5/11/2013

PENDIDIKAN ALA DEDDY MIZWAR



Melalui karya-karyanya,  seorang Dedy Mizwar telah mendidik anak bangsa bahkan semua lapisan masyarakat Indonesia. Karya-karyanya yang berkualitas merupakan upaya membangun karakter bangsa secara positif

Siapa yang tak kenal Dedy Mizwar ? Jika sering melihat dunia hiburan, pastilah kita akan melihat sosoknya. Si Naga Bonar ini sering menghiasi layar kaca ataupun layar lebar, baik sebagai aktor, pemain sinetron, sutradara, produser film, ataupun juri FFI. Lihat saja sinetron Para Pencari Tuhan, Lorong Waktu atau tengok pula filmnya yang berjudul Naga Bonar, Alangkah Lucunya Negeri Ini dan lain sebagainya.
Karya-karyanya tersebut sarat dengan pendidikan moral sebagai dasar dalam sebuah pembangunan karakter. Secara tidak langsung tanpa menggurui, kita digelitik tentang semangat kebangsaan, kesadaran tentang nilai-nilai moral, nilai keagamaan, cinta tanah air, kepedulian sosial, kemandirian, kreatifitas dan sebagainya.
Karya-karyanya tersebut banyak mengangkat permasalahan bangsa yang belum terselesaikan hingga kini bahkan mungkin itulah cerminan karakter bangsa yang telah berurat akar saat ini di negeri tercinta ini.
Dalam film Naga Bonar 2 sebenarnya kita digugah tentang semangat kebangsaan dan cinta tanah air. Apakah materi atau kekayaan lebih dikedepankan daripada rasa cinta tanah air berupa tanah warisan leluhur ? Apakah kita akan selalu mengejar keuntungan dan kekayaan tanpa batas dengan mengorbankan segala hal ? Dalam kenyataan hidup, seringkali kita membaca dan melihat bangunan-bangunan bersejarah lebih sering dirobohkan demi kepentingan bisnis. Ironi bukan?
Dalam sinetron Para Pencari Tuhan, kita disadarkan akan pentingnya nilai-nilai keagamaan dalam hidup kita. Kepercayaan manusia kepada Tuhan secara mutlak wajib menghiasi kehidupan kita. Tanpa itu, hidup kita akan salah arah dan hampa. Apakah kita akan membantu orang miskin dengan merampok uang orang lain? Kepercayaan akan Tuhan juga akan memperkuat mental kita saat kita mengalami hal yang serupa dengan tokoh Pak Jalal. Kemiskinan yang datang secara tiba-tiba tentu saja akan membuat manusia frustasi, stress bahkan bunuh diri. Tapi kekuatan mental dan kepercayaan akan nasib baik dan buruk dalam hidup akan membuat manusia mampu melewatinya dengan baik. Di sini juga, kita sebenarnya diajarkan untuk menumbuhkan sikap peduli pada orang lain. Saat kita punya harta lebih, mari kita membantu orang lain ! Tak ada harta, perhatian atau tenaga kita pun dapat digunakan untuk menumbuhkan kepedulian sosial ini!
Di samping itu, dalam sinetron ini juga, Deddy Mizwar membukakan mata kita agar menjadi orang-orang kreatif dan mandiri. Tanpa hal tersebut kita akan menjadi orang miskin. Miskin ilmu, miskin kemauan dan miskin harta. Dengan bantuan dari baitul mal, para tokoh dalam PPT berusaha mendirikan usaha agar bisa memperbaiki kesejahteraannya. Dengan kemandirian dan kreatifitasnya mereka berusaha untuk mengembangkan bisnisnya tersebut. Hal seperti itulah yang harus dilakukan bangsa ini agar bisa keluar dari jerat kemiskinan.
Persoalan yang lebih menarik lagi, ada pada film berjudul Alangkah Lucunya ( Negeri Ini ). Melalui gambaran pendidikan para pencopet yang masih anak-anak dan remaja, proses pendidikan itu tidaklah mudah. Pendidikan berperan untuk memberikan cara pandang yang positif dan berusaha untuk mengubah paradigma para siswa. Pendidikan berperan memberikan ilmu yang bermanfaat dan dengan ilmu itulah para siswa akan menapaki jalan hidupnya menuju masa depan yang lebih baik. Pendidikan harus terjadi secara berkesinambungan dan harmonis antara pendidikan lahir dan bathin, juga antara pendidikan dunia dan akhirat. Pendidikan bukan hanya tanggung jawab sekolah  tapi  juga seluruh komponen bangsa. Pendidikan juga memberikan kebebasan secara demokratis pada siswa untuk memilih jalan hidupnya. Makna pendidikan demikian agung namun perwujudannya kembali pada manusia sebagai pelaksananya. Peran siswa, orang tua, guru, lingkungan masyarakat, pemerintah dan kebijaksanaanya, serta sistem pendidikan akan mewarnai hasil dan proses pendidikan itu nantinya. Tentunya, positif dan negatifnya wajah pendidikan Indonesia akan kembali kepada kita. Mendidik bukan upaya perorangan tapi merupakan upaya bersama yang saling berkesinambungan dan harmonis antarseluruh komponen bangsa.
Di samping itu, sudah saatnya bagi kita untuk mengembangkan berbagai jenis jalur pendidikan dan pemerataan pendidikan. Pendidikan jangan hanya bertumpu pada jalur formal saja, tapi juga harus mengembangkan jalur pendidikan nonformal dan informal. Manusia sukses bukan hanya butuh ilmu tapi juga butuh keahlian atau keterampilan hidup. Harmonisasi antara ilmu, akhlak dan keahlian akan menciptakan generasi penerus bangsa yang akan membangun negeri ini kea rah yang lebih maju lagi.
Mudah-mudahan karya-karya yang bermutu, sinetron atau film pada khususnya akan menyumbangkan peran positif dalam pembangunan karakter anak bangsa. Semoga dalam perannya yang baru nanti sebagai wakil gubernur Jawa Barat, akan ada lagi pencerahan-pencerahan lain demi kemajuan bangsa dan negara Republik Indonesia dan provinsi Jawa Barat khususnya  !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...