4/19/2013

MUSIKALISASI PUISI



Pertama kali saya mendengar istilah musikalisasi puisi adalah saat belajar sastra sekitar tahun 1990-an. Bersama teman-teman sekelas dulu, kami beramai-ramai menyanyikan puisi-puisi Sapardi Djoko Damono. Pada setiap kesempatan, kami bersenandung atau koor.  Di sela-sela waktu kuliah, dalam kegiatan sanggar sastra, di sela-sela pelaksanaan kegiatan, jalan-jalan, kumpul di rumah teman, di kendaraan, di gedung rektorat.  Ah, rasanya musikalisasi puisi Sapardi Djoko Damono adalah jiwa kami saat itu.
            Banyak puisi Sapardi Djoko Damono yang dijadikan sebagai lagu. Kalau tidak salah ada dalam kumpulan puisi Dukamu Abadi dan Hujan Bulan Juni. Dalam dirimu, Hujan Bulan Juni, Aku ingin, Metamorfosa,  adalah beberapa judul puisi yang sering kami dengar atau kami nyanyikan bersama..  Rasanya nikmat sekali menyanyikan lagu-lagu itu. Adem, tenang, damai, nyaman.
            Kini, musikalisasi puisi itu masuk pada kurikulum sekolah.  Musikalisasi puisi menjadi materi kelas Sembilan. Ketika melihat guru kelas Sembilan membawakan materi itu, musikalisasi puisi yang dibawakan ternyata bukan hanya puisi Sapardi Djoko Damono tapi juga lagu-lagu pop yang sudah terkenal. Yang paling sering adalah lagu-lagu bimbo, seperti Sajadah Panjang. Lagu-lagu Populer itu bisa dinyanyikan secara utuh atau anak-anak mengganti syairnya dengan puisi buatan mereka sendiri.
            Saat mengikuti  sebuah pelatihan, teman saya mengajarkan musikalisasi puisi dengan cara yang berbeda. Dia menggunakan fasilitas multimedia. Beliau menyajikan puisi Sapardi Djoko Damono yang berjudul Hujan Bulan Juni. Kami mendengarkan lagunya bersama-sama dan juga melihat tayangan videonya. Setelah itu, kami berdiskusi membicarakan isi puisi tersebut.  Pada akhirnya, kami menyanyikan lagu itu bersama-sama. Asyiik !
            Musikalisasi puisi sebenarnya merupakan salah satu cara untuk menikmati  dan mengapresiasi puisi. Selama ini, puisi ( bagi saya khususnya ) merupakan suatu karya sastra yang sangat berat untuk dinikmati. Seringkali, kita harus berpikir keras untuk memahaminya. Menikmati puisi merupakan suatu hal yang sangat sulit dilakukan. Langka. Orang jarang jatuh hati pada puisi.
            Namun dengan keluar dari pakem  atau kebiasaan ( menurut saya), puisi dapat dinikmati dan diapresiasi oleh banyak orang. Lihatlah bagaimana para remaja banyak yang suka berpuisi sejak Dian Sastrowardoyo berpuisi pada film Ada Apa dengan Cinta. Film Tio Pakusadewo  Cinta dalam Sepotong Roti.

AKU INGIN
SAPARDI DJOKO DAMONO

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Dengan kata yang tak sempat diucapkan kayu kepada api yang menjadikannya abu.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana.
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.
           
Dengan berbagai cara tersebut, puisi sepertinya menjadi hal yang dapat diapresiasi dan dinikmati bersama seperti lagu-lagu pop. Puisi menjadi ringan bagi semua lapisan masyarakat. Mudah dinikmati. Tidak perlu serius atau kaku. Namun, tetap berisi dan menambah kekayaan batin kita. Melatih kepekaan sosial, rasa dan budi pekerti manusia. Mudah-mudahan puisi menjadi salah satu cara untuk membangun karakter positif bagi manusia Indonesia ! Manusia yang cerdas lahir batin. Aamiiin !


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Festival Cireundeu Cimahi: Maknyus, Icip-Icip Nasi Goreng Rasi

  Halo sobat yayuarundina.com – Kali ini, kita jalan-jalan tipis di dalam kota Cimahi. Tanpa disengaja muncul informasi acara Festival Cire...