Seringkali manusia
dilanda kecemasan, ketakutan kegalauan atau berbagai pikiran dan perasaan
negatif lainnya. Tulisan Desi Anwar ini bisa jadi menjadi obat mujarab untuk
menyembuhkan hal tersebut. Apalagi bagi mereka yang sudah kronis. Mari membuka
diri. Relakanlah !
Kata ibu
saya, tidak ada satupun yang layak membuat kita depresi dan kecewa, dan bahkan
kondisi itu bisa merenggut kemampuan kita untuk menikmati hidup dengan segala
pasang surutnya. Dalam hidup ini, jarang sekali segala sesuatu menjadi
sesuatu seperti yang kita inginkan atau
tetap sama. Itulah yang membuat hidup menjadi menarik dan layak dijalani.
Saya
dulu sampai stress bila harus belajar untuk menghadapi ujian. Sebegitu gugupnya
sampai-sampai rasa gugup itu membuat saya tidak mampu menghadapi dengan baik
ujian yang sesungguhnya dan membuat saya takut sekali bila sampai mendapat
nilai buruk dan tidak bisa masuk ke universitas. Tidak adayang lebih menakutkan
daripada kegagalan dan kekecewaan. Bagi orang muda, tidak mendapatkan hal yang
diinginkan bisa jadi merupakan pengalaman yang sangat menghancurkan, sama
dengan kiamat. Namun, ibu saya mengajari
saya seni mengubah pikiran.
Seandainya, kata ibu saya, setelah
kamu berusaha sebaik mungkin dan tetap saja hasilnya tidak seperti yang kamu
inginkan, lalu apapun caranya, cobalah ubah pikiranmu tentang hal itu. Siapa
yang bilang kamu harus mendapatkannya hanya karena kamu menginginkannya ? Ada
banyak hal yang dapat kamu lakukan seandainya kamu membuka diri pada berbagai
kemungkinan lainnya. Belajarlah dari
kegagalan dan kemudian cobalah lagi, tetapi jangan larut dalam perasaan kecewa.
Dia
menceritakan kisah anak perempuan tetangga kami, seorang anak yang cerdas
dengan masa depan yang cemerlang yang bermimpi akan kuliah di luar negeri. Namun karena kondisi keuangan orang tuanya
tidak memungkinkan mereka untuk memenuhi keinginan itu, dia memilih tenggelam
dalam perasaan kecewadan marah daripada memanfaatkan bakatnya untuk melakukan
yang terbaik yang dia bisa. Tak cukup bujukan, dorongan, dan bantuan dari ahli
untuk membantunya keluar dari cara berpikirnya yang salah , yakni bahwa
hidupnya kurang beruntung. Akhirnya, dia menolak menjalani hidup secara
produktif dan menghabiskan waktunya dengan menyendiri seperti pertapa,
terkurung dalam ketidakbahagiaan dan depresi hingga akhir hayatnya.
Kata ibu
saya, tidak ada satupun yang layak membuat kita depresi dan kecewa, dan bahwa
kondisi itu bisa merenggut kemampuan kita untuk menikmati hidup dengan segala
pasang surutnya. Dalam hidup ini, jarang sekali segala sesuatu menjadi seperti
yang kita inginkan atau tetap sama. Itulah yang membuat hidup menarik dan layak
dijalani.
Dengan memandang berbagai hal dengan
cara ini, saya merasa beban yang ditimpakan pada diri sendiri menjadi
terangkat. Jika saya gagal kali ini, saya akan selalu bisa menjalani ujian
lagi. Lagi pula, ada banyak hal dalam hidup ini selain kuliah dan masuk
universitas. Siapa yang bilang saya harus kuliah atau apapun? Setelah bebas
dari rasa takut dan tekanan itu, saya pun menjalani minggu terakhir ujian
dengan lebih santai dan tenang. Ketika itu musim panas, dan saya tak sabar
menikmati sinar matahari.
Pastilah saya telah mengerjakan
ujian itu dengan baik, karena ternyata saya mendapatkan nilai yang bagus dan
diterima di universitas pilihan saya. Tentu saja, sejak saat itu, segalanya
bukan masalah besar. Saya telah belajar, bahwa menikmati hidup secara penuh
adalah dengan menjalaninya, bukan dengan terlalu memikirkannya. Begitu saya
melepaskan kemungkinan terjadinya kekecewaan, hidup pun tak lagi bisa
mengecewakan saya, malah menyodorkan berbagai peluang yang tiada habisnya.
Ya, memang menyenangkan punya mimpi
dan mengejarnya, tetapi jauh lebih baik mengetahui bahwa Anda tidak terbelenggu
oleh mimpi itu atau menjadi budak kekecewaan bila berbagai hal tidak berjalan
seperti yang Anda inginkan.
Siapa tahu, ketika kita akhirnya
rela melepaskan, kita bukannya terjerumus ke jurang tanpa dasar, tetapi bisa
jadi tengah terbang tinggi ke dataran yang baru.
IDENTITAS BUKU :
JUDUL : HIDUP SEDERHANA
PENGARANG : DESI ANWAR
PENERBIT : GRAMEDIA PUSTAKA UTAMA
TAHUN TERBIT : 2014
SUBJUDUL : MELANJUTKAN LANGKAH KE
DEPAN
HALAMAN : 94 - 99
Tidak ada komentar:
Posting Komentar