang. Komputer. Spanduk. Baligo. Ada dimana-mana.
Salman pun memerah. Ada apakah gerangan ? Sayang, waktu tak bersahabat
denganku. Walaupun penasaran, langkahku tetap menuju tujuan utama. Aku
menghampiri deretan meja dengan beberapa komputer yang terpasang. Beberapa
gadis muda sedang bertugas. Beberapa orang antri di depan mereka. Dua barisan.
Inikah acara yang kutuju ? Aneh rasanya. Benar saja, aku salah tempat. Meja
yang biasa di sana untuk daftar ulang acaraku telah tergusur. Pindah ke lantai
dua. Setelah mengurus administrasi, aku segera memasuki ruangan. Acara telah
berlangsung sekitar sepuluh menit yang lalu. Pembicara masih memperkenalkan
dirinya. Aku segera mencari posisi aman. Temanku melambaikan tangannya. Aku
enggan pindah ke bangku depan. Menit demi menit berlalu. Pikiranku bercabang
antara materi di ruangan itu dan suasana merah di bawah. Adzan Dzuhur
mengakhiri ceramah itu. Jawaban atas pertanyaanku menggantung.
Kami bergegas turun.
Keramaian pagi tadi semakin hebat. Orang pun mulai menyemut dengan berbagai
aktivitas. Banyak stand yang berdiri di sepanjang koridor. Sayup-sayup kudengar
sebuah informasi yang meruntuhkan rasa penasaranku. Hari itu, ada acara spesial.
Selepas Dzuhur, akan ada pemutaran dan workshop film pendek tentang korupsi.
Salman ITB sedang hajatan.
Dalam upayanya memajukan dunia perfilman nasional, Lembaga itu mengadakan acara
festival film tahunan yang bertajuk Festival Film Salman. Acara tersebut
merupakan sebuah media untuk mengembangkan nilai-nilai yang bernuansa keislaman
dalam bentuk nilai-nilai budaya.
Di samping itu,
Festival Film Salman juga berfungsi untuk memfasilitasi film-film karya
komunitas pelajar dan mahasiswa. Ada catatan penting yang perlu digarisbawahi
dalam program tersebut. Festival Film Salman ini ingin mengangkat trend film
tersebut sebagai media bagi gerakan moral dan kebudayaan. Dengan demikian, film
adalah sebuah sarana perubahan sosial. Perubahan pada sistem atau tatanan yang
lebih positif. Lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Sesuai dengan kondisi yang
terjadi di negara tercinta ini, tema yang diusung pada festival film tahun 2014
ini adalah Film dan Budaya Anti Korupsi.
Mudah-mudahan di masa
depan, generasi yang akan datang tidak lagi tertarik untuk merampok uang
negara. Namun, mereka akan mampu berdiri di atas kaki sendiri dalam mencari
penghasilan. Mereka akan berusaha mendapatkan uang yang halal atas dasar ilmu,
kompetensi dan keahlian yang mereka miliki ! Salman, teruskan langkah dan usahamu, Nak !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar