TINJAUAN
GENDER DALAM BUKU PELAJARAN
JUDUL BUKU : BAHASA INDONESIA
UNTUK SMP/MTS KELAS VII
PENGARANG : ATIKAH ANINDYARINI
DAN SRI NINGSIH
PENERBIT : PUSAT
PERBUKUAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
TAHUN TERBIT : 2008
Dalam Tesaurus Bahasa Indonesia
Pusat Bahasa, Gender merupakan sebuah nomina ( kata Benda ) yang bermakna
kelamin atau seks. Beberapa waktu ini, gender menjadi topik pembicaraan yang
menghangat. Isu gender yang mengemuka akhir-akhir ini adalah adanya eksistensi
pria dan wanita dalam suatu lembaga, termasuk sekolah. Apakah sekolah sudah
merespon masalah gender ini dalam setiap aktivitas dan kegiatannya ? Apakah
sekolah lebih mengutamakan eksistensi pria ataukah wanita ? Sekolah yang
responsif terhadap masalah gender ini berarti telah menyeimbangkan eksistensi
pria dan wanita dalam setiap aspek kegiatannya atau kebijakannya. Sekolah
berarti telah mengakui dan memfasilitasi pegawai wanita dan laki-laki dengan
baik. Sekolah menghargai perbedaan cara kerja laki-laki dan wanita. Budaya
sekolah harus menghindari peilaku yang diskriminatif. Sekolah tidak
menganaktirikan salah satu jenis kelamin itu.
Salah satu aspek kegiatan di sekolah
adalah kurikulum. Bidang kurikulum menitikberatkan kegiatan pada proses belajar
mengajar. Buku pelajaran menjadi bagian dari aspek kurikulum, khususnya bagian
dari proses belajar mengajar. Buku pelajaran merupakan pegangan siswa dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Buku pelajaran merupakan salah satu
sumber pengetahuan bagi siswa. Apakah buku pelajaran sudah responsif terhadap
masalah gender ini ?
Tinjauan gender dalam buku pelajaran
ini lebih dititikberatkan pada gambar. Gambar lebih mudah untuk diamati jenis
kelaminnya. Dalam buku pelajaran, gambar digunakan untuk melengkapi, memperjelas informasi ataupun
sebagai aspek estetis ( memperindah buku). Setelah mengamati buku pelajaran
Bahasa Indonesia, penulis menyimpulkan bahwa buku ini belum respomsif terhadap
masalah gender. Dalam buku tersebut,
gambar yang digunakan lebih menitikberatkan pada jenis kelamin laki-laki.
Gambar anak laki-laki dengan berbagai macam gaya menjadi simbol untuk berbagai
kegiatan belajar, seperti: tugas, rangkuman, rehat sejenak dan uji kompetensi.
Di samping itu, gambar laki-laki juga lebih mendominasi dalam setiap pelajaran
( bab ). Tema pelajaran lebih diperjelas dengan kegiatan yang dilakukan oleh
laki-laki. Contohnya dalam pelajaran empat, halaman 43. Tema memperbaiki Moral
Remaja diperjelas dengan gambar remaja laki-laki yang sedang berolahraga. Apakah
remaja putri tidak boleh berolahraga ? Apakah remaja putri tidak terlibat dalam
kegiatan memperbaiki moral remaja ? Demikian pula dalam pelajaran 7, halaman
91, tentang pahlawan nasional. Ilustrasi pertempuran yang dilkukan oleh kaum
adam. Termasuk juga insert pahlawan nasional, Pangeran Dipenogoro. Mengapa
pahlawan wanita tidak diikutsertakan dalam tema tersebut? Demikian pula dalam
bidang pemerintahan di pelajaran 9, halaman 117.
Gambar laki-laki juga lebih menonjol
dalam materi pelajaran. Ada dua tokoh laki-laki dalam materi pelajaran.
Pertama, Dr. Mohammad Hatta dalam materi tokoh idola dan Sri Sultan Hamengku
Buwono IX dalam materi Mengungkapkan Hal-hal yang dapat Diteladani
dari Buku Biografi.
Gambar wanita hanya ada di dua
kesempatan, yaitu: pertama, pada
pelajaran 3 dengan tema Perkembangan
Sarana Komunikasi. Gambar tersebut ada di halaman 29. Kedua, pelajaran 5,
halaman 57. Wanita digunakan untuk memperjelas tema Pentingnya Menjaga Kesehatan.
Satu-satunya gambar yang responsif
terhadap masalah gender ada di halaman77. Gambar itu ada di pelajaran 6 tentang
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia. Kegiatan menabung di bank menggunakan wanita
sebagai teller dan laki-laki sebagai nasabahnya.
Perempuan dan laki-laki memang
berbeda tetapi tidak untuk dibeda-bedakan. Prinsip ini bisa kita kembangkan di
kalangan generasi muda. Pengetahuan ini bisa disosialisasikan melalui buku
pelajaran. Wanita dan pria merupakan makhluk ciptaan Allah SWT. Allah
menciptakan makhluknya berpasang-pasangan. Namun, perbedaan itu berfungsi untuk
saling melengkapi dan bekerja sama. Tidak untuk mengistimewakan salah satunya.
Semuanya memiliki kedudukan yang sama, derajat ketakwaannyalah yang membedakannya.
Daftar Pustaka
Modul Manajemen Sekolah
Responsif Gender, IAPBE 2005
Tidak ada komentar:
Posting Komentar