KATA
ORANG
BY
ARUNDINA
"Enak ya jadi guru, banyak
libur. Banyak uang. Gak cape !" ujar banyak orang padaku. Aku hanya
tersenyum. Kalian tidak tahu betapa beratnya beban profesi guru itu. Kalau
dilihat sekilas dan hanya satu aspek memang enak. Guru hanya masuk kelas.
Mengajar. Selesai. Pulang. Dibalik itu ? Banyak orang yang tak tahu.
Jam kerja guru bisa mulai dari jam 6
pagi ( banyak juga yang pergi dari rumah jam 5 subuh ) sampai jam empat sore.
Bahkan lebih. Mereka mulai dengan kegiatan pelajaran tambahan, pemantapan dan
sejenisnya. Setelah itu, melaksanakan kewajiban seperti biasa. Mengajar di
kelas. Berikutnya, guru sering mendapatkan tugas tambahan, seperti: panitia
ulum, koperasi, ekskul, walikelas, iht, pelatihan dan lain sebagainya.
Menjelang pembagian rapot, karena
keterbatasan waktu dan ketersediaan rapot yang mendadak, banyak guru yang harus begadang saat mengisi
rapot para siswa. Mengisi rapot butuh konsentrasi penuh. Tak etis rasanya jika
rapot yang diterima oleh siswa penuh dengan coretan, tip ex atau kesalahan.
Dalam melaksanakan tugas utamanya,
guru tidak hanya mengajar di kelas. Mengajar di kelas hanyalah sebagian tugas
utama guru. Hanya hal itulah yang dilihat oleh banyak orang. Pada dasarnya,
profesi guru meliputi tiga aspek, yaitu: perencanaan, pelaksanaan dan
pengevaluasian. Hal inilah yang menjadi tugas utama guru professional. Sebelum
mengajar di kelas, guru harus membuat persiapan. Persiapan tersebut adalah
perencanaan pengajaran. Guru harus mempersiapkan administrasi secara lengkap,
berupa: program tahunan, silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran maupun
survey atau penelitian pendahuluan untuk memperkaya materi pembelajaran,
menganalisis kebutuhan, minat, bakat siswa.
Setelah perencanaan, kita
melaksanakan pembelajaran di kelas. Mengajar bukan hanya sekedar transfer ilmu.
Kita juga dituntut untuk mendidik dengan seni yang baik. Menerapkan nilai-nilai
tanpa kesan menggurui atau menasehati. Inilah pekerjaan tersulit dalam profesi
guru. Pendidikan berkarakter. Guru tidak bisa langsung menikmati hasil
pendidikannya, tapi perlu waktu, proses. Pada tahap pelaksanaan ini, guru juga
mengadakan pengamatan untuk menilai kesesuaian rencana dengan action di lapangan. Sesuaikah ? Ada
penyimpangankah? Perlu perbaikankah ?
Pada tahap evaluasi, guru mengukur
ketercapaian kompetensi yang diserap oleh siswa. Mengukur materi pembelajaran (
teori ) tergolong mudah. Guru melaksanakan ulangan, siswa mendapatkan nilai.
Tapi bagaimanakah ketercapaian aspek lainnya ? Mendidik adalah mencerdaskan
fisik dan batin. Kecerdasan fisik mudah diukur. Kita tinggal mengamati kemajuan
hasil kerja atau usaha siswa. Kecerdasan batin (mental) ? Sulit untuk diukur
dan tak terlihat secara nyata hasilnya. Keberhasilannyapun cukup memakan waktu.
Inilah tantangan profesi guru. Dilihat gampang, dilaksanakan susahnya minta
ampun. Banyak halangan, rintangan dan godaan yang akan menutup keberhasilannya.
Padahal, kecerdasan mental adalah amunisi jiwa bagi manusia untuk mengarungi
kehidupannya. Kecerdasan mental inilah yang akan menjadi kemudi arah bagi
manusia. Di jalan benar ataukah di jalan
yang salah ?
Banyak uang ? Belum tentu. Tuntutan
profesi guru masa kini berbeda dengan masa lalu. Boleh dibilang ada kenaikan
kesejahteraan, Kesejahteraan yang menjanjikan itu belum bisa dinikmati oleh
semua guru. Kesejahteraan itu belum berjalan secara optimal. Masih banyak
kendala di sana sini. Namun, tuntutannya
pun tidak kalah banyaknya. Guru sekarang tidak cukup mengajar dengan kapur,
tapi harus bisa menggunakan multimedia. Laptop dsb. Gratiskah ? Oh, no ! Jika
ingin professional, kesejahteraan itu bukan untuk foya-foya atau sekedar
mencukupi kebutuhan diri dan keluarga. Tapi harus mampu meningkatkan
kompetensinya.
Di samping itu, guru juga harus
memperkaya diri dengan wawasan, ilmu pengetahuan yang up to date. Guru harus
banyak membaca. Kuliah lagi. Menambah keterampilan mengajar. Long life
education ! Pendidikan yang berkualitas menjadi target penting dalam
pembangunan bangsa ini. Pendidikan berkualitas tidak akan pernah ada jika tidak
didukung oleh guru yang berkualitas, siswa yang gemar belajar, sistem yang
berkualitas dan jajaran birokrasi yang berkualitas pula. Semuanya adalah satu
kesatuan yang tak terpisahkan. Semuanya harus seiring sejalan untuk
menghasilkan pendidikan yang berkualitas. Apapun kata orang semuanya demi
melahirkan pendidikan yang bekualitas. Siapkah kita menyongsong abad baru, abad
pencerahan dengan hasil pendidikan yang
berkualitas ?