Pada awal tahun
pelajaran ini, 2014-2015 pemerintah mulai memberlakukan kurikulum baru yaitu
kurikulum 2013 atau sering disingkat menjadi kurtilas, khususnya untuk siswa
kelas I dan II (SMP kelas VII dan VIII, SMA kelas X dan XI). Pada intinya,
kurikulum ini sebenarnya tidak berbeda jauh dengan proses pendidikan
sebelumnya. Kurikulum ini menekankan pada tiga aspek yaitu : sikap ( karakter
), keterampilan dan pengetahuan. Pada proses pendidikan sebelumnya, aspek
tersebut terkenal dengan istilah afektif, psikomotor dan kognitif. Menariknya,
pada kurtilas, ketiga ranah itu menjadi penekanan khusus dalam pelaksanaannya
atau dalam proses pembelajarannya. Menjadi gaung utama. Pada jenjang dasar,
aspek karakter menjadi porsi terbesar dalam proses pembelajarannya.
Ada budaya baru yang muncul dalam proses pembelajaran
dengan kurikulum 2013 ini. Siswa menjadi subyek pendidikan. Maknanya siswa
harus belajar secara aktif. Mereka bukan lagi sebagai objek atau sasaran
pendidikan tetapi mereka bertindak sebagai pelaku utama. Siswa harus aktif
dalam mencari materi pembelajaran. Mereka tidak hanya menggunakan satu sumber
tapi bisa memakai berbagai macam sumber pembelajaran, contohnya: buku paket,
buku pengayaan, koran, majalah, internet, para pakar dan lain sebagainya.
Selama ini, siswa kita lebih cenderung pasif dalam belajar. Mereka sangat
bergantung kepada guru. Guru dan buku paket adalah sumber belajar utama mereka.
Selain itu, dalam pembelajaran di kelas, siswa tidak hanya sekedar diam
mendengarkan penjelasan guru, tapi mereka harus benar-benar terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran. Mereka
wajib melakukan hal-hal yang sudah dirancang oleh guru. Guru bukan lagi sebagai
aktor utama dalam proses pembelajaran. Mereka adalah para fasilitator. Aktor
utamanya adalah para siswa. Dengan demikian, kita akan jarang melihat siswa
yang duduk manis, siswa sebagai penyimak atau bahkan yang terkantuk-kantuk di
kursi belakang. Budaya seperti itu sudah seharusnya terkikis habis. Budaya yang
seharusnya muncul dalam proses pembelajaran adalah siswa harus berani
menyampaikan pendapat, berdebat, melakukan penelitian/ percobaan/ pengamatan,
berdiskusi, mencoba sesuatu, mempraktekkan teori, membiasakan kebiasan tingkah
laku yang positif, mencoba menyelesaikan kasus, berdemonstrasi, mengerjakan
proyek dan selalu mengasah keterampilannya dari waktu ke waktu. Jadi, dalam
proses pembelajaran mereka akan selalu aktif. Dengan keaktifan ini, siswa
diharapkan akan menguasai ilmu secara lebih baik dan lebih abadi. Siswa tidak lagi
akan tumbuh sebagai generasi hapalan. Namun, mereka akan menjadi
penguasa-penguasa ilmu sejati dengan pemahaman yang komprehensif. Gagasan
seperti ini juga sebenarnya bukan hal baru. Hal ini sejalan dengan konsep CBSA,
yaitu cara belajar siswa aktif.
Ada pendekatan khusus yang menjadi jiwa dalam proses
pembelajaran kurikulum 2013 ini. Pendekatan tersebut adalah pendekatan saintifik ( Sciencetific
approach ). Pendekatan tersebut terdiri
atas 5 M, yaitu : Mengamati, Menanya, Mengumpulkan Data/ Informasi,
Mengasosiasi dan Mengomunikasikan. Inilah yang menjadi ruh proses
pembelajaran. Inilah yang mendasari siswa belajar secara aktif. Dalam proses
belajar, siswa akan mengawalinya dengan kegiatan mengamati. Banyak hal yang
bisa dilakukan, misalnya memperhatikan orang, membaca, menonton, dan
sebagainya. Dengan hal ini, siswa tidak lagi membawa pikiran kosong ke dalam
kelas tapi mereka telah memiliki pengetahuan siap sesuai dengan materi
pembelajaran saat itu. Selanjutnya, siswa dibiasakan untuk berpikir secara
kritis. Mereka harus merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan
materi tersebut. Hal ini mirip dengan kebiasaan para penemu. Issac Newton
bertanya-tanya tentang buah apel yang jatuh. “Mengapa buah apel ini terjatuh ?”
Pertanyaan itulah yang menggiringnya pada penemuan teori hukum gravitasi. Pada
tahap ketiga, siswa mulai untuk mencari jawaban dari pertanyaan tersebut. Satu
satu mereka akan menemukan jawab dengan berbagai cara, seperti berdiskusi
dengan teman, mencermati bacaan, melakukan sesuatu dan lain sebagainya. Setelah
menemukan data-data atau informasi yang lengkap, mereka harus mengujicobakan
pengetahuan tersebut. Mempraktekan atau meniru hal yang sama dengan cara yang
berbeda. Mencoba membuat kalimat baru dari contoh yang sudah ada, misalnya.
Itulah yang dimaksud dengan Mengasosiasi. Selanjutnya, mereka akan
mengomunikasikan ilmu tersebut kepada yang lain baik lisan maupun tulisan,
misalnya mempresentasikan materi yang sudah dipelajarinya tadi. Seperti itulah
gambaran pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran kurtilas.
Hal lain yang terjadi dalam proses pembelajaran dengan
kurtilas ini adalah tahapan pembelajaran. Pada dasarnya, ada tiga tahapan
pembelajaran yaitu: pemodelan, penyusunan bersama dan penyusunan secara
mandiri. Gambaran lebih jelasnya misalnya dalam bidang studi Bahasa Indonesia.
Siswa kelas VII mempelajari teks observasi.
Tahap
Pemodelan.
Mereka akan mempelajari
conteh teks observasi yang ada di buku paket. Mereka baca secara cermat. Mereka
baca secara komprehensif contoh wacana tersebut. Mereka pelajari struktur
teksnya. Mereka cermati bagian-bagian struktur itu pada tiap paragraf. Mereka
pun mempelajara unsur kebahasaannya. Menjawab soal-soalnya.
Tahap
Penyusunan Bersama.
Kerja sama menjadi
karakter idaman dalam kurtilas. Proses pembelajaran pada kurikulum tersebut
dititikberatkan pada kegiatan belajar secara berkelompok. Siswa belajar
bersama.
Pada proses mempelajari
teks observasi tadi. Siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Pada umumnya,
kelompok ini akan bersifat tetap sampai akhir semester. Siswa diharapkan mampu
bekerja sama dengan teman-teman sekelompoknya. Mengenal karakter teman.
Berbaur. Saling memahami. Menerima setiap kelebihan dan kekurangan
teman-temannya. Mampu menyatukan perbedaan diantara mereka.
Pada proses membuat
teks observasi secara bersama ini. Siswa akan berbagi tugas. Berdiskusi.
Berbagi ide. Mengamati sesuatu, lingkungan sekolah misalnya. Lalu, menyusun
teks observasi sesuai dengan struktur yang telah dipelajari sebelumnya. Setelah
selesai, mereka akan mencermati tulisannya. Mengeditnya.
Tahap
Penyusunan Secara Mandiri
Dengan bekal proses
pembelajaran pada dua tahap sebelumnya, siswa diharapkan memiliki kesiapan
untuk menyusun teks observasi secara mandiri. Siswa telah memiliki pengetahuan
yang cukup untuk menyusun teks tersebut. Tahap berikutnya adalah mempraktekkan
ilmu tersebut dalam bentuk membuat teks observasi secara mandiri sesuai dengan
strukturnya.
Demikianlah,
gambaran proses pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum 2013. Peran
guru akan lebih kecil daripada siswa. Namun, dengan hal tersebut tidak berarti
tugas guru menjadi lebih ringan. Guru bukanlah penonton proses pembelajaran. Tantangannya justru semakin berat dan kompleks.
Guru professional tidak hanya berperan
dalam transfer ilmu, tapi juga dalam banyak aspek lainnya. Guru adalah arsitek
proses pembelajaran. Guru adalah motivator. Guru adalah fasilitator. Guru
adalah pengamat dan peneliti. Guru adalah penulis. Guru adalah penilai. Guru
adalah ibu kedua dari generasi yang berkualitas. Guru dan siswa bisa bekerja
sama untuk melahirkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Semoga !