DARI PHK KE SURABI
Kue serabi itu
dikelola oleh Bapak Asep Eddi. Usaha ini dirintis oleh orang tua Pak Edi sejak dua
puluh tahun lalu.Awalnya usaha ini menggunakan latar di depan rumah yang
terletak di sebuah gang. Orang tua Pak Edi berjualan surabi bersama dengan masakan
bermerek BanTjiang. Merek yang diambil dari nama orang tua Pak Edi. Masakan Ban
Tjiang cukup terkenal. Saat itu, Pak Edi hanya berperan untuk sekedar membantu usaha
orang tuanya. Pria kelahiran 15 Agustus 1963 itu bekerja di dunia pariwisata. Namun
seiring dengan terjadinya krisis ekonomi, perusahaan itu bangkrut dan Pak Edi
terkena PHK.
Sejak saat itu, Pak Edi mulai terjun
secara serius untuk mengembangkan usaha surabi yang telah dirintis oleh orang tuanya. Untuk lebih
mengenalkan usahanya itu, sejak tujuh tahun lalu, Pak Edi memindahkan usaha surabinya
ke pinggir jalan dekat dengan gang tempat tinggalnya. Pak Edi menggunakan roda sederhana
dengan spanduk bertuliskan Kue Serabi dan Colenak Sari Rasa (
BanTjiang ). Di samping itu, anak pak
Edi mempromosikan kue serabi itu dengan media internet.
Surabi
yang lembut dan enak rasanya itu menjadi buah bibir masyarakat. Pelanggannya berasal
dari berbagai tempat dan status sosial yang berbeda, mulai dari pejalan kaki,
bermotor bahkan bermobil, kerap mendatangi roda sederhana di jalan Kebon Kelapa
No 2 Cimahi itu. Bahkan, menurut Pak Edi ada yang membeli kue Serabi ini untuk keluarganya
yang tinggal di Singapura.
Pak Edi menjual cemilan tradsional
ini dengan beraneka rasa. Mulai dari sentuhan original, yaitu oncom dan kinca atau
larutan gula merah serta santan sampai sentuhan modern dengan rasa keju, sosis,
abon dan berbagai macam variasinya. Ada sekitar 24 rasa. Ada yang manis seperti
Serabi biasa putih manis, pandan wangi, coklat, kacang kismis, pisang keju dan sebagainya.
Ada pula yang asin seperti Serabi oncom, telor, telor keju, sosis, abon sapi dan
lain-lain. Pembeli bisa memilih berbagai macam rasa favoritnya. Harga surabi ini
cukup ringan di kantong, yaitu mulai dari harga Rp 1000,- hingga Rp 2500,- per
buahnya. Harga yang cukup stabil dari waktu ke waktu, walaupun harga terigu sebagai
bahan bakunya mengalami kenaikan. Di samping serabi, Anda juga bisa memesan colenak
seharga Rp 5000,- per porsi. Colenak merupakan cemilan manis terbuat dari peuyeum
yang diberi toping enten atau parutan kelapa dan gula merah.
Pak
Edi juga menerima pesanan kue serabi ini untuk berbagai macam acara, seperti pernikahan,
arisan dan lain sebagainya. Bahkan, Pak Edi pernah menerima pesanan untuk kegiatan
bapak walikota Cimahi. Jika order ini banyak, Pak Edi biasanya akan menutup kios
rodanya. Beliau akan lebih memfokuskan diri pada pesanan khusus itu. Keterbatasan tenaga dan waktu menjadi kendalanya.
Beliau tidak bisa membuat Serabi untuk pesanan sekaligus jualan di rodanya. Kue
Serabi harus dibuat dadakan, agar rasa dan kualitasnya tetap terjaga. Untuk
system pesanan ini, Pak Edi biasanya akan menerima order minimal 50 buah.
Dalam
menjalankan usahanya itu, Pak Edi sangat menjaga kepercayaan dari pelanggan. Beliau
berprinsip untuk menjaga kualitas kue serabinya. Beliau tidak akan pernah menjual
serabi sisa atau basi. Beliau akan menyajikan serabi segar, fresh from anglo. Beliau menggunakan
alat masak yang terbuat dari tanah liat ini sebanyak kurang lebih sepuluh buah.
Agar pelayanannya lebih cepat, beliau memadukan anglo itu dengan kompor gas. Itulah
bentuk inovasinya. Pada umumnya, anglo menggunakan kayu bakar . Selama menjalankan
bisnis kecilnya itu, beliau tidak pernah mengalami kerugian atau kendala. Usahanya
itu tetap berjalan selama puluhan tahun walaupun badai menerjang negeri ini. Hebat
bukan ? Harga terigu yang sempat melonjak naik, tidak mempengaruhi usahanya itu.
Harga serabi tetap stabil. Kuncinya ada pada aspek pengaturan atau manajemen bisnis.
Pak Edi membuat perhitungan yang cermat dan berjangka panjang. Beliau bisa menutup
kerugian itu dengan pesanan dalam jumlah banyak. Hal itu bisa didapatkannya dengan
prinsip menjaga kepercayaan dari para pelanggan atau pembeli serabinya. Beliau takkan
pernah mengkhianati mereka. Beliau akan selalu menjaga kualitas kue buatannya itu.
Suatu prinsip usaha yang baik untuk tetap eksis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar