Keberhasilan
dalam dunia pendidikan adalah idaman kita semua. Berbagai
cara dilakukan oleh berbagai pihak untuk meraihnya. Langkah awal adalah
perombakan kurikulum, yaitu: 1994, KBK, KTSP dan yang terakhir adalah Kurikulum
2013. Langkah berikutnya dilakukan pada
bidang tes yang masih mengundang kontroversi, yaitu ujian nasional yang
dijadikan sebagai titik tolak keberhasilan proses pendidikan dan kualitas
pendidikan. Perombakan berikutnya menyangkut personil atau pelaku pendidikan,
yaitu guru. Dalam hal ini, perombakan dilakukan dengan adanya sertifikasi guru.
Sekian aspek tuntutan harus dipenuhi oleh guru agar lolos sertifikasi. Isu
terakhir, upaya aneh yang dilakukan pemerintah adalah pendidikan gratis. Di
tengah hingar-bingarnya tuntutan pendidikan, pemerintah menggratiskan biaya
pendidikan. Namun, sekolah tetap dituntut untuk membayar berbagai kebutuhannya.
Tidak ada gratis bagi sekolah: listrik. telepon,komputer dan sebagainya. Jika
kita melihat kondisi ekonomi masyarakat dewasa ini, tentu hal ini merupakan
kebijakan yang masuk akal. Namun, pemerintah seharusnya membuat kebijkan ini
secara menyeluruh, Jangan setengah-setengah!
Dana BOS saja tidak akan mampu
memenuhi kebutuhan sekolah. Semua
orang ingin berhasil, tapi efektifkah hal-hal tersebut? Keberhasilan pendidikan
bukan suatu hal yang mudah. Bukan pula suatu kebijakan yang mudah dibuat.
Keberhasilan pendidikan adalah suatu tujuan dari sebuah proses pendidikan. Hal
ini harus tetap menjadi wewenang pelaku pendidikan itu sendiri, bukan orang
lain, bukan juga pemerintah.
Ada satu hal
yang terkubur dalam pencapaian keberhasilan pendidikan itu. Hal tersebut adalah
objektifitas pendidikan. Objektifitas ini sebenarnya sudah ada dalam kurikulum,
yaitu KBK. Namun, hal tersebut belumlah terwujud secara nyata. Kasarnya mungkin
hanya sebatas tulisan. Banyak hal yang menjadi faktor penentu keberhasilan
pendidikan, Faktor utamanya adalah siswa. Mereka inilah yang menjadi sasaran,
pelaku juga alat ukur sebuah keberhasilan pendidikan. Faktor ini juga perlu
didukung oleh faktor-faktor lain, seperti: keluarga, masyarakat, lingkungan,
sistem dan lain sebagainya.
Siswa
Makna
keberhasilan pendidikan bagi siswa sangat beragam. Mereka tidak mungkin akan
mendapatkan keberhasilan pendidikan yang seragam. Bagi orang kecil,
keberhasilan pendidikan cukup dengan lulus sekolah. Bagi kalangan menengah,
indikator keberhasilannya adalah bisa mendapatkan pekerjaan yang “enak”. Dan,
bagi kalangan atas, keberhasilan pendidikan adalah pengembangan diri.
Oleh karena itu,
dalam proses pendidikannya pun, mereka memiliki cara dan keunikan tersendiri.
Mereka memiliki karakter-karakter yang berbeda-beda. Penulis mengelompokkannya
sebagai berikut:
a.
Siswa Ideal
Siswa tipe ini memiliki tujuan belajar yang jelas. Mereka
memiliki motivasi belajar yang tinggi dan dukungan keluarga yang sangat baik.
Dalam proses belajar, mereka akan melakukannya dengan semangat yang tinggi.
Mereka mau mencoba dan mau melakukan berbagai hal yang menjadi tuntutan
belajarnya. Hasilnya pun akan sangat baik. Mereka mampu meraih nilai-nilai
tinggi maupun nilai ideal. Di sini, guru lebih banyak berperan sebagi pengarah
saja atau mungkin istilah sekarang yang lebih populer adalah fasilitator.
b.
Siswa 3 Dimensi
Siswa tipe ini
memiliki kesamaan perilaku, yaitu: datang,duduk
dan diam. Mereka biasanya tidak mau melakukan apa-apa selain duduk manis, mendengarkan orang lain. Pada umumnya,
mereka tidak mempunyai tujuan belajar atau cita-cita yang jelas. Seringnya,
mereka asal keluar saja dari rumah agar mendapat uang saku. Di sekolah, mereka
biasanya malas mengerjakan aktivitas belajar. Keinginan mereka hanya satu:
santai, diam dan tidak mau mendapatkan beban apa-apa. Tipe seperti ini sangat
sulit diajak belajar.
c. Siswa pemalu
Siswa tipe ini memiliki motivasi,kemauan
dan cita-cita. Sayangya, mereka tidak memiliki keberanian untuk unjuk gigi di
kancah peperangan. Mereka biasanya hanya mengikuti dan menuruti kehendak orang
lain. Sedikit sekali keberanian mereka untuk menunjukkan kemampuan maupun
prestasinya.
d. Siswa Pembolos
Sesuai dengan
namanya, mereka seringkali mangkir dalam kegiatan sekolah. Seringkali terjadi,
mereka berangkat dari rumah tapi mabal ke tempat lain, nongkrong, main ps,
merokok dan sebagainya. Mereka datang ke sekolah hanya sesekali,terutama saat
ujian saja. Alhasil, rapotnya pun, tidak ada nilainya.
Dengan
mengetahui beberapa tipe pembelajar tersebut (siswa), maka keberhasilan
pendidikan juga akan beragam. Pepatah mengatakan bahwa pendidikan itu sebuah
proses. Tidak ada siswa yang bodoh. Ini berarti bahwa kita tidak bisa menuntut
keberhasilan pendidikan itu dari satu aspek saja. Bukan hanya dari nilai ujian
(UN) misalnya. Keberhasilan siswa mungkin ada di bidang akademik, olah raga,
seni, bahasa atau keterampilan lainnya. Kecerdasan itu bermacam-macam bukan ?
Jadi, menurut hemat saya, keberhasilan pendidikan itu
berwujud siswa mampu mengaktualisasikan dirinya dengan ilmu, wawasan,
keterampilan dan sikap positif di lingkungan masyarakat. Hari ini,besok, lusa
atau bahkan pada beberapa tahun ke depan. Siswa yang bermanfaat bagi dirinya,
keluarganya, masyarakat dan bangsanyalah yang menjadi bukti keberhasilan
pendidikan. Untuk mencapai hal tersebut, semua pihak harus terlibat secara
aktif. Seperti angka, mulai dari nol kemudian merambat setahap demi setahap
pada angka-angka berikutnya hingga titik akhirnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar