<a href='http://www.femina.co.id/track.banner/133'><img src='http://www.femina.co.id/webTemplate/femina3/images/blogCompetition/bc_banner.jpg'/></a>
Dulu,
aku merasa jijik jika harus jajan di pinggir jalan. Namun, setelah menyusuri
jalan Malioboro, Jogjakarta dan icip-icip di sana, rasanya aku jadi
terhipnotis. Jajan di pinggir jalan ternyata mengasyikkan. Banyak nuansa baru
yang kudapatkan. Jajan di pinggir jalan memiliki kekhasan tersendiri yang tak
akan kita dapatkan jika jajan atau makan-makan di restoran ataupun rumah makan.
Jajan di pinggir jalan memiliki
suatu suasana khusus yang berbeda, terutama saat sore atau malam hari. Kita
bisa menikmati suasana kota dalam balutan malam. Menikmati kerlap-kerlip lampu
yang membawa suatu nuansa tersendiri. Kita bisa melihat hiruk pikuk kehidupan
secara nyata. Sambil menunggu pesanan datang, seringkali kita didatangi para
pengamen jalanan. Sekali lagi, nuansanya berbeda dengan sajian music di rumah
makan. Ada kekhasan tersendiri. Kita bisa memesan lagu sambil
berbincang-bincang dengan mereka. Saat itu, ada jalinan keakraban tersendiri
yang jarang kita dapatkan saat makan di restoran atau rumah makan.
Jajan di pinggir jalan mampu
mendobrak kekakuan yang selama ini mengungkungi kita. Jajan di pinggir jalan
membuat kita lebih santai, bebas dari keformalan yang seringkali menyebalkan.
Kita bisa tertawa lepas. Bercengkrama atau ngobrol dengan teman secara bebas.
Situasi yang enak untuk curhat dan berdiskusi tanpa ada ikatan yang kaku. Saat
itu, saya baru menyadari sebuah alasan para sastrawan Jogjakarta, khususnya
sering mengadakan kegiatan berbincang-bincang secara lesehan. Dan itulah yang
terjadi saat kita menikmati sajian makanan di pinggir jalan. Duduk tanpa
kursi,menghadapi meja pendek yang menawarkan kenyamanan. Menikmati sepiring
nasi hangat, burung dara goreng yang garing, berasa asin yang sedap ditemani
sambal dan lalab. Bondan Winarno pasti akan mengatakan kata-kata ajaibnya,
yaitu top markotop !
Jajanan
di pinggir jalan pun akan menawarkan kelezatan makanan yang berbeda dari rasa
restoran ataupun rumah makan. Kesederhanaan cita rasanya mampu membangkitkan
selera. Ada magic tersendiri, jika kita telah mencicipi makanan di pinggir
jalan itu. Perpaduan antara suasana dan kelezatan itu menjadi nilai tambah
tersendiri saat kita icip-icip makanan di pinggir jalan. Takkan ada duanya dan
takkan mampu ditawarkan oleh sebuah restoran mewah sekalipun. Jajan di pinggir
jalan sungguh asyik. Bagi saya yang suka nulis, hal itu mampu membangkitkan
inspirasi. Mampu melambungkan angan dan mengaktifkan semua panca indera kita.
Top markotop yang kedua ! Tak ada salahnya, jika kita hendak jajan di pinggir
jalan.
Jajan
di pinggir jalan pun akan menawarkan tantangan tersendiri. Kita harus
pandai-pandai memilih., Jangan sampai terjebak harga yang melambung tinggi.
Inilah salah satu kelemahannya. Seringkali para pedagang kaki lima ini
berpikiran pendek. Mereka akan pasang tarif seenaknya kepada para pembelinya.
Mereka tidak memiliki standar harga yang khusus. Keegoisan seringkali menjadi
penentu harga jual makanan. Akibatnya, para pembeli akan bersungut-sungut,
bahkan menyumpahi pedagang itu agar jualannya tidak laku. Satu fenomena yang
seringkali terjadi, harga selangit, makanan tak enak. Oleh karena itu, kita
harus mengatur strategi. Jangan terburu-buru !
Jajan
di pinggir jalan memiliki nilai seni tersendiri. Jika kita memiliki strategi
yang tepat, maka keindahan dan kenikmatanlah yang akan kita dapatkan.
Sebaliknya, jika strategi kita kurang tepat, maka kekecewaanlah yang akan kita
peroleh. Oleh karena itu, nikmati dulu perjalanan anda dan amati deretan para
penjual makanan tersebut. Itulah seninya. Kita dihadapkan pada beberapa pilihan
yang seringkali menjebak. Ada beberapa panduan yang biasanya dilakukan oleh
banyak orang. Hal pertama yang akan saya
pilih adalah kebersihannya, baik kebersihan tempat maupun penjualnya.
Kebersihan inilah yang akan mampu membangkitkan selera. Lalu, kedua adalah saya
seringkali menjatuhkan pilihan pada makanan yang tak biasa. Makanan baru atau
makanan khas suatu tempat yang belum pernah saya cicipi. Makanan seperti itu
daya magnetnya kuat sekali. Dan ketiga, pilihan saya akan jatuh pada jajanan
pinggir jalan yang banyak diserbu orang. Konon, katanya jika seperti itu
artinya makanannya enak dan dijamin takkan ada makanan yang basi atau
kadaluarsa. Nilai seni ini juga berkaitan dengan cara kita menikmati makanan.
Seringkali kita melihat berbagai macam gaya menikmati makanan, khususnya yang
menggunakan tangan ( tanpa sendok ). Ada yang acak-acakan. Ada yang teratur.
Ada yang mengambil makanan sedikit demi sedikit. Ada yang mencampur semua
makanan menjadi satu dan lain sebagainya. Inilah salah satu kekhasan jajan di
pinggir jalan. Kita dihadapkan pada fenomena-fenomena yang seringkali
bertentangan dengan kebiasaan kita. Apakah kita akan menerimanya ? Itulah nila-nilai
seni kehidupan.
Hal
lain yang membuat kita ingin jajan di pinggir jalan adalah harganya yang murah.
Jajan di pinggir jalan tidak akan menguras kantung terlalu dalam. Hal itulah
yang saya sukai dari jajan di pinggir jalan. Perbandingan harga antara jajanan
di pinggir jalan dengan di restoran atau rumah makan biasanya cukup jauh. Jika
jajan di pinggir jalan, kita bisa puas. Makan sekenyang-kenyangnya, banyak
variasinya dan kita bisa menghemat pengeluaran. Sangat menarik bukan ? Saat
jajan di pinggir jalan, saya seringkali melihat banyak orang bermobil ( mewah )
juga menikmati kuliner di pinggir jalan. Mereka tetap enjoy icip-icip makanan
di pinggir jalan. Mereka juga tampak senang menikmati kuliner sambil membuka
pergaulan. Jika tidak ada tempat, mereka akan makan di dalam mobil dengan pintu
terbuka, menghadap jalan. Penghematan. Mungkin itulah yang juga mereka
pikirkan. Aku menemukan satu pemikiran yang sama. Jajan enak dengan harga
murah. Itulah asyiknya jajan di pinggir jalan. Anda siap kuliner di jalanan ? Ayo,
siapa takut !
Hal-hal seperti itulah yang mungkin menyebabkan jajan di pinggir jalan lebih berkembang pesat di Indonesia. Hampir di setiap kota, khususnya di tempat-tempat yang menjadi tujuan wisata, banyak bermunculan tempat jajan di pinggir jalan. Di Jogjakarta, malioboro misalnya. Di Bandung, jalan Cilaki. Para pengusaha kuliner besar pun sudah mulai memikirkan memikirkan pengembangan usaha dengan metode jajan di pinggir jalan ini. Menurut mereka, hal seperti itu lebih menghemat biaya daripada harus membuka cabang baru. Jika pemerintah mampu memfasilitasi pengembangan usaha seperti ini, mungkin pkl tidak akan menjadi masalah yang mengkumuhkan kota lagi. Para pengusaha itu diberi tempat khusus sehingga menjadi objek baru untuk wisata kuliner. Banyak keuntungan yang akan didapatkan. Para pengusaha, khususnya yang bermodal kecil tetap mendapatkan sumber penghidupannya, pemerintah tidak pusing dan kota tetap menjadi indah. Bahkan jika pengelolaannya baik, wisata kuliner itu akan mendatangkan sumber pendapatan bagi banyak pihak. Kegiatan seperti jajanan bangau tidak akan bisa dinikmati hanya sesaat, tapi bisa tetap eksis sepanjang waktu. Selamat menikmati kuliner pinggir jalan !
Hal-hal seperti itulah yang mungkin menyebabkan jajan di pinggir jalan lebih berkembang pesat di Indonesia. Hampir di setiap kota, khususnya di tempat-tempat yang menjadi tujuan wisata, banyak bermunculan tempat jajan di pinggir jalan. Di Jogjakarta, malioboro misalnya. Di Bandung, jalan Cilaki. Para pengusaha kuliner besar pun sudah mulai memikirkan memikirkan pengembangan usaha dengan metode jajan di pinggir jalan ini. Menurut mereka, hal seperti itu lebih menghemat biaya daripada harus membuka cabang baru. Jika pemerintah mampu memfasilitasi pengembangan usaha seperti ini, mungkin pkl tidak akan menjadi masalah yang mengkumuhkan kota lagi. Para pengusaha itu diberi tempat khusus sehingga menjadi objek baru untuk wisata kuliner. Banyak keuntungan yang akan didapatkan. Para pengusaha, khususnya yang bermodal kecil tetap mendapatkan sumber penghidupannya, pemerintah tidak pusing dan kota tetap menjadi indah. Bahkan jika pengelolaannya baik, wisata kuliner itu akan mendatangkan sumber pendapatan bagi banyak pihak. Kegiatan seperti jajanan bangau tidak akan bisa dinikmati hanya sesaat, tapi bisa tetap eksis sepanjang waktu. Selamat menikmati kuliner pinggir jalan !
hadeuuuh tuh banner lenyap dimana yah ? maaf ya fem, maybe technical error. sorry
BalasHapusbannernya dicopas lwt HTML aja mba mungkin bisa nongol... kalo lwt compose ga keliatan :)
BalasHapusok,akan saya coba. makasih mbak agustinadian susanti
Hapus