BELAJAR
DARI KOREA
BY
ARUNDINA
Menarik menonton film psikopat ala Korea. Film itu
berjudul Psychic. Film ini berkisah tentang tokoh Kyu Nam Lim atau Manager Lim
yang berusaha melawan seorang psikopat. Tidak seperti psikopat ala barat yang
identik dengan pembunuhan sadis. Film Korea ini lebih mengedepankan kekuatan
pikiran untuk mempengaruhi orang, sehingga orang-orang itu beraksi sesuai
dengan keinginan sang psikopat. Bunuh diri, menangkap Kyu Nam Lim, menghalangi Kyu
Nam Lim menghampiri sang psikopat dan lain sebagainya. Orang-orang yang dilihat
oleh sang psikopat bagai kerbau dicocok hidung, terpedaya dalam pengaruh
pikiran sang psikopat. Kyu Nam Lim berusaha keras untuk mencegah aksi-aksi
tersebut.
Bukan isi cerita yang menjadi bahan pembelajaran. Yang
terpenting adalah rasa percaya diri bangsa Korea. Dalam film tersebut ada dua
orang sahabat Kyu Nam Lim yang berasal dari luar negeri. Al Shavari dari Turki
dan Bubba Evobonsha dari Ghana. Kedua tokoh sahabat ini menggunakan bahasa
Korea secara fasih dalam melafalkan dialog-dialognya. Inilah pembelajarannya.
Biasanya orang asing menggunakan bahasa Inggris dalam berdialog. Termasuk juga
para pemain lainnya. Mereka beradaptasi dengan bahasa internasional tersebut.
Namun, dalam film ini semuanya menggunakan bahasa Korea. Sungguh suatu
keberanian dan kepercayaan diri yang sangat luar biasa ! Perlu kita tiru !
Dengan film, bangsa korea mampu menduniakan bahasa dan budaya korea. Terjadilah
demam korea.
Dengan film, bangsa Indonesia pun bisa menduniakan bahasa
dan budaya Indonesia. Kita bisa membuat film-film bagus dengan latar budaya
Indonesia dari sabang sampai merauke. Di samping itu, bahasanyapun tetap Bahasa
Indonesia. Dengan film, kita bisa menunjukkan kekayaan budaya dan bahasa
Indonesia. Kekayaan itu tidak akan berarti kalau hanya disimpan atau dibiarkan
punah begitu saja. Film termasuk hal ( hiburan ) yang diminati oleh banyak
orang di seluruh dunia. Ini pendapat saya lho ! Mungkin bisa dibuat survey
untuk hal ini agar lebih terpecaya buktinya ! Film tidak mengenal batas
wilayah. Film yang bagus bisa melanglang buana ke mana-mana. Tentunya hal ini
harus pula ditunjang oleh promosi yang baik. Film Indonesia yang bagus bisa
diikutsertakan dalam berbagai festifal film yang diselenggarakan oleh
orang-orang di luar negeri, seperti Cannes, Dubai dan lain sebagainya. Kalau
tidak salah, film Laskar Pelangi dan Negeri di bawah Kabut pernah memenangkan penghargaan itu. Ini
merupakan modal awal yang bagus betapa film-film Indonesia telah diapresiasi
oleh pihak luar dengan sangat baik. Kini, bangsa Indonesia sendirilah yang
harus menindaklanjuti kemenangan tersebut agar menjadi lebih mengglobal.
Kita bisa belajar dari Korea. Kita bisa mengenalkan, mengembangkan, melestarikan dan
memberdayakan bahasa, budaya, music dan nilai-nilai yang ada di Indonesia ini
melalui film. Pemberdayaan yang bernilai ekonomis tersebut akan membentuk
kesadaran masyarakat Indonesia terhadap kekayaan budayanya. Ternyata budaya dan
bahasa Indonesiapun bernilai jual, mampu meningkatkan kesejahteraan rakyatnya.
Inilah salah satu factor penghalang ( pengantisipasi ) musnahnya budaya
Indonesia. Melalui film, kita bisa menyebarluaskan kekayaan budaya Indonesia
itu agar dikenal oleh masyarakat Indonesia dan dunia. Dengan demikian, kita
bisa mencegah terulangnya pengakuan budaya Indonesia oleh negara lain. Dengan
film juga, mudah-mudahan akan semakin banyak kekayaan budaya Indonesia yang
diakui oleh dunia Internasional dan dipatenkan sebagai milik bangsa Indonesia! Semoga
film-film bertema dan berlatar budaya Indonesia semakin berjaya di dunia
internasional!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar